BAB 5 - Kembali

46 20 7
                                    

Layaknya pasir di pantai, cinta yang terlalu digenggam erat, akan membuatnya makin lepas.

***

"Rendi pulang," ucap Rendi dengan lesu ketika memasuki rumahnya. Mendengar suara itu, Mia langsung datang dari arah kamarnya dan berlari menghampiri sang kakak.

"Kak Rendi kok baru pulang?" tanya gadis kecil itu. Sadar akan ada yang kurang, Mia bertanya lagi, "Kakak cantik mana? Kok kak Rendi pulang sendiri?"

Rendi tersenyum. Lalu berlutut di depan sang adik sambil memegang kedua bahunya.

"Kakak cantik udah pulang ke rumahnya," ungkap Rendi sambil tersenyum.


Mendengar hal itu, Mia langsung memasang raut sedih. "Pulang? Jadi, Mia gak bisa ketemu sama kakak cantik lagi?"

Rendi hanya tersenyum. Tak membalas ucapan adiknya. "Yang penting 'kan sekarang kakak cantik udah pulang lagi ke orangtuanya. Mia tau gak? Orangtua kakak cantik sedih kalo kakak cantik gak pulang ke rumah."

"Apa mama papa juga sedih, kak kalo Mia gak pulang ke rumah?" tanya balik Mia sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangan mungilnya saling bertautan.

Jleb!

Sial! Rendi merutuki dirinya dalam hati. Dia sudah salah bicara pada adiknya. Dan sekarang Rendi bingung harus menjawab apa.

"Hei," panggil Rendi sambil meraih dagu sang adik agar bertatapan dengannya. "Mia ingat kata-kata kak Rendi? Mia masih punya siapa? Mia masih punya ...."

"Kak Rendi sama nenek," sambung Mia dengan suara pelan.

"Nah itu Mia tau. Udah yaa sekarang Mia gak usah pikirin itu lagi." Rendi berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Udah dong jangan sedih, nanti cantiknya ilang." Rendi menggoda Mia dengan bibirnya yang mengerucut mengikuti ekspresi sang adik.

"Enggak kok. Mia gak sedih," elaknya sambil buru-buru mengusap kedua matanya.

"Yaudah, sekarang Mia mau apa? Nanti kakak bakal turutin." Mendengar hal itu, Mia langsung tersenyum lebar.

"Mia mau main boneka-bonekaan. Tapi, kak Rendi, yaa yang jadi bonekanya. Nanti Mia bikin kak Rendi kayak boneka. Gimana? Mau ya, kak?"

Rendi langsung tercengang. "Hah, jadi boneka?"

Mia mengangguk berkali-kali dengan yakin. Melihat tatapan binar dari adiknya, membuat Rendi tak tega untuk menolak. Jadi ... Rendi menghembuskan napasnya pelan. Untuk adiknya apa sih yang enggak.

Oke! Demi adiknya!

"Okey. Nanti kakak bakal diubah kayak gimana nih?" tanya Rendi lalu mengajak Mia untuk pergi ke kamar gadis itu.

Mia langsung menjelaskan pada kakaknya ketika dia akan merubahnya menjadi boneka dengan sangat excited. Sedangkan Rendi hanya mendengarkan sambil sesekali ikut tertawa.

***

Saat ini Rian dan Mira sedang menunggu di ruang tengah. Mereka berdua sedang menunggu kepulangan anaknya. Beberapa menit yang lalu, Fero menelepon kalau dia sudah berhasil menemukan Resta dan sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Tentu saja mendengar hal itu membuat pasangan suami istri itu sangat senang sekaligus lega.

Ngomong-ngomong, Fero adalah rekan bisnis Rian di kantor. Begitupun Arin-istri Fero-yang merupakan sahabat Mira dari sejak mereka SMA. Makanya mereka sudah kenal begitu dekat apalagi dengan Resta yang notabenya adalah anak satu-satunya Rian dan Mira.

Sama seperti pasangan suami istri itu, Arin dan Fero memiliki anak satu dan dia laki-laki. Anaknya bisa dibilang cukup tertutup. Bahkan kedua remaja itu tidak pernah saling bertemu. Berbeda dengan orangtuanya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi mereka. Mira langsung buru-buru beranjak dari duduknya dan sedikit berlari menghampiri pintu. Rian pun ikut menyusul istrinya.

