06

33 6 0
                                    

"Kay, lo ditanyain Hanif"

Jantung Karen langsung berdetak tidak karuan usai mendengar penuturan Haris.

"Kenapa?"
"Apanya?" bingung Haris.

"Kenapa nanyain gua?"
"Lah? Lo kan sekelompok sama dia"
"Kelompok? Apa?" bingung Karen, sebenarnya panik.

"Komunitas Asia Timur, buka grup makanya" jawab Haris sebelum tenggelam dengan dunianya di balik layar ponser cerdasnya.

Karen buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mencari grup kelas di aplikasi pesan, ia seketika langsung menghembuskan napasnya. Seharusnya ia menyahut saat di bagi kelompok, bukannya malah terbuang dengan Hanif dan beberapa orang lainnya yang tidak muncul di grup malam itu.

"Kay, sekelompok ya kita?" tanya Ardi yang baru saja datang.

"Apa?" tanya Karen balik dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Komunitas Asia Timur..." jawab Ardi dengan nada hati-hati, takutnya Karen sedang tidak berada dalam suasana hati yang baik.

"Eh? Serius?"
"Iya, coba liat grup"

Karen membuka kembali grup kelas dan mencari angka empat sebagai nomor urut kelompoknya, ternyata benar ia bersama Ardi, Hanif dan Mira salah satu teman angkatan Hanif juga.

"Gua ketiduran pas grup kelas bagiin kelompok, eh tapi gak apa-apa sih jadinya sama lo" curhat Ardi, sambil menaruh tasnya di kursi sebelah Haris.

Karen hanya tersenyum menanggapi Ardi, pikirannya melalang buana kepada kemungkinan-kemungkinan Hanif akan mendengar podcast yang ia buat karena episode pertamanya sudah mengudara sejak dua hari lalu.

Tidak ada tanda-tanda dimana Hanif menghubunginya yang langsung Karen simpulkan menjadi Hanif tidak mendengarkan podcastnya, semoga.

"Kay, ini si Hanif ngechat gua mulu" adu Haris dengan wajah sebalnya.

"Gua lagi main, dia nanyain kontak lo mulu. Katanya buat bikin gr-"
"Kasih nomor gua aja, biar gua yang bikinin grupnya" potong Ardi.

"Oke" jawab Haris cepat.

Karen memberikan acungan jempol kepada Ardi, ia merasa terselamatkan dari berinteraksi dengan Hanif karena entah bagaimana hatinya berdebar setiap mengingat sedikit kebodohannya yang mengungkapkan isi hati melalui podcast.

"Lo sakit Kay?" tanya Ardi, di ikuti raut penasaran Haris.

"Hah? Enggak"
"Kok tumben lo diem aja?" tanya Ardi lagi.

"Emang kenapa sih kalau gua diem aja?" protes Karen yang di tanggapi Ardi dengan gelengan kecil.

"Kay, tadi di parkiran gua ketemu sama ka Hanif" ujar Dinda yang baru saja masuk ke dalam kelas dan mengambil duduk di sebelah Karen.

"Terus?"
"He asked about you" jawab Dinda seadanya dan mulai fokus pada peralatan make upnya, kemungkinan ingin touch up.

"Kalo kata gua nih ya, pasti Hanif naksir sama Karen"
"Betul" setuju Dinda sambil mengacungkan pensil alis di genggamannya.

"Diliat dari gerak-geriknya beberapa hari terakhi sih gua yakin dia mau move on ke Karen" tambah Haris dengan wajah super meyakinkan.

"Gak usah ngaco, gua gak mau ada insiden aneh-aneh" elak Karen.

"Maksud lo tuh insiden lo sama si Resha?" tawa Haris.

Karen tidak menanggapi, ia langsung membalikkan badannya malas untuk melanjuti perbincangan yang mengarah kepada kejadian dirinya dan Resha beberapa bulan lalu.

The Neo Broken Heart ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang