Paket kematian

27 31 8
                                    

Jam menunjukkan pukul 23:30 tengah malam, namun tak menghentikan kegiatan para pemuda-pemudi ini untuk terus berpesta. Riska, gadis pemilik pesta itu nampak cantik dengan rambut di gerai dengan dresnya, begitu pun kedua temannya Mala dan Indira.

Riska mengundang semua teman yang ia kenal untuk menghadiri pesta ulangtahun ke 22. Ia menyewa sebuah apartemen, di dekorasi sedemikian rupa indahnya. Lihat saja bagaimana teman-temannya sangat menikmati pesta tersebut, membuat Riska tersenyum puas. Tidak sia-sia ia mengeluarkan biaya besar.

Senyuman gadis itu terganggu, oleh getaran yang di hasilkan dari handphone digenggam nya. Riska melihat siapa sang penelfon, dahinya menyergit heran nomor pribadi.

Karena rasa penasaran yang tinggi, tanpa babibu Riska menjawab,

"Hallo" Riska bersuara lebih dulu, selama beberapa detik tak ada jawaban, merasa membuang waktu ketika Riska hendak memutuskan sambungan, tiba-tiba terdengar suara-

"You know, I see you girls. Next time we play the game." Suaranya terdengar berat lebih tepatnya sang penelfon menggunakan pengubah suara. Setelahnya sambungan telfon benar-benar terputus secara sepihak.

"Apaan sih gak jelas banget." Rutuknya menatap ponsel yang menampilkan warna hitam.

"Kenapa lo?" Tanya Mala yang sedari tadi melihat Riska sedikit kesal.

"Tau ah, ada yang nelfon gak jelas banget. Masa dia ngomong 'You know, i see you girls. Next time we play the game', kurang kerjaan banget."

"Udah, gak usah di pikirin. Ini pesta ultah lo, jadi lo harus happy." Balas Mala menenangkan.

"Ris, ini ada kado buat lo." Indira, gadis itu berkata seraya menyodorkan sebuah kotak dengan bungkus berwarna pink, jangan lupa ada pita di atasnya, dan secarik kertas bertulisan 'Untuk Riska'.

"Lah, dari siapa dah Ra?" Mala bertanya kepo.

"Tadi gue keluar bentar, terus liat nih kotak di depan pintu. Karena di atasnya ada tulisan 'Untuk Riska' jadi gue bawa masuk." Balas Indira lengkap.

Riska menerima kotak tersebut, dia tersenyum. Ternyata dia memiliki pengagum rahasia.

"AAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH" Riska berteriak ketika membukanya, dia langsung melempar kotak itu ke lantai, tanpa permisi, isi kotak ikut keluar berhamburan. Melihat apa yang keluar dari box Mala dan Indira ikut berteriak. Dan itu mampu membuat semua orang yang berpesta berhenti untuk menatap ketiga gadis itu.

Senyap, hanya dentuman musik yang terdengar, bahkan ketiganya masih menatap nanar kotak dan isinya. Sampai gadis-gadis yang berada di dekat kotak ikut berteriak melihat sesuatu yang berhamburan di lantai. Sontak semua mata menatap ke arah lantai, hanya butuh 5 detik, mereka semua menyadari sesuatu yang tengah di ributkan dan dengan refleks menghindar kebelakang, membuat ketiga gadis dan kotak tersebut seperti berada di tengah lingkaran.

"SIAPA YANG NGASIH INI NGAKU WOI. BECANDA LO GAK LUCU BANGET SUMPAH." Mala sudah tersadar dari keterkejutannya. Semuanya diam. Mendapati tak ada jawaban, Mala kembali berteriak.

"LO SEMUA BISU YA, HAH!"

"Yang pasti bukan kita semua." Mala menatap sumber suara dengan tajam, lalu perempuan itu kembali melanjutkan, "Lo juga tau, yang di undang ke party ini cuma orang-orang yang di kenal sama Riska. Buat apa kita ngelakuin hal gila kayak gini? Dan lagi, itu kayaknya benar-benar jari manusia."

