Hope : Hug chap.3

25 8 3
                                    

[Last chap: Hadiah di musim gugur]

Sudah seminggu ini musim gugur mewarnai jalanan kota. Dedaunan kuning dan langit biru tanpa terhalang oleh gumpalan putih, sungguh pemandangan memanjangkan mata. Akan tetapi, angin musim gugur sedikit meresahkan bagi seseorang, karena hembusan angin yang begitu kuat, orang itu merasakan dingin bagai diterpa kipas angin raksasa.

"Brrrrt! Dingin, bangsat" maki orang tersebut tanpa memandangi sekitarnya. Dia sembari menyebrangi zebra cross, dan tentunya banyak pejalan kaki yang ikut menyebrang. Tatapan tajam juga datar dilempar oleh orang-orang lalu lalang. Di fikiran mereka terlintas pertanyaan besar, yakni bagaimana bisa seorang gadis manis berbicara kasar seperti itu?

Sedangkan orang yang ditatap, hanya berjalan santai, atau lebih tepatnya dia tidak peka akan tatapan bak menghina seorang penjahat.

Sebenarnya, dia juga tidak suka mengeluarkan kata-kata kasar. Namun jikalau situasi atau lingkungan nya membuat naik darah, maka mulutnya akan otomatis mengeluarkan kata mutiara tersebut.

Kejadian itu terlewati begitu saja, sampai sosok si perempuan hilang di ujung jalan. Si perempuan hendak pergi ke suatu tempat, yang mana di tempat itu, dirinya hendak mengutarakan perasaan ke seseorang, dan sudah membuat janji dengan orang tersebut. Walau tahu akhirnya seperti apa, ia tetap menekankan tekadnya hingga Tuhan pun tidak bisa menghalangi keinginan ciptaannya itu.

Hanya memakan waktu sepuluh menit, si perempuan tiba di tempat yang sudah di janjikan, yakni taman belakang sekolah. Kebetulan, hari ini adalah hari Minggu, yang mana para murid dan guru tidaklah hadir baik disekolah maupun di areanya.

Maniknya mengliar, guna mencari sosok pria yang merebut atensinya.

"Oh!" Seulas kurva terukir. Sosok yang ia cari ternyata tengah menunggunya di balik pohon besar. Dirinya mendekat, berniat memberikan kejahilan berupa mengejutkan pria tersebut. Namun-

"Kau sudah datang?" Dirinya ketahuan, dan jadinya dirinya hanya mengucapkan sapaan walau pias merah menjalar hingga ke telinga.

Mereka bercakap-cakap, saat merasa timingnya pas, si perempuan mulai memberanikan dirinya.

"Itu... Sebenarnya Aizawa-sensei, saya meny-"

"Aku juga. Ah, tidak. Aku bukan suka, tapi cinta padamu"

Si perempuan terdiam. Sebelum ia membalas ucapan tersebut, dirinya sudah berada di dalam pelukan si pria.

Tadinya, pelukan itu terasa hangat bagi si perempuan. Namun perlahan, pelukan si pria mulai semakin mengencang, bahkan si perempuan memukul bahu si pria guna memberitahu jika dirinya sesak nafas akibat pelukan ini.

"S-sakit!" Rintih si perempuan hingga berlinang air mata.

Pelukan kian dipererat. Air mata kesakitan mengalir deras, tenaga si perempuan semakin berkurang. Rasa sesak juga sakit ditubuhnya semakin kerasa. Perlahan, mata yang menyalurkan kehangatan itu mulai tertutup, dan nafas si perempuan tidak terasa lagi.

"Ini adalah hadiah untuk mu, (y/n). Aku mencintai mu"

Aizawa Shouta, memeluk murid yang dicintainya, yakni (y/n), hingga (y/n) tidak bernyawa lagi.

*

*

*

*

*

*

*

*

Karena aku mencintai mu, hadiah pelukan pertama dan terakhir ini ku berikan khusus untuk mu, (y/n).











- End -

Hope & Dream Project Where stories live. Discover now