5

3.1K 321 9
                                    


"Nice service Bellyna!"

Suara tepukan bola bertemu dengan tangan menggema memenuhi ruangan, decitan sepatu dengan lantai juga turut memeriahkan suasana.

Bellyna membungkuk memegangi kedua lututnya, nafasnya memburu, keringat mengalir melalui lehernya yang terekspos. Sensasi kerasnya bola voli masih terasa di telapak tangannya.

Sudah hampir satu jam Bellyna beserta rekan se-timnya berlatih bola voli, dari yang lari keliling ruangan hingga latihan service berhasil dia lalui dengan baik.

Bellyna mengambil botol minumnya, meminum semua isinya hingga tandas, dia menghela nafas lelah.

"Kerja bagus Bellyna." Ucap Mutia, ketua dari klub voli yang Bellyna ikuti.

Bellyna tersenyum, merasa bangga akan dirinya sendiri. Setelah semua kegiatan itu selesai, akhirnya waktu yang paling dia tunggu-tunggu akhirnya tiba, pulang uy!

Bellyna keluar dari tempat latihan dengan perasaan riang, walaupun seharian ini dia kena mental karena di bully tapi voli menjadi tempat pelarian stresnya.

Entah karena terlalu senang atau memang mata Bellyna bermasalah, dia tidak melihat jika ada seseorang yang baru juga keluar dari ruangan disebelahnya. Alhasil tabrakanpun tak dapat dihindari. Inginnya Bellyna mengumpat, tapi ketika dia mengetahui siapa yang ditabraknya dia memendam keinginannya itu dalam-dalam.

'What the- dedemit?!'

Karena Bellyna tidak mau berurusan dengan makhluk bumi satu ini, dia memutuskan untuk segera pergi dari sana. Tapi eh tapi, Bellyna tidak bisa berjalan! Kenapa? Apa? Bagaimana?!

Damian menahan kerah belakang orang yang menabraknya, tidak membiarkan orang itu kabur sebelum meminta maaf.

"Woy lepas elah!"

Seolah tuli, Damian tidak mengindahkan ucapan orang itu. Lagian salah siapa coba menabraknya, jadi begini kan?

"Ck, udah nabrak orang bukannya minta maaf malah kabur. Caper ya Lo!"

Tidak. Bukan Damian yang mengatakan itu, tapi Rizal lah yang mengatakan itu. Cowok itu berdiri dibelakangnya dengan tangan yang berkacak pinggang, mirip emak-emak yang marahin anaknya karena sering main hp. Hayoo siapa yang emak-nya kayak gitu disini? Kalau sama berarti kita senasib.....

Bellyna menatap Rizal malas, nih orang siapa? Kenal juga kagak? Komen mulu!

"Emang ya, kita itu terkenal. Makanya banyak yang ngefans. Fans-fans kita banyak bertebaran di muka bumi ini, apalagi fans gue, beuh jangan ditanya lagi." Rizal berucap sambil menyugar rambutnya kebelakang.

Ketiga temannya menatapnya malas, punya temen kok kayak gini. Pedenya overdosis.

Beda dengan Damian yang tidak peduli dengan apa yang diucapkan Rizal, dia malah sibuk memperhatikan gadis yang ada dihadapannya ini.

"Minta maaf." Ucap Damian.

Bellyna menatap lurus mata Damian, walau dia takut tapi berhasil dia sembunyikan dengan baik, "Gue minta maaf."

Mulutnya memang berkata maaf, tapi percayalah bahwa hatinya sedang mengutuk cowok dihadapannya.

"Udah kan, jadi tolong biarkan saya pergi ya kakak kelas." Bellyna berkata dengan penekanan di kalimat terakhirnya.
Sumpah demi semvaxnya titan, Bellyna ingin sekali menghantam wajah sok ganteng Damian, eh emang ganteng sih orangnya.

Bibir Damian menyeringai, apa-apaan dengan gaya bicara yang formal tadi? Tadi aja bahasanya kasar. Tangan Damian mencengkeram pergelangan tangan Bellyna, menyeretnya menjauh dari ke empat makhluk bumi generasi rebahan.

BellWhere stories live. Discover now