11

30 7 0
                                    

Karen memutari rak-rak buku sambil sesekali melirik ke arah Hanif yang sama sekali tidak bergeming, ia mengikuti Karen dengan sangat tenang dan sesekali terlihat mengambil novel yang berada pada rak buku dan membaca sinopsis dibelakang buku sebelum kembali mencari punggung sempit Karen yang cepat sekali menghilang dibalik rak-rak buku.

"Udah?" tanya Hanif setelah melihat Karen memeluk dua buku.

Karen menganggukkan kepalanya tanpa menjawab Hanif dan berjalan mendahului Hanif yang mengendikkan bahunya, mulai terbiasa dengan Karen yang lebih suka melakukan sesuatu hal sendiri.

"Sini" Hanif mengulurkan tangannya berniat mengambil alih buku-buku yang berada di dalam pelukan Karen.

"Ngapain?" Karen tidak menyerahkan buku-buku yang berada dalam pelukannya kepada Hanif membuat laki-laki tersebut langsung mengeluarkan kartu debit dari dompetnya.

"Loh loh gak usah, bisa bayar sendiri tau" rengut Karen.

Hanif tidak memperdulikan rengutan Karen dan langsung mengambil buku-buku yang berada pada pelukan Karen, aksi tarik-menarik yang terjadi di depan meja kasir membuat penjaga kasir menengahi keduanya yang berakhir dengan Karen melepaskan buku-buku dalam pelukannya dengan hati yang tidak rela.

"Totalnya tiga ratus dua puluh ribu, cash atau kartu?" tanya penjaga kasir berusaha menyunggingkan senyum setelah menyaksikan lima menit penuh dengan pertengkaran kecil Hanif dan Karen.

"Kartu"

Karen memilih untuk menekuk wajahnya sepanjang mereka berjalan menuju parkiran mobil, sama sekali tidak menghiraukan Hanif yang beberapa kali menawarinya untuk membeli cemilan sepanjang jalan menuju parkiran.

"Masih mau cemberut gitu?" tanya Hanif, tidak membuka kunci mobilnya.

"Iya, lagian kan bisa bayar sendiri. Kenapa dibayarin"

"Sekalian"

"Apanya yang sekalian, orang gak sama sekali beli apa-apa tadi. It feels like I owe you"

Tawa Hanif meledak usai melihat bagaimana Karen melakukan protes terhadapnya dengan raut wajah yang berapi-api, membuat Hanif jadi gemas sendiri dan berniat untuk  mengusak kepala Karen sebelum namanya tiba-tiba dipanggil.

"Hanif?"

Karen dan Hanif sama-sama menengok ke asal suara, dimana Ashila berdiri sambil menggenggam lengan Tama. Entah bagaimana Tama melepaskan genggaman Ashila dan tersenyum kepada Karen dan Hanif yang mengerjapkan mata secara bersamaan.

"Oh iya" jawab Hanif setelah jeda yang cukup lama.

"Kalian ngapain ke sini?" tanya Ashila dengan ekspresi yang jauh berbeda dari terakhir kali Karen mengingatnya saat ia harus berhadapan dengan Ashila beberapa hari lalu.

"Abis nemenin Karen beli buku" jawab Hanif seadanya.

Karen menyadari bahwa suasana yang terbangun saat ini bukanlah suasana yang bersahabat sama sekali, Tama menampakkan ekspresi dinginnya dan sama sekali tidak menghiraukan setiap jawaban yang Hanif berikan. Begitu pula dengan Hanif yang tidak menyapa Tama sama sekali.

"Karen?"

Belum sempat Karen memikirkan bagaimana untuk bisa mencairkan suasana yang berubah jadi sangat menegangkan diantara mereka berempat, tiba-tiba suara yang sangat Karen kenali memanggil namanya. Ardi berdiri dengan Sekar yang menatap dirinya dengan senyum yang terlewat manis menurut Karen.

"Eh lagi ada apa ini kok semuanya disini?" tanya Sekar memecahkan bola es yang langsung membuat Karen menyunggingkan senyumnya sebagai tanggapan.

"Ini abis beli buku terus gak sengaja ketemu kak Cila dan kak Tama" jawab Karen.

The Neo Broken Heart ClubWhere stories live. Discover now