02

56 5 0
                                    

"Good morning sleepyhead" itu suara Dinda yang membuat Karen langsung mendongakkan kepalanya.

"Hmm pagi pagi" sahut Karen.

"Kenapa deh lo? Abis begadang?" tanya Dinda melihat Karen yang menundukkan kepalanya lagi usai membalas sapaannya.

"Tidur jam sebelas sih, tapi tuh si Gavin bangunin gua pagi-pagi katanya biar gak macet makanya ini gua udah sampe disini duluan" curhat Karen masih dengan posisi ia menelungkupkan kepalanya.

Dinda hanya melirik Karen dan tidak berniat untuk mengganggu sahabatnya, karena ia tahu kalau Karen mengantuk itu lebih seram dari pada Karen lapar.

"Bangun kali" gantian Haris yang dengan iseng mengguncang bahu Karen membuat si pemilik bahu langsung berdecak dan akhirnya mengangkat kepalanya.

"Di cariin nih"

Baru Karen membuka matanya ia langsung di kagetkan dengan penampakkan Hanif yang berdiri di sebelah Haris dan mereka berdiri tepat di hadapan Karen.

"Kenapa kak?" tanya Karen dengan tangan yang berusaha merapihkan rambutnya.

"Scrunchie lo nih ketinggalan, gua mau balikin ini aja. Duluan ya"

Hanif melambaikan tangannya kepada tiga orang yang hanya membalas dengan senyum, tapi Dinda langsung memasang wajah usilnya.

"Abis ngapain lo sama ka Hanif?"
"Abis pedekate" sahut Haris.

"Apasih Haris! Boong dia"
"Omongan kan doa Kay, aminin kek"

Karen memutar bola matanya malas mendengar penuturan Haris, ini masih pagi dan ia tidak memiliki tenaga untuk sekedar membalas Haris.

"Serius Kay, kenapa scrunchie lo bisa sama dia?" tanya Dinda yang rasa penasarannya belum terjawab.

Karen menghela napasnya, kenapa paginya harus di hadapi dengan ini?

"Gua kemarin di anterin dia pulang, kayaknya itu scrunchie-nya jatoh dari kantung gua" jawab Karen akhirnya.

"Dianterin?! Lo? ka Hanif?! Kok bisa???"

Karen dengan cepat menutup mulut Dinda yang kelewat berisik karena anak-anak kelas mereka mulai bergantian masuk ke dalam kelas.

Karen tidak ingin sampai ia harus menjadi bahan gossip karena hanya satu kali di antar oleh Hanif dan itu juga karena Haris.

"Tanya si Haris tuh yang ngide banget minta ka Hanif anterin gua"

Haris yang duduk di belakang keduanya hanya tertawa menyahuti ucapan Karen, fokus terhadap ponsel cerdasnya.

"Tapi setau gua rumah ka Hanif tuh jauh deh dari rumah lo" ujar Dinda.
"Emang iya?"
"Setau gua ya, gak tau bener apa enggak"

"Apanya?" tanya Ardi yang tiba-tiba saja hadir dan ikut menyahuti Dinda.

"Lo tau rumah ka Hanif?"

Ardi mengernyitkan dahinya saat Dinda tiba-tiba menanyakan hal tersebut membuat dirinya mengangguk sebagai jawaban.

"Dimana?"
"Jaktim apa Jakpus gitu, gua lupa juga"
"Jakpus" koreksi Haris.

Karen langsung menghadiahi Haris satu pukulan di tangannya, ia pikir rumah Hanif searah dengannya.

"Lo kenapa gak bilang?!" emosi Karen.
"Ya anaknya aja mau kan? Jadi bukan masalah dong"

"Apasih?" tanya Ardi yang belum mengetahui apa pembicaraan mereka.

"Kemarin si Karen di anterin sama Hanif, dia kira rumah mereka searah taunya ya rumah Hanif lumayan jauh dari rumah dia" jawab Haris.

Ardi hanya menganggukkan kepalanya tanda paham.

The Neo Broken Heart ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang