08

28 6 0
                                    

Karen terus menunggu Dinda yang sama sekali belum menampakkan batang hidungnya, padahal Karen sudah gatal ingin menanyakan bagaimana pendapat Dinda akan apa yang baru saja di alaminya kemarin.

"Kebelet pup?" itu Haris, yang entah bagaimana selalu muncul setelah Karen.

"Liat Dinda gak di parkiran?"
"Gak tau" jawab Haris acuh.

Tadinya Karen fokus menunggu Dinda dan benar-benar berharap bahwa Dinda akan segera hadir untuk mendengarkan ceritanya tapi entah kenapa mendengar jawaban Haris yang seakan-akan sangat acuh di tanyai perihal Dinda mengundang kejahilan Karen.

"Cemburu ya?"
"Apa?" tanya Haris jutek.
"Cemburu kan lo si Dinda udah mau jadian sama ka Darel?" ledek Karen lagi.

Niat awalnya sih Karen hanya melontarkan ledekan saja, mengingat Dinda dan Haris sama-sama memiliki gebetan di waktu yang bersamaan. Kalau kata Ardi sih Haris sudah selesai pedekatenya dengan gebetan barunya, lain cerita dengan Dinda yang tampaknya semakin serius.

"Gak usah ngawur, gua mah yang penting dia bahag-" Haris langsung menghentikan ucapannya saat sadar kalau lawan bicaranya adalah Karen bukan Ardi.

"Kalau dia bahagia? Gaya lo ahh, emangnya lo suk- tunggu, jadi cewek itu Dinda?" Karen langsung  menunjuk muka Haris sesaat setelah menyambungkan kalimat Haris yang terhenti.

"Jadi cewek yang di maksud sama Ardi tuh Dinda, maksudnya cewek yang berhasil bikin lo sayang beneran tapi gak berani ngungkapin" jelas Karen lagi.

"Gak usah deh sok tahu" muka Haris tampak sedikit memerah dan tangannya sibuk menepis jari telunjuk Karen yang di arahkan ke mukanya.

"Kalau gua sok tahu kenapa muka lo merah" tawa Karen.

Ardi yang sebenarnya sudah hadir sedari tadi sedikit terkekeh mendengar pembicaraan antara Karen dan Haris.

"Ketahuan ya?" tanya Ardi.
"Bener kan?! Dinda kan?!" heboh Karen.

"Gua? Kenapa?" ketiganya langsung menengok ke arah sumber suara dimana Dinda berdiri dengan wajah yang sangat cerah.

"Enggak" sahut Haris cepat dan langsung mendudukkan dirinya di kursi.

Karen menelisik Dinda dengan teliti, ada yang beda dengan penampilan Dinda pagi ini. Biasanya saat masuk kelas ia akan sibuk untuk bebenah diri dan melepaskan jaketnya di ikuti dengan mengeluarkan pouch miliknya untuk touch up.

Tapi kali ini Dinda langsung mendudukkan dirinya dan sibuk dengan ponsel pintarnya, memangnya Dinda ke kampus tidak naik motor?

"Lo gak naik motor ya?" tanya Karen.

Cengiran Dinda menjadi jawaban iya bagi Karen, sepertinya ia di antar oleh Darel.

"Bye bye jombloers, I'm no longer jomblo hehehe" pamer Dinda sambil menunjukkan kalung dengan liontin sederhana sebagai matanya bertengger indah di lehernya.

Karen dan Ardi sama-sama bertukar tatapan dan Karen melirik ke arah Haris yang memasang muka tembok, tidak bereaksi apapun.

"Ucapin selamat kek?! Gak seneng apa temennya udah melepas masa jomblo" protes Dinda karena tiga orang temannya hanya saling melempar tatap.

"Beneran di tembak? Bukannya lo naksirnya sama ka Doni?"
"Ya gua deketnya kan bukan sama dia, sama yang pasti-pasti aja lah Kay" sahut Dinda.

Karen berusaha untuk terlihat heboh dengan terus memberikan ucapan kepada Dinda walaupun sesekali ia menoleh ke arah Haris yang juga memberikan ucapan, tapi wajahnya sangat masam.

Mau bertanya, tapi nanti Dinda jadi tahu kalau cewek yang di maksud Ardi soal Haris benar-benar sayang itu adalah dirinya kan bahaya juga.

"Kemarin malem lo chat gua, katanya ada yang penting. Apa?" tanya Dinda, berhasil membawa topik baru yang sedikit mengangkat raut masam dari wajah Haris.

The Neo Broken Heart ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang