-43-

41.2K 6K 475
                                    

Hola!!

Hari ini update bunda Wening :)

Kuy kangen-kangenan 😍

Jangan lupa tandai typo ya😍😍

Happy reading teman-teman ❣️

oOo

Pagi hari Wening sudah disibukkan dengan tugasnya. Hari - hari pertama masuk kerja membuat Wening harus beradaptasi dengan kehidupan barunya, yaitu memiliki anak bayi. Yang pasti tidak mudah, karena Gavin berbeda dengan Syifa saat masih bayi dulu. Jika Syifa bisa tenang dititipkan pada simbahnya, berbeda dengan Gavin yang sedikit rewel jika tidak dengan sang bunda.

Usia cuti selama tiga bulan, Wening tetap memutuskan untuk tetap bekerja walaupun sudah mendapat kode dari sang suami agar fokus dengan anak-anak. Bukan tanpa alasan Galih meminta Wening untuk berhenti kerja, melihat anak mereka sudah dua dan Bu Nani sudah tua pastinya akan kuwalahan untuk beliau menjaga Syifa dan Gavin. Apalagi Bu Nani sering kali mengeluh tidak sanggup momong Gavin yang sedikit rewel jika diberi minum dengan botol.

"Syifa nanti kalau di sekolah yang pintar ya? Kalau butuh apa-apa bilang sama bu guru, nanti pulangnya bunda jemput kayak biasanya." Ujar Wening memberi pengertian pada Syifa yang belum terbiasa tidak ditemani Bu Nani setiap ke sekolah.

Wajah Syifa merengut, dia masih tidak mau jika harus berangkat sekolah sendiri. Teman-temannya masih ditunggui ibu atau simbah mereka, sedangkan dia takut jika sendiri.

"Syifa... Kan Syifa udah besar, anak bunda kan pintar, gapapa ya? Belajar mandiri, katanya nanti mau jadi guru kayak ayah? Kalau jadi guru harusnya  mandiri dong." Tambah Wening berusaha membujuk Syifa.

"Cipa nanti kalau mau eek gimana?"

"Kalau mau eek? Emang biasanya di sekolah Syifa eek? Nggak kan?" Syifa menggeleng kepala, karena selama ini hal itu tidak pernah terjadi padanya.

"Lha iya toh, kalau mau pipis nanti bilang sama bu guru. Kalau berani sendiri ya gapapa, atau minta antar teman."

Wening menghela nafas menatap kedua anaknya secara bergantian, Gavin sendiri sudah sibuk dengan sumber gizinya pagi ini. Anak bayi itu seakan tak menghiraukan pembicaraan mbak Syifa nya dengan sang bunda.

"Gini deh, nanti kalau Syifa nambah jajan bilang aja sama Budhe Sum, 'nanti kurangnya dibayarin sama bunda, budhe' gitu ya? Kemarin bunda juga udah bilang kok ke Bu Dhe Sum, kalau Syifa mau nambah jajan dihitung aja pulangnya bunda bayar."

Masih dengan ekspresi cemberut, Syifa menundukkan kepala, jemarinya memainkan dasi yang terpasang pada seragamnya. Wening menangkap bahwa anaknya masih enggan untuk berangkat sekolah sendiri.

"Bunda kudu gimana sih, Fa? Utimu juga pasti momong Naura." Keluh Wening bingung, mengingat Bu Susi juga harus momong anaknya Winda yang masih balita.

Galih yang baru masuk kamar pun menyahuti perkataan sang istri yang terdengar susah, "Syifa.. Syifa mau ditunggui Mbah Nani apa Mbah Siti?"

Syifa mengalihkan pandangannya menatap sang ayah yang baru selesai mandi, anak perempuan itu menimbang-nimbang menentukan pilihannya dengan serius.

"Sama Mbah Nani." Jawab Syifa dengan lirih namun menyakinkan.

"Sama Mbah Nani? Yawis, nanti Gavin biar sama Mbah Siti di rumah." Jawab Galih tanpa meminta pendapat sang istri, laki-laki itu memutuskan tanpa memikirkan pendapat Wening. Dari nada suara Galih bahkan terdengar tegas dan dingin menyapa pendengaran Wening.

Hati WeningWhere stories live. Discover now