Prolog

162 34 31
                                    

Semua berawal di sini!

***

Garis lurus yang terlihat di layar monitor dengan bunyi yang begitu nyaring menghentikan para tim medis yang sedang berjuang menyelamatkan satu nyawa.

Sang dokter menggeleng pelan dan mulai melepaskan seluruh alat yang menempel pada tubuh sang pasien dan menutupnya dengan kain putih.

Sementara di luar ruangan, seorang wanita dan pria saling memeluk satu sama lain memberikan keteguhan dan kekuatan. Sedangkan seorang gadis terduduk di lantai sambil menangis sesegukan. Dengan luka-luka kecil di sekujur tubuhnya.

***

Malam itu sudah larut, namun dua remaja berbeda jenis itu masih duduk di atas motor untuk perjalanan pulang. Mereka baru saja pergi jalan-jalan, karena terlalu senang dan lupa waktu, akhirnya mereka pulang terlambat.

Perempuan yang duduk di belakang itu memeluk erat lelaki di depannya dengan menempelkan pipinya pada punggung tegap lelaki itu.

"Dingin gak?" Lelaki itu menoleh ke samping dengan sedikit berteriak.

Perempuan itu menggeleng. "Enggak. Kan udah peluk kamu," katanya membuat lelaki itu tersenyum.

"Sabar, ya. Sebentar lagi kita sampai rumah." Laki-laki itu berujar kembali. Lalu mengusap lengan gadisnya yang melingkar erat di pinggangnya.

Tepat saat di belokan sana, perasaan perempuan itu tiba-tiba merasa tidak enak. Jalanan yang saat ini dilewati sangat gelap dan sepi. Sontak perempuan itu semakin memeluk erat lelaki di depannya.

Resta terjengkit kaget ketika motor Reka tiba-tiba berhenti.

"Kenapa berhenti, Ka?"

Reka tidak menjawab, sebelah tangannya memegang tangan Resta yang melingkar di pinggangnya. Sementara tangan yang satunya memegang erat stang motornya.

Tiba-tiba Resta membulatkan matanya saat melihat gerombolan motor berhenti di depan mereka. Terdapat lima motor dan saling berjajar.

"Mereka siapa, Ka?" tanya Resta denga nada yang gemetar.

"Tenang, ya, jangan takut. Pegangan yang kenceng."

Resta langsung memeluk Reka dengan kencang ketika Reka memutar kembali motornya dan melaju kencang untuk menghindari para gerombolan itu.

Bukannya Reka takut. Tidak! Reka tidak takut sama sekali. Ia hanya ingin menjaga gadisnya supaya aman di saat Reka sedang melawan para gerombolan itu.

Prioritasnya sekarang adalah ... keselamatan Resta.

"Reka aku takut .... Mereka ngikutin kita."

Benar saja. Gerombolan motor tadi mengikuti motor Reka. Reka langsung mengegas motornya dengan kecepatan tinggi.

"Woy! Berhenti lo!" Salah satu gerombolan itu sudah berada di samping motor Reka.

Reka tetap mengegas motornya. Sementara Resta semakin memeluk Reka dengan erat. Resta menutup matanya karena takut.

Tapi naas, kejadian yang tidak diinginkan terjadi saat orang yang mengendarai motor di samping motor Reka menendang motor Reka sampai lelaki itu kehilangan keseimbangannya.

"REKA!"

Mereka terpental ke pinggir jalan. Resta mendarat di rerumputan, sedangkan Reka berguling jauh sampai kepalanya menghantam pembatas jalan. Darah langsung keluar dari sana dengan deras.

Sementara para gerombolan tadi malah mengambil motor Reka dan membawanya pergi. Resta segera bangun dan memegangi kepalanya yang terasa pusing. Lalu menoleh ke arah Reka yang sudah tak bergerak.

"Reka?" Resta menggoyangkan pelan tubuh Reka.

"Reka? Reka bangun Reka! REKA!" Resta berteriak histeris saat Reka tak kunjung bangun.

"Hikss ... Reka ...."

***

#473kata

Kisah Resta✔Where stories live. Discover now