BAB 9 - Regendra Wiratama

23 15 0
                                    

First impression saat bertemu kamu adalah tatapanmu sangat redup. Seperti tak ada sinarnya. Tapi, tenang saja. Aku di sini akan membuat matamu kembali bersinar. Bersinar seperti matahari.

***

"Baik. Terima kasih banyak, Pak," ucap Wira setelah itu berjabat tangan dengan Pak Adi, selaku kepala sekolah di SMA Unggulan.

Pak Adi mengangguk. "Ya, sama-sama. Baik kalau begitu, kamu bisa diantarkan oleh Pak Rozak ke kelasmu," ujarnya pada Regen. Si murid baru di SMA Unggulan.

Regen mengangguk kaku. "Emm ... Pak Rozak yang mana ya, Pak?" tanyanya ragu-ragu.

"Oh iya saya lupa," kata Pak Adi. Lalu pria itu menyapukan pandangannya untuk mencari Pak Rozak. "Itu dia. Pak Ro!" panggilnya sedikit berteriak ketika melihat Pak Rozak yang baru saja memasuki ruangan.

Pak Rozak yang merasa dipanggil langsung pergi menghampiri.

"Ini loh, ada murid baru di kelasmu. Boleh tolong diantarkan ke kelas?" ujar Pak Adi sembari memperkenalkan Regen.

"Murid baru?" ulang Pak Rozak. Lalu tatapannya beralih pada Regen. "Siapa namamu?" tanyanya.

"Regen, Pak. Regendra Wiratama," ucap Regen memberitahu.

"Oalaahh. Yaudah yuk ikut Bapak," ajak Pak Rozak pada Regen. "Kalau begitu, saya permisi, Pak. Mari," ujarnya lagi pada Pak Adi dan juga Pak Wira. Regen pun langsung berpamitan pada ayahnya.

***

Di sela-sela perjalanannnya menuju kelas baru yang akan ditempatinya, Regen menyapukan pandangannya melihat ke sekeliling. Sesekali menatap punggung Pak Rozak yang berjalan di depannya.

Tiba-tiba Regen merasakan hawa di sekitarnya terasa dingin dan horor. Lelaki itu mengusap belakang lehernya dan bergedik ngeri.

"Pak," panggil Regen lalu berjalan cepat hingga menyamakan langkahnya dengan guru lelaki itu.

Pak Rozak menoleh. "Ada apa Legend?" tanyanya salah menyebut nama.

Regen mengerutkan keningnya mendengar panggilan dari Pak Rozak. "Regen, Pak. Bukan Legend," ucapnya memperbaiki.

"Oh, udah ganti nama toh?"

Regen terlihat bingung. "Hah? Kok ganti nama sih, Pak? Dari dulu nama saya emang Regen, Pak."

Guru lelaki itu malah tertawa melihat raut wajah bingung muridnya. "Ya sudah biasa saja mukanya. Cuma bercanda saya. Lagian biar gak terlalu canggung. Sama saya mah dibawa santai aja."

Regen menyengir kaku sambil menggaruk belakang lehernya. "He-he, gitu, ya Pak?"

Melihat respon dari murid barunya yang tidak sesuai ekspetasi, membuat Pak Rozak merajuk kesal.

"Oh ya, Pak saya mau tanya," ucap Rendi mengganti topik pembicaraan. "Kira-kira di sini ada penunggunya gak, Pak?" tanyanya dengan sedikit  berbisik di akhir katanya.

"Maksud kamu 'penunggu'?" tanya Pak Rozak tidak mengerti.

"Serius Bapak gak tau?" tanya Regen dan diangguki oleh gurunya. "Maksudnya penunggu itu hantu, Pak. Di sini gak ada hantu, kan?"

Mendengar kata 'hantu', raut wajah Pak Rozak seketika panik. Guru lelaki itu langsung menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri dengan waspada.

"Kamu jangan nakut-nakutin saya, ya, Regen," katanya dengan nada gemetar.

Regen mengernyit. "Siapa yang nakutin Bapak? Saya 'kan cuma nanya, Pak."

Regen seketika bingung saat melihat gelagat Pak Rozak seperti mencari-cari sesuatu. "Loh Bapak kenapa, Pak? Bapak takut, ya?" tanya Regen dengan nada mengejek. Lelaki itu lalu tertawa.

Kisah Resta✔Where stories live. Discover now