10

29 7 0
                                    

"Jadi bener?"
"Apanya?" tanya Haris galak menanggapi pertanyaan Karen.

"Lah? lo yang ngirim ke email gua, udah dibacain dan gua nanya kebenaran sekarang malah gua di semprot gini" sebal Karen.

"Lagi retoris banget pertanyaan lo tuh, kayak gak perlu di jawab elah" sebal Haris.

"Lagian kenapa lo gak ngaku?"
"Gua gak mau keulang kayak lo sama Ardi" jawab Haris.

Karen yang tadinya tidak menghadap ke arah Haris langsung memutar badannya dan menatap Haris penuh dengan selidik.

"Lo tau soal gua sama Ardi?"
"Ya menurut lo? Waktu gua bersusah payah menyatukan lo berdua yang canggung mampus, lebih ke Ardi sih. Itu gua gak tau apa-apa gitu? Tau lah gua gila lo" jawab Haris dengan nada super ngeselinnya.

"Kata gua ya, lo ngaku aja deh"
"Ngaku apa?" Dinda berdiri di hadapan keduanya yang langsung menatap Dinda dengan binar keterkejutan.

"Ngaku apa? Lo abis maling apaan deh?" Dinda menodong kipas lipatnya ke hadapan Haris yang berusaha menetralkan ekspresinya.

"Maling hati orang" jawab Haris asal.

"Gak heran, mau sampe kapan deh lo Ris Ris udah tua bukannya mikir gak jadi buaya darat malah makin jadi" komentar Dinda dan mendudukkan dirinya di kursi sebelah Karen.

"Ya belum ketemu pawangnya yang pas"
"Gimana mau nemu yang pas kalau lu aja udah kayak belanja celana dalem, sebulan sekali ganti"
"Emang celana dalem harus belanja sebulan sekali?" Dinda memutar bola matanya sebal mendengar jawaban Haris yang nyeleneh.

"Serah lo deh"
"Yaudah lah Din, jodoh kan gak ada yang tau dan lagian juga tuh ya belum tentu yang saat ini sama lo tuh jodoh lo"

Karen yang mendengar ucapan panjang Haris tersenyum geli, maksud tersirat Haris ke Dinda ya artinya gak usah serius-serius amat atau pakai perasaan banget.

"Buaya darat gak usah banyak bacot" tanggap Dinda.

"Udah diem lo Haris, gua mau nanya ke Karen. Jadi gimana?"

Karen memundurkan tubuhnya sedikit karena Dinda yang benar-benar mencondongkan tubuhny ke hadapan Karen.

"Apanya?"
"Hari sabtu"
"Ohhh asik tuh" malah Haris yang menyahuti.

"Asik gimana? Kok lo tau sih?"
"Gua nelpon Karen, terus sama Hanif disuruh matiin karena ngeganggu katanya"

Dinda langsung memasang tampang meledek kepada Karen, ekspresi yang sebenarnya sangat Karen tidak sukai karena pasti Dinda akan terus-terusan meledeknya.

"Jalannya ngapain aja? Cerita dong"
"Lo aja gak cerita tuh" sahut Haris.

"Heh gua nanya Karen ya bukan lo" gemas Dinda.

"Yaaa jalan pada umumnya"
"Elaborate please Karen astaga" Dinda memutar bola matanya mendengar jawaban datar Karen.

"Ya gitu deh, lagian gak ada apa-apa yang spesial amat"
"Yaudah nanti gua suruh Darel buat korek Hanif" tutup Dinda dan membalikkan badannya untuk melakukan ritual touch up di pagi hari.

"Nyenyenye" ledek Haris yang sama sekali tidak di tanggapi oleh Dinda.

"Woy, suntuk amat tuh muka" tiba-tiba Haris sudah mengalihkan topik pembicaraan tidak lama setelah Ardi memasuki ruang kelas dengan wajah yang bisa dilihat oleh siapa saja kalau tidak sama sekali bersahabat.

"Iya, bocor tadi ban gua di jalan" sahut Ardi.

"Recharge pake liatin Karen dulu gak" ledek Haris yang langsung membuat Ardi siap melempar tas ranselnya ke muka Haris.

The Neo Broken Heart ClubWhere stories live. Discover now