-Shoot Seventeen-

529 117 17
                                    

Pagi harinya Jimin baru keluar dari kamar. Sedikit terkejut mendapati Sohyun yang masih terlelap dengan posisi setengah duduk, Kepalanya menyandar tersangga tangan di lengan sofa. Ia mengira wanita itu masih ada di rumah orang tuanya.

Perlahan ia pun mendekat.

Selalu cantik, dia akui Sohyun itu. Tatapannya sekejap berubah nanar saat menyadari wajah lelapnya tampak sembab. Ada sedikit rasa bersalah karena selalu menyakitinya. Tapi dia tak bisa berbuat apapun dengan situasi yang ada.

Soal perasaannya dan perasaan wanita itu yang telah di ungkap kemarin.
.
.
Merasa pegal,sedikit menggeliat,Sohyun perlahan membuka matanya. Menghembus napas berat. Mencium aroma Jimin yang tertinggal.

"Dia sudah pergi lagi,''gumannya dengan senyum miris.

Beranjak dari sofa. Ia pun segera menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan bersiap,karena hari ini ia sudah janji akan menemui Jungkook.

🕊🕊🕊🕊

"Eom-eh bibi Sohyun," ralat Jungkook langsung berhenti berlari ganti jalan menghampiri seseorang yang telah berdiri di depan gerbang sekolahnya.

"Wae, Jungkook?" Sohyun juga berjalan menghampirinya.

"Maaf aku hampir keceplosan memanggil bibi,ibu."

"Kenapa minta maaf? Kau tidak salah. Lagi pula,bukankah bibi sudah memberi mu ijin kemarin. Kau lupa?"

"Tidak. Aku hanya takut suami bibi marah lagi," Jungkook menunduk sedih semakin erat menggenggam tali tasnya.

Sohyun mengelus lembut kepala Jungkook.

"Tidak apa-apa. Suami bibi sudah mengijinkan. Kemarin ia hanya terkejut." Katanya.

"Ehm,"

"Sungguh Jungkook tidak apa," ujar Sohyun gemas dengan wajah ketakutan Jungkook." Mulai sekarang panggil aku ibu,"

"Ibu," tiru Jungkook.

Sohyun senang mendengarnya. Lalu ia pun segera mengajak anak itu jalan-jalan. Pertama mereka mendatangi kedai es krim favorit Jungkook.

"Enak?" Tanya Sohyun sambil memandangi Jungkook menghabiskan es dengan rasa vanilla bercampur cokelat.

Jungkook mengangguk dan mengacungkan dua jempolnya.

" Ayah juga sering mengajakku kemari." Katanya.

"Benarkah? Kalau begitu mulai sekarang kau harus sering datang dengan ibu ya?", Tentu saja Jungkook dengan senang hati mengiyakan.
.
.

Pertemuan dengan klien diluar. Jimin mengajak sekretarisnya pergi ke salah satu restoran china yang ada di salah satu mall di Seoul. Jeonghan-sekretarisnya mengarahkan pandangan Jimin keluar dinding kaca resto, saat tak sengaja menangkap sosok Sohyun menggadeng tangan bocah lelaki melewati depan tempat makan itu.

"Bukankah itu nona Sohyun?" Tanyanya.

Tersenyum lebar,ia melihat dengan jelas raut senang dari istrinya yang tengah asyik menghabiskan waktu dengan anak yang baru memanggilnya ibu.

"Untuk pertemuan hari ini kupasrahkan padamu." Jimin langsung berdiri dari kursinya. Batal menanti kliennya, dan langsung pamit. Ia kemudian menyusul Sohyun di bawah tatapan bingung sang sekretaris.

Setengah berlari ia mencari Sohyun dan Jungkook yang selesai dari kedai es krim. Memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan, mencari baju yang cocok untuk Jungkook tampil di pensi sekolahnya. Sambil menghabiskan es krim anak itu bilang ia akan menyanyi mewakili kelasnya.

Ketemu! Di salah satu toko pakaian. Ia melihat Sohyun sedang memasangkan kemeja ke tubuh Jungkook.

"Sayang!" Sedikit terkejut saat mendengar seruan tak asing. Yang langsung menjadi pusat perhatian hampir seluruh pengunjung. Saat melihat Jimin dengan stelan kerja mahalnya menghampiri mereka.

Sontak Jungkook langsung beringsut maju sembunyi di belakang tubuh Sohyun. Ketakutan melihat Jimin.

"Tidak apa Jungkook. Paman Jimin tidak akan memarahimu," bisik Sohyun menenangkan.

"Kenapa kau di sini. Bukankah ini masih jam kerja sayang?" Tanya Sohyun beralih pada suaminya. Ingat sedang ada di mana. Ia harus membuat semua tampak normal dan harmonis.

Jimin tersenyum,"benar."

"Tapi melihatmu melintas di depan resto yang tengah kudatangi. Membuatku tak tahan untuk menyusul dan meninggalkan Jeonghan untuk menggantikanku,"terangnya.

Jimin lalu melihat ke arah Jungkook.

"Maaf boy soal kemarin dan membuatmu takut." Ucapnya dengan tulus. Lalu mengulurkan tangan agar bocah itu menjabatnya.

Setelah mendapat rangkulan lembut Sohyun, barulah Jungkook mau membalasnya. Membuat Jimin senang dan mengusak lembut puncak kepalanya.

"Nah,jadi,apa yang sedang kalian lakukan? Bolehkah aku bergabung?"

"Besok Jungkook pentas menyanyi. Aku ingin membeli pakaian yang keren untuknya,"

"Benarkah? Wah..kalau begitu aku bisa membantumu mencarikannya yang cocok."

"Ehm..ba-iklah," balas Sohyun kaku. Kejadian sebelum itu masih teringat jelas di kepalanya.

Dan pertemuan mereka sedikit terganggu oleh dua sejoli yang tiba-tiba mendekat. Seulgi dan Taeyong.

Daftar orang yang tak pernah ingin Jimin dan Sohyun temui. Dan kini tengah basa-basi menyapanya. Menggunakan sopan santun sebagai alasan. Sebab Jimin adalah pemilik agensi tempat mereka mengembangkan karir.

Dan malas berlama-lama. Sohyun secara sepihak undur diri dan memilih untuk melanjutkan kegiatannya mencari baju untuk Jungkook. Tak tahan dengan tatapan Taeyong yang begitu dalam membuatnya tak nyaman.

"Kalau begitu aku juga harus meninggalkan kalian," ujar Jimin setelah Sohyun pergi ke arah lain," selamat bersenang-senang."

Seulgi tersenyum sinis memandangi punggung Jimin yang ikut menyusul Sohyun.

"Fake husband. Kau pikir aku tidak tau?" Gumannnya lirih yang di tujukan pada Jimin namun tertangkap rungu Taeyong. Hingga pria itu menyahut," apa ?"

Seulgi menggeleng dan segera menggandeng lengan kekasihnya itu untuk keluar toko.

"Tidak apa-apa."


-----

Ada yang masih nungguin? Bentar lagi masuk group 1000 vote nih :)

Thanks not to be siders 😘💜

So I'm married,mr Gay?Onde histórias criam vida. Descubra agora