-42-

44.2K 5.8K 470
                                    

Akhirnya bisa update

Hai mau curhat dikit, untuk upload part ini aku kudu mewek dulu, gara-gara udah nulis sampe 1k kata berakhir tidak ke save 😭
Biasanya aku nulis di handphone, nah kemarin sekalian aja habis daring ngetik part ini berhubung ada ide, eh ternyata setelah aku cek lagi nggak ke save dong. Aku coba buat lihat di riwayat pun nggak bisa. Nyesek banget. Akhirnya bisa nggak bisa tetap lanjut nulis walaupun moodnya udah beda.

Semoga tetap bisa menghibur kalian ❤️

*Udah lah abaikan curhatan ini nggak penting banget*

Tandai typo ya guys, happy reading ❣️

oOo

"Acamualaikum! Bundaa..."

Wening sontak menutup telinga dan memegang dada sang putra yang tengah menyusu padanya, berharap tidak kaget mendengar teriakan Syifa.

"Bundaa... Mbak mantuk!"

Brak!

Pintu kamar terbuka dan tak lama muncul sosok yang berhasil membuat jantung bundanya hampir lepas. Bukannya merasa bersalah gadis kecil itu malah tersenyum lebar menghampiri sang bunda yang sedang menahan emosi agar tidak kelepasan.

"Gapindut bobok bunda?"

"Iya adik bobok. Ayo Mbak Syifa bobok siang juga."

Berbanding dengan perintah sang bunda, anak itu malah mengambil alih handphone Wening yang ada di sebelahnya.

"Syifa... Kok malah pegang HP, bunda kan minta Syifa bobok siang."

"Sebental bunda, Cipa main tiktok dulu."

"Nggak ada main tiktok. Nanti kalau nggak bobok siang nggak jadi dibeliin ayah pop it lho." Ujar Wening seolah mengancam dan berharap putrinya menurut.

"Ya udah dibeliin bunda aja."

"Bunda nggak ada uang, kan bunda belum masuk kerja lagi."

"Tapi tadi uang bunda banyak di dompet, telus ada yang beli dastel-dastelnya bunda. Jadi uang bunda banyak." Jawab Syifa berhasil membuat Wening melongo, memang anak gadis itu pintar sekali soal perduitan. Syifa tidak mau menerima uang saku dari ayahnya jika tidak bernilai lima ribu rupiah dalam bentuk lembaran,  bahkan dia sering protes saat mendapat uang pecahan dua ribuan dan koin. Walaupun nantinya di sekolah tetap ada Bu Nani yang menambahi uang saku jika Syifa jajan Syifa melebihi uang lima ribu tersebut.

"Kan uangnya bunda buat jajannya Syifa di rumah, beli cilok, pentol, sempol belum lagi kalau kepengin es krim. Emang Syifa mau nggak beli sempolan? Kalau Bunda sih mending buat beli sempol aja dari pada beli pop it, nggak bisa dimamam."

"Ya udah, nanti kalau nggak dibeliin ayah pop it, pakai uang bunda aja. Nanti jajan di lumah pakai Cipa minta uang ke Mbah Nani." Jawab Syifa sukses membuat Wening melongo. Anak itu sangat pintar kalau bernegosiasi, bahkan bunda dan ayahnya sering kali geleng kepala mendapati jawaban Syifa tak ada habisnya.

"Ya udah, tapi bunda nggak ikut-ikutan lho kalau nanti ayah pulang terus matanya melotot gara-gara tau Syifa nggak bobok siang." Kata Wening membuat Syifa terdiam, gerakan tangannya terhenti lalu menaruh handphone bundanya di tempat semula.

Wening pun tersenyum, dia tau kalau putrinya sangat takut saat Galih sudah bersikap tegas. Walaupun itu jarang terjadi, namun Syifa tak ingin mendapati ayahnya marah dan membuatnya takut.

Hati WeningWhere stories live. Discover now