Isi kotak yang berhamburan keluar itu adalah jari-jari manusia, masih lengkap dengan darah. Siapa pun yang mengirimkan, dia benar-benar orang tergila dari yang gila. Ketika semua orang hanya menatap kelantai, salah seorang berjalan mendekat pada kotak tersebut. Ia melihat ada sebuah foto perempuan duduk dengan kedua tangan diikat pada kedua sisi kursi, dan memperlihatkan tangan perempuan itu sudah tak memiliki jari, kesepuluhnya hilang.

"Bangsat, OLA MANA?" Bima, dia adalah orang yang mendekat dan melihat foto itu berteriak marah.

"Ola, tadi gue liat dia ke toilet." Perempuan(Gwen) tadi menjawab kembali. Tanpa permisi, Bima berlari menuju toilet, di ikuti Riska, Mala, Indira, Gwen, Aditya dan beberapa teman lainnya.

~

Ketika sampai di toilet, mereka di kejutkan dengan perempuan yang sama persis di foto. Keempatnya mundur, Gwen menutup mulutnya tak percaya. Lihatlah, gadis yang tadi asyik berjoged dengannya kini sudah berlumuran darah tak bernyawa.

Bau anyir darah menyeruak di antara mereka.

Gila, ini benar-benar gila, psycho mana yang melakukan pembunuhan di pesta begini? Sedangkan Riska, gadis itu seperti orang linglung, dia terduduk di lantai, kakinya terlalu lemas untuk menopang diri.

"STOP, Jangan disentuh!" Aditya menahan Bima yang ingin mendekat pada mayat Ola.

"Terus lo mau diem aja ngeliatin mayat dia, HAH!"

Aditya tak terima dirinya di bentak pun naik pitam,

"Coba lo pikir pake otak lo yang kecil itu, kalo sampai sidik jari lo ada di sana, lo yang akan di tuduh bunuh dia bodoh." Adit menekan kata bodoh.

"Terus apa yang harus kita lakuin?" Tanya Mala yang masih sedikit ketakutan.

telpon polisi perintah bima pada siapapun yang ada disana.

t-tap—

Lo pada ngerti Bahasa manusia gak sih? TELEPON SEKARANG! perintahnya mutlak tidak ingin dibantah. Mala yang masih cukup waras untuk meladeni bima menekan tuts di ponselnya. Tangannya gemetar dan suaranya bergetar. Jujur ia sangat takut melihat mayat di depannya.

Tanpa bisa di tahan lagi, Indira mengeluarkan semua isi perutnya, melihat mayat yang tidak utuh di depannya secara langsung jelas-jelas membuatnya mual. Gwen yang beberapa saat lalu melihat ola masih hidup sangat syok. Ia kehilangan kesadarannya pingsan ditempat.

GWEN! adit memangku kepala gwen di pahanya, menepuk pipinya berkali-kali berusaha menyadarkan.

Riska ingin menangis rasanya, di hari bahagianya malah kedatangan tamu tak diudang. Siapa sebenarnya yang melakukan hal sekejam ini di apartement nya .

Beberapa menit kemudian terdengar suara sirine polisi. Beberapa orang dari pesta yang penasaran ikut melihat dan tercengang karenanya. Polisi datang mengevakuasi orang-orang dan mengamankan mayat. Mereka memasang garis polisi di TKP. Mala di tanyai sebagai saksi dan menjelaskan kejadiannya secara rinci, sedangkan saksi yang lain masih belum bisa di tanya karna masih syok dengan kejadian tadi. Gwen masih tidak sadarkan diri. Indira dan riska sama buruknya kewarasan mereka hampir hilang mereka hanya menatap kosong tanpa mau bicara.

Aditya hanya berada di samping gwen dan tidak melakukan apapun. Bima masih bisa berfikir jernih dan bersaksi Bersama mala.

Tanpa mereka ketahui, seseorang memantau dari jauh. Tersenyum senang melihat rencananya berhasil.

Are you ready guys? Lets play the game

***

Tbc

Apa yang bakal kalian lakuin kalau jadi salah satu dari mereka?

Kabur? atau Bunuh diri? Maybe.

Fyi, ini adalah project kolaborasi antara aku dengan penulis lain yaitu Realhanns

Dia gak mau di tag, Cuma nitip nama pena doang katanya.

So guys, wanna play the game with me?.

you know I see youWhere stories live. Discover now