Saat pintu dibuka, Mira langsung memeluk erat sosok perempuan di depannya.

"Ya ampun sayang. Kamu dari mana aja sih?" Mira langsung memberikan Resta pertanyaan. Sementara gadis itu hanya diam. Tak menjawab. Dipeluk oleh sang ibu pun hanya diam. Tidak memberontak, membalas pun tidak. Sedangkan Rian mengelus puncak kepala Resta.

Sesaat kemudian, Mira melepaskan pelukannya. Lalu menatap dua orang dewasa di belakang Resta.

"Makasih banyak, Fer, Rin, udah temuin Resta dan bawa dia pulang. Aku gak tau lagi mau bilang apa. Sekali lagi makasih banyak."

"Terima kasih, Fer, Rin." Rian ikut mengucapkan terima kasih.

Fero dan Arin hanya mengangguk sambil tersenyum. Ikut bahagia kalau Resta sudah kembali pada orangtunya. Setelah itu, mereka berdua pun pamit karena masih ada urusan.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Di kelasnya, terlihat Lopi and the geng sedang menghampiri meja Tiara. Tiara yang sedang merapihkan buku-bukunya kini harus terhenti karena hal itu.

"Hei, Ti. Kita mau pergi nongkrong. Lo mau gabung?" ujar Lopi tanpa basa-basi. Sementara Tiara dibuat bingung oleh ajakan gadis itu. Tiara tidak langsung menjawab, dia masih bingung ingin menjawab apa.

"Well, up to you. Kalo lo mau ikut, gue tunggu di parkiran. Gak pakai lama."

Setelah mengatakan itu, Lopi and the geng pergi begitu saja keluar kelas. Tiara yang melihatnya langsung merasa bimbang. Sebenarnya dia ingin ikut. Tapi-

"Tunggu." Akhirnya setelah lama berpikir, Tiara memilih untuk ikut dengan mereka. Gadis itu buru-buru merapihkan sisa bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

Saat ingin pergi keluar kelas dan menyusul Lopi, tiba-tiba seseorang mencekal tangannya yang membuat langkahnya terhenti. Tiara menoleh guna melihat orang itu.

"Lo yakin, Ti mau ikut mereka?"

Dia Aris. Teman sekelasnya. Bisa dibilang Aris adalah teman dekat Resta dan Tiara.

Tiara terdiam mendengar pertanyaan Aris. Sebenarnya dia ragu, tapi di sisi lain dia juga kesepian. Dia butuh teman.

"TIARA BURUAN!"

Mendengar teriakan itu, Tiara langsung buru-buru melepaskan tangan Aris. Saat menoleh ke belakang, ternyata mereka masih menunggunya tak jauh dari kelasnya.

"Gue duluan, Ris." Tiara langsung berbalik dan berlari menyusul Lopi. Meninggalkan Aris. Sementara lelaki itu hanya memperhatikan punggung Tiara dengan tatapan cemas.

***

Rendi menutup pintu kamar Mia dengan pelan supaya tidak mengganggu tidur adiknya. Setelah bermain tadi dan banyak tertawa, akhirnya gadis kecil itu pun langsung tertidur setelah Rendi membacakan sebuah cerita.

Sekarang penampilan Rendi tidak karuan. Karena Mia sudah mengubahnya seperti boneka barbie miliknya. Rambut yang dikuncir dua. Bahkan kedua pipinya yang merah seperti tomat karena Mia memakaikannya krayon.

Rendi beranjak untuk pergi ke kamar mandi. Berniat mencuci wajahnya yang sudah cemong. Setelah selesai, Rendi pergi ke kamarnya. Kamar yang sempat ditempati oleh Resta.

Baru saja menutup pintunya, pandangan Rendi tak sengaja melihat sebuah tas kecil di atas kasur. Rendi tebak itu adalah tas milik Resta. Ah iya. Gadis itu lupa dengan tasnya.

Rendi melangkah mendekati kasurnya. Lalu meraih tas itu. Otaknya mengatakan untuk membuka tas itu. Benar saja. Tangan Rendi langsung bergerak membuka resleting tas itu.

Saat dibuka tidak ada barang berharga di dalamnya. Hanya ada sebuah buku. Itu pun sudah kotor dan kaku.

***

#1019kata

Kisah Resta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang