BAB 10 - Sebelum misi

20 11 0
                                    

Kamu adalah orang yang spesial. Jadi, aku harus menemukan orang yang pantas denganmu.

***

"Baik, ada yang bisa menjawab soal di depan ini?" tanya Bu Vivi-guru matematika- setelah menulis satu soal di papan tulis. Bu Vivi menatap satu per satu murid yang ada di depannya. Menunggu sampai ada murid yang mengangkat tangannya dan maju ke depan untuk mengerjakan soal.

"Dari 28 murid di sini, gak ada satu pun yang bisa mengerjakan soal ini?" tanya Bu Vivi tak habis pikir ketika tak ada satu pun murid yang mengangkat tangannya. Mereka semua malah terdiam dan saling menatap satu sama lain.

Pandangan Bu Vivi langsung mengarah pada Resta. "Resta," panggilnya. Namun yang dipanggil hanya diam saja. "Biasanya kamu selalu maju ke depan untuk mengerjakan soal yang saya kasih."

Tiara yang duduk di depan Resta langsung menoleh ke belakang ketika tidak ada jawaban dari gadis itu.

"Resta," tegurnya pelan. Pasalnya Bu Vivi terus menatap ke arah Resta.

"Resta kamu tidak mendengar ucapan saya?" tanya Bu Vivi sembari berjalan menghampiri meja Resta. Hal itu membuat Resta langsung menoleh.

"Fokus Resta. Sedang memikirkan apa kamu?" tanya Bu Vivi dengan nada tegas. Lagi-lagi Resta hanya diam.

"Resta!" tegur Bu Vivi. Guru perempuan itu terlihat marah. Bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi. Bu Vivi menghela napasnya dengan kasar. Merutuki bel yang berbunyi karena sudah mengganggu aktifitasnya.

"Kamu sudah ketinggalan pelajaran selama seminggu ini Resta. Jadi, jangan main-main kamu. Jangan kebanyakan bengong di dalam kelas. Apalagi di pelajaran saya," ujar Bu Vivi memperingati Resta.

Bu Vivi pun langsung kembali ke mejanya. "Okee, hari ini cukup sampai sini. Ibu minta, soal yang ada di depan dijadikan pr. Pertemuan selanjutnya akan Ibu bahas. Selama siang." Bu Vivi langsung beranjak pergi keluar kelas. Disusul oleh murid-murid yang langsung keluar juga untuk segera pergi ke kantin. Memanjakan perut mereka.

"Lo pindahan dari mana, Bro?" Tiba-tiba ada murid laki-laki yang menghampiri Regen sambil menepuk bahunya. Dia Bryan.

Regen yang sedikit terkejut langsung menoleh. "Dari SMA Cakrawala."

Bryan seketika tercengang. "SMA Cakrawala? Serius?" tanyanya dengan heboh. Regen mengangguk dengan wajah terlihat bingung.

"Di sana 'kan sekolahnya elite anjir! Lo kenapa pindah?" ujar Bryan lagi dengan heboh.

"Percuma elite, kalau gak bikin gue nyaman sekolah di sana," curhat Regen.

Bryan mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Gak nyaman kenapa? Emang ada apa di sana? Gue denger dari temen-temen gue yang sekolah di sana katanya enak tuh. Fasilitasnya keren-keren, tempatnya juga bagus, apalagi banyak cewek-cewek cantik di sana."

Plak!

"Anjir!" umpat Bryan ketika ada yang menggeplak kepalanya. "Anjir lu, Ris," umpatnya lagi saat tau kalau pelakunya adalah Aris.

"Lo, kepo banget sih jadi orang," sembur Aris yang ternyata dari tadi mendengar percakapan mereka.

"Ah lu mah rusuh! Dah lah mau ke kantin aja." Setelah itu Bryan langsung beranjak ingin keluar kelas.

Aris terkekeh melihat Bryan. "Dih ngambek. Kek cewek aja," cibirnya.

Sudah di ambang pintu, Bryan kembali menoleh ke belakang dan berteriak, "Oh ya, Gen. Nama gue Bryan. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi sekalian nongkrong. Sekarang mah rusuh soalnya ada ibu-ibu Aris-an." Bryan meledek Aris dengan mengubah nama lelaki itu. Setelah itu Bryan langsung pergi sebelum kena amuk oleh Aris.

Kisah Resta✔Where stories live. Discover now