BAB 4 - Bertemu

52 22 9
                                    

Kita sama-sama kehilangan. Kamu kehilangan dia. Aku kehilangan kamu.

***

"Resta lo ke mana sih?"

Tiara menatap ponselnya dengan sedih. Memandangi fotonya yang sedang bersama Resta, sahabatnya. Setelah orangtua temannya itu datang ke rumahnya dan memberitahu kalau Resta pergi dari rumah, Tiara langsung panik dan sedih. Gadis itu terus menghubungi sahabatnya, tapi tidak bisa. Nomornya tidak aktif.

Sampai sekarang Tiara masih kepikiran soal sahabatnya itu. Apalagi sudah seminggu lebih Resta tidak masuk sekolah.

"Masih nungguin temen lo itu, Ti?"

Tiba-tiba suara seseorang membuyarkan lamunannya. Kepala yang tadinya menunduk menatap ponselnya, kini mendongak menatap orang yang ada di depannya.

Dia Sesil.

"Ngomong-ngomong si Resta ke mana sih udah seminggu lebih gak masuk? Dikira sekolah punya nenek moyangnya kali," timpal Tera dengan nada sinis. "Yaa gue tau sih dia lagi berduka karena pacarnya meninggal. Tapi yaa segitunya banget sih, sampai gak masuk seminggu. Frustasi kali, ya?"

Tiara mengepalkan tangannya diam-diam. Dia tidak terima jika sahabatnya dikatai seperti itu oleh Tera. Tapi dia juga tidak punya keberanian untuk membalas ucapan Tera. Dia terlalu takut. Selama ini Tiara selalu bergantung pada Resta. Tapi sekarang, Resta tidak ada dan jarang masuk, Tiara tidak berani berbuat apa-apa.

"Tera, lo kok ngomongnya gitu?" Tiba-tiba terdengar suara lembut dari seseorang. Menegur ucapan Tera yang tidak benar. Dia adalah Lopi.

Gayanya yang anggun dan cantik membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan mengira kalau Lopi adalah seorang model. Rambutnya yang panjang sepunggung ia taruh ke depan di sebelah kanan, membuat bagian belakang dan lehernya terekpos bebas.

Lopi melipat tangannya di depan. Berjalan pelan dan anggun mendekati kursi sebelah Tiara yang kosong. Lalu mendudukan bokongnya di sana dengan sangat perlahan.

"Tiara." Lopi mengambil rambut Tiara yang ada di pipinya lalu menyelipkannya di telinga. Sedangkan sang empu meneguk salivanya susah payah. Tiara sudah mengira kalau dia akan diapa-apakan oleh Lopi and the geng. Tapi-

"Lo pasti kesepian, ya?"

Pertanyaan Lopi membuat Tiara tercengang. Dia kira Lopi akan-

"Lo boleh kok gabung sama kita," ujar Lopi lagi.

Tera dan Sesil sontak membulat. "Lop!" protes mereka bersamaan. Mereka jelas tidak terima.

"Gengss," seru Lopi menatap kedua sahabatnya itu. "Kalian jangan gitu dong. Kasian 'kan Tiara, dia pasti kesepian, apalagi Resta sekarang jarang masuk. Kalian gak kasihan gitu sama Tiara?"

Lopi kembali menoleh pada Tiara sambil tersenyum manis. "Yaudah yuk kita ke kantin." Lalu gadis itu menarik pelan tangan Tiara untuk mengajaknya pergi ke kantin.

Melihat Lopi yang merangkul Tiara keluar kelas membuat Tera dan Sesil mendengkus kesal.

***

"Ouhh gitu. Yaudah, lo yang sabar, ya. Sebisanya gue bakal bantu cari anak lo. Santai aja kali. Iyaa bener ya ampun. Kayak sama siapa aja sih lo. Oke, nanti gue kabarin kalo gue liat anak lo."

"Siapa, Fer?"

Setelah sambungan telepon terputus, wanita yang duduk di samping pria itu langsung bertanya.

"Itu si Rian. Dia bilang anaknya dari semalam belum pulang."

Wanita itu mengernyit. "Anaknya? Resta maksudnya?"

Kisah Resta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang