17

1.5K 141 5
                                    

Sepasang netra sehitam tinta sedang menatap kumpulan bunga di depannya, rasa dingin yang menyentuh permukaan kulitnya membuat sang empu tersentak sebelum menoleh ke sang pelaku.

Alan masih setia menawarkan sekaleng minuman dingin kepada Agnes.

Agnes dengan senang hati menerima minuman tersebut kemudian diteguknya hingga tersisa setengah. Agnes menghela nafasnya mengabaikan rasa ngilu dari sudut bibirnya yang mungkin sekarang muncul warna kebiruan.

"Makasih." Ucapnya.

Alan mengangguk singkat sebelum mengambil tempat di sebelah Agnes.

"Nyebelin! Bellyna sialan! Gue bakalan balas dia!" Agnes menggerutu dengan suara pelan yang masih bisa didengar oleh Alan.

"Kalau Lo balas dendam ke Bellyna, Damian bakalan makin benci sama Lo."

Agnes mendengus tidak terima. Memangnya apa keistimewaan dari seorang Bellyna? Menurutnya Bellyna cuma cewek biasa dengan tampilan standar orang Indonesia, Bellyna juga miskin dan yatim piatu, udah itu aja!

"Lo kok malah bela si sialan itu?!"

Alan, "Gue disini membela yang benar Nes."

"Jadi maksud Lo disini gue yang salah?!"

Alan mengerutkan keningnya, kenapa malah dirinya kena amukan Agnes?

"Bukannya udah jelas?"

Agnes tertawa tak percaya setelah mendengar jawaban dari Alan, "Lo juga nyebelin!"

Alan hanya bisa menghela nafasnya lelah, berbicara dengan Agnes kadang memang bisa menguras tenaganya.

"Bukannya dari dulu gue udah bilang jangan ganggu Damian lagi? Udah cukup Lo berusaha, sekarang waktunya untuk berhenti."

Agnes, "Tapi gue cinta sama Damian!"

Alan, "Lo beneran cinta atau itu cuma ego Lo buat milikin Damian?"

Mulut Agnes terbuka tapi dia tidak bisa memikirkan kata-kata untuk membalasnya, matanya mendung memikirkan ucapan Alan padanya.

"Pikirkan sekali lagi, itu cinta atau bukan."

_________________________________________

Suara pintu yang terbuka mengejutkan beberapa orang yang berada di dalam ruangan, seluruh penghuni ruangan mengarahkan pandangan mereka kepada orang yang membukanya.

Bellyna terdiam menyaksikan reaksi teman sekelasnya yang menatapnya intens tanpa berkedip.

"Kenapa kalian liatin gue kayak gitu?"

Belum juga salah satu dari mereka menjawab, Melissa menerjang Bellyna hingga hampir saja Bellyna kehilangan keseimbangan.

"Huaa... Lyna.... Lo gak papa kan?"

Bellyna hanya bisa menghela nafas, sudah jelas tadi dia ditampar, kenapa tanya dirinya tidak apa-apa? Sudah jelas kalau dirinya kenapa-napa!

Inginnya sih bilang begitu, tapi nanti Melissa malah ngambek sama Bellyna. Lagipula Bellyna tidak mau menyakiti perasaan Melissa.

Melissa itu walaupun otaknya rada bermasalah tapi punya hati yang cukup rapuh dan terlalu emosional.

Tangan Bellyna terangkat, menepuk-nepuk punggung Melissa yang masih mendekapnya dengan erat.

"Gue gak papa kok!"

Itu bohong. Pipinya rasanya sangat sakit dan mungkin saja nanti akan membengkak.

Terimakasih kepada Vera yang memisahkan Melissa darinya, "Udah jangan nangis, entar cantiknya hilang."

BellWhere stories live. Discover now