1

3.7K 342 6
                                    

Seminggu telah berlalu sejak hari itu dan Melissa semakin dekat dengan Bellyna, tiada hari di sekolah tanpa Bellyna karena menurut Melissa tidak bersama Bellyna bagaikan kentang goreng tanpa cocolan sambal. Hmm Bellyna juga tidak tahu apa hubungan kentang goreng dengan dirinya.

Suasana kelas cukup ramai menurut Bellyna, dikarenakan sang guru yang seharusnya sudah memasuki ruangan mendadak belum juga memunculkan batang hidungnya, katanya sih gurunya lagi diare.

Bellyna yang lagi asik berseluncur di dunia maya dikejutkan oleh sejenis manusia bernama Melissa.

"Apa ini?" Tanya Bellyna ketika melihat selembar kertas di mejanya yang disodorkan Melissa.

"Lo isi mau ikut klub apa. Disini kita diharuskan mengikuti klub selama setahun. Cepetan isi, nanti gue kumpulin ke pak ketukel."

Bellyna melirik sekilas kertas itu sebelum kembali menatap gadis di depannya ini.

"Lo masuk ke klub apa?" Tanya Bellyna. Melissa tersenyum lebar.

"Klub teater."

Mata Bellyna berkedip sekali, "Lo jadi drama queen dong nanti."

Bibir Melissa mengerucut tak suka, dia menghentakkan kakinya kesal.

"Bukanlah, gue nanti bakal jadi aktris terkenal tahu!"

"Hm. Iya deh." Bellyna menaruh ponselnya, saat ini tangannya menggenggam bulpoin bersiap mengisi kertas itu.

"Bola voli?" Tanya Melissa ketika melihat klub yang di pilih Bellyna. Bellyna mendongak menatap lurus Melissa.

"Kenapa? Ada masalah?"

Melissa menggeleng, cukup terkejut dengan pilihan Bellyna. Tidak Melissa sangka Bellyna itu tipe cewek yang suka olahraga, padahal wajah Bellyna itu lempeng, dia kira Bellyna itu tipe orang pemalas yang hobi rebahan doang. Ternyata salah, memang ya kita itu tidak boleh menilai seseorang dari tampang luarnya saja.

Melissa bersenandung, tidak terlalu peduli sebenarnya. Kemudian dia teringat sesuatu yang harus dia katakan pada Bellyna.

"Oh ya, Lo nanti ke kantin sendiri gak apa kan? Istirahat gue ada urusan klub."

"Bukan masalah."

___________________________________

Waktu istirahat tiba, sesuai dengan ucapan Melissa hari ini Bellyna harus sendirian menginjakkan kakinya di kantin. Suasana kantin masih sama seperti hari-hari yang lalu. Ramai dan penuh.

Sekarang di tangannya sudah terdapat sepiring nasi goreng dengan segelas es teh yang segar, tapi Bellyna tidak tahu apakah hari ini memang hari sialnya atau bukan.

Suara benturan yang cukup keras mengalihkan atensi penghuni kantin kepada dirinya yang saat ini tengah terduduk di lantai dengan makanan yang berhamburan.

Bellyna meringis ketika bokongnya harus menyentuh kerasnya lantai, sedangkan pelaku yang menabraknya tengah berdiri menjulang menatap dirinya rendah, seolah dia tengah menatap makhluk paling hina di dunia ini.

"Cewek sialan! Lo buta gak lihat gue lagi jalan!" Bentaknya.

Bellyna mendongak menatap wajah gadis itu, wajah oval dengan mata bulat dan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung dengan bibir yang err sexy? Dua kata yang dapat Bellyna jabarkan. Sangat cantik.

Bellyna cukup lama mengagumi kecantikannya hingga tak sengaja dia melirik name tag gadis itu.

Merinda Agnes Juanwanda.

Hahaha sial! Kenapa Bellyna harus bertemu tokoh antagonis sekarang?
Apa alur ceritanya sudah dimulai?

Merinda Agnes Juanwanda, sang antagonis yang terkenal tak berperasaan dan kejam. Agnes, nama panggilannya. Dia tidak segan untuk menghancurkan apapun yang menghalanginya, selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau.

Jika Bellyna sudah bertemu dengan Agnes, maka sebentar lagi dia akan bertemu dengan tokoh utama wanita.

Mata Agnes berkilat tajam, dia tidak suka dengan cewek dihadapannya ini. Entah kenapa dia merasa harus sedikit menyiksanya. Kakinya dia ayunkan menghantam perut cewek itu hingga ringisan kecil terdengar.

