BAB 19 - Pray for Mia

17 11 2
                                    

Apakah musibah yang datang bertubi-tubi bisa membuatku kuat?
Tapi, aku tidak kuat, Tuhan.

***

"Hahhh!"

Regen merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. Memejamkan matanya untuk beberapa menit sampai Regen menyadari kehadiran Reka.

Regen melirikkan matanya ke arah Reka yang sibuk melihat-lihat meja belajarnya. Kemudian kembali menatap langit-langit kamarnya dengan melipat kedua lengan sebagai bantalan kepalanya.

"Lo mau sampai kapan di sini, Rek?" tanya Regen tanpa menoleh ke arah Reka.

"Lo ngusir gue?" tanya Reka balik.

Regen menghela napasnya mendengar kesalahpahaman dari Reka.

"Iya. Gue ngusir lo. Puas?" tantang Regen.

Reka langsung cemberut. "Ah, tega lo mah, Gen," rajuknya. Reka benar-benar mempercayai ucapan Regen. Padahal lelaki itu hanya asal bicara saja.

Regen tak lagi meladeni ucapan Reka. Ia benar-benar lelah sekarang. Mungkin menyenangkan jika tidur selama satu jam. Itu niat Regen sebelum Reka mengacaukannya dengan memanggilnya kembali.

"Gen," panggil Reka. Namun Regen tak menghiraukannya.

"Regen," panggil Reka dengan bernada.

"Enggak ada. Orangnya lagi tidur." Anehnya, Regen malah membalas dengan mata yang masih terpejam. Ada-ada saja!

"Baru tau orang tidur bisa ngomong," sindir Reka dengan nada pelan. Takut jika Regen mendengarnya, leleki itu malah tidak jadi membantunya.

"Regen, ayok temenin gue ke rumah Resta." Mendengar ajakan dari hantu itu, Regen langsung bangun dari tidurnya dan menatap Reka tak percaya.

"Mau ngapain ke sana? Jangan ngada-ngada lo. Gue capek. Mau istirahat." Regen kembali merebahkan tubuhnya dengan kasar.

"Please lah, Gen tolong gue. Gue baru inget kalo lusa nanti ultahnya Resta."

"Yaudah, lo ke sananya lusa aja. Sekalian ikut ngerayain pestanya," balas Regen dengan nada kesal.

"Gue maunya sekarang, Gen. Ayok temenin gue!"

Regen mendengkus kesal mendengar rengekan Reka. Sangat mengganggu tidurnya! Regen dengan terpaksa bangun dari tidurnya lagi.

"Sumpah! Lo ribet banget jadi hantu."

"Yaa mau gimana lagi? Kalo aja Resta bisa liat gue secara langsung, gue gak akan butuh bantuan lo," ujar Reka miris sambil menundukan kepalanya.

Regen menghela napasnya. Tuh 'kan dia jadi merasa tidak enak. Gini nih, kalau punya hati yang tidak tegaan pada orang lain. Diiyain aja terus. Eh, tapi Reka 'kan bukan orang?

"Sadghost," cibir Regen pelan.

***

Lopi menginjak kuat pedal gasnya. Menyalurkan emosinya yang terus mengalir dalam tubuhnya. Sampai dia tidak menyadari ada seorang anak kecil yang berlari di depannya.

"MIA!"

BRAKK!

Lopi seketika rem mendadak merasa mobil depannya menabrak sesuatu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.

"Gue ... nabrak orang?" cicitnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gadis itu meraup wajah dan menjambak rambutnya sendiri. Dia takut. Sangat takut!

Kisah Resta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang