-Shoot eighteen-

551 108 24
                                    

Mereka pikir semua akan membaik setelah meninggalkan Taeyong dan Seulgi. Namun kenyataan, hal yang lebih menakutkan baru saja mereka temui. Dari sebuah gerai kopi merk terkenal di dunia. Seokjin dan Taehyung baru saja keluar tak sengaja berpapasan dengan mereka.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini." Seokjin menarik Jimin ke dalam pelukannya begitu senang. Kesibukan membuat mereka agak sulit bertemu. Dan pria itu sungguh merindukan adiknya.

Sementara Sohyun, perempuan itu mati-matian menahan tubuh gemetarnya saat untuk pertama kali bertatap wajah langsung dengan sosok selingkuhan Jimin. Rasa takut,marah mencampur jadi satu jika mengingat bagaimana sosok itu membenalui kehidupan rumah tangganya. Sampai ia tak mendapat status dengan yang layak sebagai seorang istri. Di cintai penuh.

''Kami teman dekat," jawab Jimin canggung saat Jin memperkenalkannya dengan Taehyung dan pria itu menjawab mereka saling kenal.

Rasanya Sohyun ingin tertawa sarkas dan membeberkan status hubungan antara mereka. Di depan kakaknya, mengadu soal bagaimana kehidupannya setelah menikah. Tapi ia urungkan. Sebab ia masih mengasihi nyawa Jimin dan tak mau menjadi janda di usia muda. Memilih diam dan mengamati saja interaksi mereka dengan masih menggandeng Jungkook. Bocah polos yang tak tau apa-apa.

"Oh begitu, dan ya tadi kami baru saja membahas kontrak kerja untuk photografer baru di perusahaan kami." Jin menarik bahu Taehyung lebih dekat,'' aku senang menemukannya karena sangat berbakat."

Jimin tersenyum mengangguk. Nanti setelah semuanya selesai ia harus membahas soal itu.

Karena ada hal yang harus di urus di kantor. Seokjin akhirnya lebih dulu pamit dan segera mengajak Taehyung pergi. Pria itu sejak tadi juga hanya diam. Cemburu melihat langsung sang kekasih yang dengan bangga menampakan diri di publik tanpa perlu khawatir dengan wanita rivalnya.

Membungkuk seperlunya demi sopan santun,ia pun segera mengikuti Seokjin pergi. Sedikit menyesal telah menyetujui kerjasama yang terjadi setelah tau dia bekerja di perusahaan mertua sang kekasih. Namun ia tak punya pilihan lain. Saat ini hanya ini yang bisa ia andalkan untuk bertahan hidup agar bisa membangun studio photonya sendiri. Meski jika ia meminta pada Jimin-pria itu akan langsung membuatkannya.

Selain karena ingin itu hasil kerja kerasnya sebagai pembuktian. Ia hanya berusaha berpikir rasional soal bagaimana hubungannya dengan Jimin yang terus abu-abu. Dia tidak mau kecewa jika akhirnya jatuh hitam karena tak terlalu menggantungkan diri.

.
.

"Pergilah temui dia," kata Sohyun seturunnya dari mobil sore itu. Mengantar Jungkook pulang dengan beberapa paper bag baju yang mereka beli.

Perempuan itu tau Jimin tampak gelisah sejak pertemuannya dengan sang kakak ipar dan kekasihnya di mall tadi.

"Aku bisa pulang sendiri,"ucapnya cepat sebelum suaminya menjawab.

Jimin mendecak," kau mengusirku?"

"Tidak. Tapi kulihat kau tampak khawatir dengannya,"

"Lalu kau pikir aku tak khawatir denganmu di sini?" Jimin melirik Jungkook yang masih sibuk dengan game online-nya di belakang Sohyun.

Alis perempuan itu naik sejajar.

"Apa yang kau khawatirkan tentangku?"

"Entahlah, rasanya janggal saja meninggalkanmu dengan duda itu."

Sohyun mendengus. Pikiran negatif posesif muncul lagi dari suaminya. Sedikit membuatnya terkesan namun menyebalkan, saat mengingat itu tidak memiliki arti penting soal perasaannya.

"Sudahlah jangan di pikirkan dan sok peduli begitu," cibir Sohyun lalu melirik Jungkook dan kembali menatap Jimin. Mengusirnya," sana pergi saja."

"Kau tidak takut kekasihmu kenapa-napa? Dia bekerjasama dengan kakakku lho," peringat Sohyun dengan senyum sinis.

So I'm married,mr Gay?Where stories live. Discover now