Perut Bellyna terasa sakit, tendangan Agnes padanya cukup keras. Tangannya di tarik kasar oleh Agnes, bisa Bellyna rasakan jika nanti pasti akan meninggalkan bekas kemerahan.

"Lo denger ucapan gue apa gak sih?!" Sentaknya.

"M-maaf." Bellyna mencicit, sejujurnya dia tidak terlalu takut kepada Agnes. Tapi dia harus memerankan perannya dengan baik bukan.

Seperti dalam alur aslinya, sang Heroine akan datang untuk menyelamatkan tokoh figuran-Bellyna dari pembullyan, dan inilah yang Bellyna alami saat ini. Dihadapannya punggung seorang gadis berdiri menghalangi pandangan tokoh antagonis.

Tangan Heroine mencengkeram tangan antagonis yang memegang tangan Bellyna, para pembaca sekalian bisa membayangkan seperti apa maksudnya.

Agnes menyipitkan pandangannya pada cewek yang tiba-tiba muncul itu. Seketika rasa benci yang entah bagaimana muncul di dadanya membuncah, "Sialan! Siapa Lo hah?!"

"Lepaskan dulu tangan perempuan ini!"

Agnes terkekeh, cengkeramannya dia lepaskan dari tangan Bellyna. Gadis itu juga melepaskan cengkeramannya.

"Sekarang gue harap Lo punya alasan yang bagus buat merintah gue."

"Namaku Rosella. Asal kamu tahu, tindakanmu tadi termasuk dalam kategori pembullyan." Ucap Rosella, gadis itu.

Tangan Agnes disilangkan di dadanya, tampak tak peduli hal yang diocehkan Rosella.

"Lo pikir gue peduli?" Nada suara Agnes terdengar angkuh, dia memandang Rosella remeh.

Rosella merenggut tak suka, dia bukan orang yang tahan akan tindak kekerasan seperti ini.

"Tindakanmu itu salah, jika kamu terus seperti ini kamu akan mendapatkan akhir yang buruk nantinya."

Bellyna hanya memandang kedua gadis itu dengan kening yang berkerut, ingatannya menjelajah jauh ke otaknya, berusaha mengingat dimana dia pernah mendengar nama Rosella.

Ah! Bellyna ingat, Rosella Airestta Gunawan. Tokoh utama wanita atau Heroine dalam kisah ini. Jadi alurnya memang sudah dimulai ya, yah... sepertinya Bellyna harus siap mental untuk yang kedepannya.

Setelah perdebatan yang sebenarnya Bellyna tidak dia dengar, Agnes pergi mengacuhkan keduanya. Rosella berbalik menghadap Bellyna.

Wah, Bellyna seperti melihat penampakan sosok malaikat. Wajah bulat, pipi chubby, mata lebar serta bulu mata lentik, oh jangan lupakan bibir mungil dan hidung mancungnya itu. Hm, Bellyna dapat melihat background sinar ilahi di belakangnya.

"Kamu gak apa?"

Wah lihat, bahkan suaranya semerdu terompet surga. Apa Bellyna terlalu berlebihan menjabarkannya.

"Ya, gue gak apa." Ucap Bellyna setelah pulih dari rasa kekagumannya, memang ya Heroine tak perlu lagi diragukan visualnya. Beuh, berdamage sekali Bun.

Rosella tersenyum lembut, kemudian dia menunduk untuk mengambil benda yang sempat menarik perhatiannya.

"Hei, apa ini punyamu?"

Bellyna melihat benda yang disodorkan padanya, sebuah gelang berbahan kain berwarna hitam dengan bandul dua huruf 'B & I' dengan sebuah lonceng kecil di antaranya.

"Ya. Itu punya gue." Ucap Bellyna. Dia menatap gelang itu penuh nostalgia.

Gelangnya putus, tapi tak apa dia bisa memperbaikinya lagi nanti.

Bellyna menatap Rosella, matanya memancarkan ketulusan, "Terimakasih."

Rosella tersenyum, kemudian pergi menjauh kembali menuju teman-temannya. Begitupun dengan Bellyna yang kembali menuju kelasnya, ngomong-ngomong dia tidak jadi untuk makan.

Tanpa mereka berdua sadari, interaksi mereka berdua diperhatikan oleh satu siswa yang melihat setiap kejadian yang terjadi.

"Kenapa Dam?" Tanya salah satu teman siswa tersebut.

Siswa yang dipanggil 'Dam' itu menggeleng kecil tapi wajahnya menunjukkan senyum kecil yang nyaris tak terlihat, "Nothing."



Tbc_________

BellWhere stories live. Discover now