Trapped - 5 : Kesempatan emas

2.9K 413 15
                                    

Warning! 3393 words!

Kalo mual nanti, bilang ya. Biar ku siapin kresek. Hehe.

Enjoy!






"Kau yakin untuk melakukannya?" tanya Renjun. Sedikit khawatir. Pasalnya keputusan Jeno entah kenapa terdengar terlalu memaksakan diri. Apalagi dengan alasan yang tidak begitu jelas.

"Lee Jeno, apa kau benar-benar yakin? Ini jelas untuk para relawan" Kali ini Donghyuck yang menyahut. Sama khawatirnya dengan Renjun, walau raut wajah dan mulutnya yang tengah mengunyah donat itu sama sekali tak menampakkan raut khawatir.

"Ya. Aku sudah memutuskan"




Jeno menuruni tangga bus dan melihat ke sekeliling halte terakhir tersebut. Cukup sepi walau tidak bisa di bilang sunyi. Beberapa orang berlalu-lalang dengan pasangan mereka. Tertawa dan saling bertukar canda.

Sesak. Rasanya benar-benar sesak. Ia mulai membayangkan apa yang akan terjadi pada kehidupannya setelah ini? Ia tidak tahu.

"Kita berdua beta, kita juga laki-laki, kau pasti tahu kalau laki-laki sampai kapanpun tak akan bisa mengandung seorang anak kecuali jika salah satu dari kita adalah omega"

Jeno diam-diam menguping pembicaraan dua insan yang berada di dekat halte. Salah satunya sudah menangis, sementar yang lainnya hanya meringis. Mungkin sebentar lagi ikut menangis.

Jeno tidak pernah ingin ikut campur urusan orang lain. Tapi entah mengapa kakinya tak ingin beranjak, ia ingin menyemangati dua lelaki tersebut; mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi tidak. Tidak ada yang baik-baik saja disini.

Siapa yang coba ia kelabui? Dirinya sendiri, tentu saja.

Menghibur orang lain padahal ia sendiri tidak baik-baik saja. Lucu sekali.

Anak, ya? Tak pernah terpikirkan olehnya untuk mempunyai buah hati. Tidak pernah. Konsep tentang pasangan pun ia abaikan. Ia tidak terlalu peduli.

Tetapi melihat mereka yang saling mencintai tetapi tak bisa memiliki srorang buah hati membuat hati Jeno ikut sakit. Sebagai omega, insting nya tentang merawat seorang anak sangatlah kuat.





Memikirkan kejadian malam 2 hari yang lalu membuat Jeno tersenyum. Ia tak pernah menyangka akan memakai benda itu sekarang. Benda yang dahulu ia sebut sebagai sampah tak berguna, benda yang kini menjadi objek dari keputus-asaan nya, objek pelariannya.

"Ya, aku yakin" mulutnya begitu lihai. Ada sedikit rasa sesak yang menyeruak kala tiga kata itu terlontar dari bibir nya.

Ia tahu ia tak rela. Tapi, bagaimana pula?

Ia akan menurut. Menurut pada Jaemin Na. Menurut pada mate nya untuk mencari orang lain yang bisa bersamanya, menemaninya. Walau sementara. Tak apa. Lagipula zaman sudah maju dan sesuatu tentang fated mate sudah terdengar layaknya omong kosong untuk beberapa orang.

"Kau yakin untuk melakukan ini? Seperti yang orang bilang, kegiatan ini hanya dilakukan oleh para relawan" ujar Donghyuck. Sedikit tidak mengerti pemikiran Jeno yang ingin mengikuti program yang jelas-jelas terasa merugikan diri sendiri.

"Tapi aku juga relawan, walau ini pertama kali." elak Jeno. Renjun menghela nafas.

"Kau bukan relawan, Jeno. Kau hanya putus asa. Ini hanya pelarianmu, bukan?"

Mendengar ini Jeno terdiam. Tangannya yang tadi sibuk membenarkan letak jam tangan itu terhenti. Kedua netranya menatap kearah cermin, menangkap dua tatap dari orang yang berbeda. Dari sahabatnya.

TRAPPED || JAEMJENWhere stories live. Discover now