07

34 6 0
                                    

Karen masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kaget yang belum bisa ia hilangkan, berjalan melewati Gavin yang memandangnya dengan tatapan aneh.

"Kay? Lo jadi di anterin Hanif?" tanya Gavin menjeda tangannya yang ingin memasukkan keripik singkong ke dalam mulutnya.

"Kay?" panggil Gavin lagi.

Karen tidak menjawab sama sekali, malah melanjutkan jalannya menuju dapur kemudian mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin.

Setelah air dingin melewati kerongkongannya, Karen mencubit dirinya sendiri dan pipinya. Tanpa menyadari bahwa Gavin menonton aksi adiknya itu sambil melipat tangannya dan bersender pada tembok terdekat.

"Lo abis di tembak Hanif ya?" tebak Gavin.

Karen mengalihkan tatapannya ke arah Gavin dan tiba-tiba memasang wajah ingin menangis. Buru-buru Gavin mendekat.

"Lo di apain deh sama dia? Dia macem-macem? Cepetan bilang ke gua"

Gavin memegang bahu Karen dan memerhatikan air muka adiknya yang semakin suram ingin menangis.

"Gua bego banget"
"Hah? Maksudnya?" bingung Gavin.

"Huaaaaaa mamaaaa" rengek Karen.
"Ssttt berisik ih Karen, mama di atas itu nanti dia nanya macem-macem aja ke lo"

Gavin membungkam mulut Karen dengan tangannya.

"Kenapa sih?"

"Gua... ngaku suka sama Hanif, terus... dia nanya... huaaa"

Tawa Gavin langsung meledak memenuhi seisi dapur, tanpa menghiraukan bagaimana Karen sudah menatap nyalang ke arahnya.

"Lo ngaku? Di mobil?"
"Enggak... pokoknya ada deh gua ngaku gitu, dia nanya sejak kapan... terus gua gak jawab dan akhirnya kita diem-dieman sampe sini" curhat Karen.

"Pas gua mau turun tiba-tiba dia bilang..."

"..Kay, kalau lo suka gua gak apa-apa kok. Gak akan ada yang marah dan weekend ini lo mau gak gua ajak jalan-jalan?"

Karen menceritakan kembali apa yang ia dengar dari mulut Hanif sambil memeluk tubuhnya.

Gavin yang mendengarnya benar-benar tidak bisa menahan tawanya melihat dan mendengar bagaimana Karen melakukan reka adegan kejadian yang di alaminya.

"Kok lo ketawa sih!" hardik Karen.

"Maaf... Maaf, tapi ini lucu beneran. Terus lo jawab apa itu pertanyaan Hanif?"
"Gua jawab iya, udah ah males sama lo di ketawain aja"

Karen menggeser tubuh Gavin yang masih meledakkan tawanya membuat Karen berjalan di tangga sambil terus menghentakkan kakinya, tanda protes karena Gavin masih menertawakannya.

"Selamat, akhirnya rasa terbalaskan!" teriak Gavin dari dapur yang masih bisa di dengar oleh Karen yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Karen merebahkan dirinya di kasur dan menatap langit-langit kamarnya, ini mimpi kan?

Karen terus saja menutup dan membuka matanya berulang kali, berharap bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat ini adalah hanya sebatas mimpi.

Bagaimana pun juga Karen benar-benar tidak habis pikir kalau Hanif mendengarkan podcast tersebut.

"Lo lagian bego banget sih Karennnn" kesal Karen pada dirinya sendiri.

Disaat Karen masih sibuk merutuki kelakuannya tiba-tiba denting yang berasal dari ponselnya berhasil mengalihkan fokusnya.

Ah iya, Karen ingat bahwa sejak semalam Karen sudah menyantumkan alamat e-mail di profil Instagram The Neo Broken Heart Club.

Dan sepertinya semesta memang ingin menutup harinya dengan kejutan lainnya, yaitu e-mail dengan surel nama yang sangat Karen kenal.

The Neo Broken Heart ClubМесто, где живут истории. Откройте их для себя