13

1.9K 179 18
                                    

Seisi kelas 10 IPA 2 terdiam kaku, mata mereka melirik antara Bellyna yang berdiri di tengah pintu dan papan tulis kelas.
Bellyna terdiam sejenak sebelum melangkahkan kakinya menuju papan tulis, kelereng hitamnya menatap papan tulis dengan serius sebelum suara tawa memecahkan kesunyian kelas.

"Haha...HAHAHA..." Bellyna tertawa dengan keras hingga perutnya sakit, tapi mereka tahu jika suara tawa itu kosong tanpa ada keceriaan.

Bellyna anak pelacur!
Anak yatim piatu bodoh!
JALANG! MATI AJA SANA!

Itulah yang tertulis di papan tulis. Tanpa perlu menebak, Bellyna tahu jika itu salah satu ulah Agnes padanya.

Bellyna terdiam, "Ha... Gila! Gue malah gak tahu siapa yang ngelahirin gue! Bisa-bisanya dia..."

Bellyna menghela nafas, tidak bisa melanjutkan perkataannya. Bellyna mengambil penghapus dan mulai menghapus tulisan menjengkelkan itu.
Tangannya menjatuhkan penghapus papan tulis, manik kelamnya menatap ujung sepatunya yang usang, dirinya terdiam mengabaikan teman-teman sekelasnya.

Melissa menghampiri Bellyna, dia tidak sanggup melihat sahabatnya yang selalu memasang wajah lempeng itu terdiam kaku. Tangannya meraih bahu Bellyna, keduanya saling berhadapan. Melissa bisa melihatnya, sepasang netra yang sekelam malam menatapnya dengan kosong tanpa riak cahaya.

Melissa tahu. Sahabatnya saat ini tengah bersedih, yang tengah mengutuk dunia akan hidupnya yang tak lengkap.

"Gak apa, nangis aja. Keluarin semuanya."

Lelehan air mata meluncur dari kedua manik kelam itu, bibirnya masih terkatup menolak membiarkan suara keluar. Dengan bibir bergetar Bellyna bertanya pada Melissa-bukan, tapi kepada semua orang yang ada di dunia ini.

"Apa salah terlahir tanpa seorang ibu? Apa yang salah hidup sebagai seorang yatim piatu?"

Melissa menggelengkan kepalanya kuat, dirinya mulai terisak mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir Bellyna.

"Kenapa semua orang selalu memandang rendah kami? Apa kami begitu hina? Semenjijikan itukah kami di mata mereka?"

Melissa tidak sanggup lagi, dia mendekap Bellyna dengan erat sambil menangis terisak. Semua siswi mendekat dan memeluk keduanya, beberapa menagis, beberapa melontarkan hiburan kecil, sedangkan para siswa hanya terdiam dengan perasaan rumit.

Hari ini, pada jam 14.30 WIB. Kondisi perasaan siswa/i kelas 10 IPA 2 sedang tidak baik-baik saja. (Cry)

Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, Bellyna saat ini sedang merapikan beberapa alat tulisnya yang masih berceceran di atas meja. Beberapa teman sekelasnya sudah pulang, hanya segelintir orang yang saat ini masih berasa di kelas. Entah itu karena sedang melaksanakan piket atau ada kegiatan klub yang harus mereka ikuti.

Bellyna berjalan menuju pintu, Melissa dan yang lainnya sudah pulang terlebih dahulu meninggalkan dirinya. Saat Bellyna mencapai pintu kelas, dia dikejutkan dengan pemandangan dagu kokoh dibawah bibir seksi yang menghalangi pandangannya.

Mata Bellyna berkedip beberapa kali sebelum melihat pemilik wajah itu. Bellyna menahan nafasnya ketika melihat jarak antara orang itu dan dirinya sangat dekat hingga dia bisa mencium aroma mint segar dari nafasnya.

"Apa?"

"Lo habis nangis?" Tanya Damian ketika dia melihat mata Bellyna yang sedikit bengkak, bahkan hidungnya juga sedikit memerah.

Bellyna hendak membuka mulutnya ketika dia merasakan usapan lembut di kelopak matanya dilanjutkan kecupan ringan yang mendarat pada kelopak matanya.

Bellyna hanya bisa terdiam dengan mulut yang terbuka kemudian tertutup seperti ikan mas di daratan.

BellWhere stories live. Discover now