BAB 15 - Kehilangan lagi

25 11 0
                                    

Di dunia ini tidak ada yang benar-benar abadi. Semuanya akan kembali pada Sang Pencipta.

***

"Gue udah bilang, kalo gue ngelakuin ini semua supaya Resta bisa move on dari gue."

"Bukannya bagus kalo dia gak bisa move on dari lo? Itu artinya dia setia sama lo," balas Regen.

Reka menggeleng pelan. "Gue gak mau Resta terus-terusan sedih mikirin gue. Gue gak tega liat dia yang sekarang. Sekarang Resta beda. Gue mau, ada seseorang yang narik Resta dari lingkaran itu."

"Tunggu-tunggu! Jangan bilang seseorang itu ...."

"Gue mau lo yang jadi pengganti gue, Gen," sambung Reka.

***

Ukhuk! Ukhuk!

Suara batuk terdengar terus menerus di antara keheningan malam. Sang Nenek tertidur dengan memegangi dadanya yang terasa sesak. Tubuhnya yang lemah serta wajahnya yang terlihat pucat.

Batuknya tidak juga berhenti. Sakit, sesak, itu yang dirasakan oleh Sang Nenek. Tubuh lemahnya perlahan bangun dari tidurnya. Beranjak untuk pergi mengambil obatnya. Di saat berdiri, di sekelilingnya tiba-tiba terasa berputar. Nenek memegangi kepalanya sembari tangannya berpegangan pada apa saja sampai di tempat obatnya berada.

"Astaghfirullah." Nenek terus menggumamkan kata itu. Memang benar-benar sakit! Tiba-tiba sang nenek terkejut saat melihat botol kecil yang berisi obatnya sudah habis.

"Ya Allah." Sang nenek menekan kepalanya kuat-kuat saat dirasa kepalanya semakin sakit. Seperti ada yang memukulnya dengan palu. Ditambah batuknya semakin menjadi.

Nenek menurunkan tangannya yang tadi digunakan untuk menutup mulutnya dan seketika terkejut melihat ada darah di telapak tangannya. "Astaghfirullah."

Bersamaan dengan itu, penglihatan Nenek semuanya berputar hebat. Tak tahan dengan sakit yang datang bertubi-tubi pada tubuhnya, Sang Nenek langsung jatuh tak sadarkan diri.

***

"Assalamualaikum," ucap Rendi ketika memasuki rumahnya. Lelaki itu melirik jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Rendi hendak berjalan ke arah dapur, namun terhenti ketika dirinya sudah di depan pintu kamar neneknya. Tidak tahu kenapa otaknya meminta untuk pergi ke sana. Perlahan Rendi melangkah mendekati pintu dan mendekatkan telinganya.

Hening. Tidak ada suara apa pun. Mungkin neneknya sudah tertidur. Rendi tersenyum lega lalu berbalik untuk pergi ke dapur.

***

Mia bergerak gelisah dalam tidurnya. Gadis kecil itu sudah berkeringat dingin. Mulutnya terus menggumamkan sesuatu.

"Jangan tinggalin Mia, Nek. Jangan tinggalin Mia. Nek! Nenek!" teriaknya dalam tidur.

"NENEK!" Gadis kecil itu langsung terbangun dengan napas yang terengah-engah.

Cklek!

"Mia?"

Rendi yang mendengar suara teriakan Mia, langsung buru-buru pergi ke kamar adiknya.

"Kak," rengek Mia dan langsung memeluk Rendi. "Nenek, Kak." Gadis kecil itu langsung menangis.

"Kenapa, hm?" tanya Rendi sembari mengusap kepala sang adik.

"Mia mau ke nenek, Kak," kata gadis kecil itu dengan suara terbata karena isakan tangis.

Kisah Resta✔Where stories live. Discover now