10

2.8K 260 13
                                    

Ada yang bilang, jika kita berusaha menghindari sesuatu, hal yang justru kita hindari justru menempel pada kita. Sepertinya hal itu benar, karena Bellyna sendiri telah mengalami hal itu. Keinginan Bellyna cuma satu kok, dirinya ingin hidup damai sampai usia ajal mendekati, tapi bom waktu itu sendiri yang mendekatinya.

Seperti yang terjadi saat ini. Banyak pasang mata yang memperhatikan mejanya, niatnya ingin makan dengan tenang tapi pupus karena kelima manusia berjenis kelamin jantan di sekitarnya, bahkan Melissa dan kawan-kawan harus rela di gusur pergi.

Merasa jengkel, Bellyna meletakkan sendoknya hingga berbunyi nyaring membuat kelima pemuda itu menatapnya. Salah, hanya berempat, yang satunya memang sedari tadi sudah menatapnya.

"Ada apa?" Tanya Bellyna.

Rizal mengerjap, dengan tatapan sok polosnya dia menjawab, "Kita cuma mau temenan doang."

Bibir Bellyna berkedut, siapa juga yang akan percaya dengan kata-katanya!

Ketika Bellyna sedang sibuk memaki-maki mereka, sebuah sendok berisi nasi goreng disuguhkan tepat di depan mulutnya.

"Apaan?"

Damian masih setia menyodorkan sendok itu, dengan tatapan datar dan wajah yang flat dia berucap, "Makan."

Saat itu juga suasana kantin mendadak hening bagaikan kuburan mati, semua mata melotot seakan mau keluar dengan mulut menganga selebar pintu gua. Apalagi ketika melihat ekspresi Agnes yang seakan ingin menghancurkan gedung sekolah dan Rosella yang seperti kehilangan separuh jiwanya.

Oke! Lambaikan tangan selamat tinggal untuk kehidupan Bellyna yang tenang!

Bellyna membasuh wajahnya, matanya menatap cerminan dirinya. Sebuah tawa hambar keluar dari bibir ranumnya, menertawakan nasib  yang menimpanya. Menghembuskan nafasnya kasar, Bellyna berusaha untuk sabar menghadapi rintangan kedepannya, dapat dia duga jika kehidupannya sekarang akan kacau.

Bellyna melangkah keluar dari toilet perempuan, dia hendak menuju ke kelasnya tapi sebuah tangan menarik pergelangan tangannya dengan kasar. Ketika Bellyna mendongak, dia mendapati raut wajah Dinda yang bagaikan Hulk.

Tarikannya kuat, membuat Bellyna kesulitan menyamai kecepatannya. Sempat Bellyna hampir terjungkal ke depan jika saja dia tidak cepat-cepat menyesuaikan keseimbangannya.

"Lepasin!"

"Diam!" Hardik Dinda sembari menyeretnya ke halaman belakang sekolah.

Otak Bellyna bekerja dengan kecepatan 4G, menurut yang dia ketahui jika salah satu antek dari antagonis membawa(baca;menyeret)mu ke tempat yang sepi, seperti gudang atau halaman belakang itu berarti antagonis akan melakukan pembullyan terhadap korban.

Dan korban itu adalah Bellyna sendiri!

Dinda menghempaskan tangan Bellyna dengan kasar. Bellyna meringis, rasanya seperti lengannya akan patah menjadi es kiko.
Beberapa bayangan tubuh menghalangi pandangannya, Bellyna mendongak mendapati raut muka Agnes yang memerah karena marah.

"Jadi ini muka jalang yang ganjen banget sama Damian?" Ucap Agnes dengan sinisnya.

"Maaf kalian salah orang." Jawab Bellyna datar. Siapa juga yang ganjen?! Orang Damian sendiri yang deketin dia kok!

Lolita mendorong bahu Bellyna hingga membuat sang empu jatuh terduduk.

"Gak usah ngelak Lo! Sekali jalang tetap jalang!"

Gigi Bellyna bergemelutuk, tangannya terkepal menahan rasa kesal yang memuncak.

"Gue bukan jalang!"

BYURR...

BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang