First Game

20 18 0
                                    



Ayo main bersamaku, sampai kalian lupa pada waktu!!!
***

"Mala!"
Mala dan Riska tersentak kaget, Bima berdiri di depan keduanya dengan menekuk lutut dan tangan berada di atasnya menjadi tumpuan, nafasnya terengah-engah karna pasokan oksigen di paru-paru hampir habis.
"Kenapa lo?" Bukannya menjawab Bima malah meneliti setaip jengkal tubuh gadis itu. Mala refleks menyilangkan kedua tangannya kedepan.

 "Heh, ngapain lo liat-liat?"

"Lo gak kenapa-napa kan Mal?" Riska menyergit.

 "Emang Mala kenapa? Dari tadi dia disini sama gue. Lo kenapa sih, aneh banget?" Bima menyerahkan hp nya pada kedua gadis itu, layarnya menampilkan ruang chatt pribadi, disana terdapat gambar Riska dan Mala dan sebuah pesan berbunyi-

unknown number

Mau bermain dengan ku Bima? Jika kamu tidak bisa datang tepat waktu menemui mereka, aku akan melukai salah satunya. Ah, atau lebih baik aku melukai Mala terlebih dahulu, semuanya tergantung seberapa cepat kamu sampai, waktu mu 10 menit. Have a nice play.

Saat keduanya masih melihat isi chatt itu, ada pesan masuk dari nomor yang sama,


Waktu mu, 9 menit 25 detik, sangat di sayangkan. Kenapa lari mu begitu cepat? Harusnya aku tidak berbaik hati memberimu banyak waktu. Sampai bertemu di permainan selanjutnya

Riska menulusuri setiap sudut halaman kampusnya, terlalu banyak orang. 

"Cepat pale lu , gue mati-matian lari dari gedung kesini." Kesal Bima karena jarak tempat Mala dan dirinya cukup jauh. Dia mendapatkan pesan ketika sedang ada kelas, salahkan sang pengirim pesan gila itu, dia harus meninggalkan kelas tanpa permisi, bagaimana dia akan menjelaskan pada dosennya nanti coba.
Mala melemparkan hp Bima takut-takut "anjir hp gue tuh, sembarangan maen lempar aja." Gadis itu masih tak percaya dengan apa yang ia baca tadi

 "udah berapa kali kita dapat pesan teror sih?" Bima mencomot hp nya, mengecek kalau-kalau ada yang tergores "gue gak tau, tapi ngeliat ekspresi lo berdua, kayaknya Cuma gue yang dapet ini chatt. Soalnya si Adit gak ikut lari."
Riska mengangguk membenarkan, 

"eh gue baru inget sesuatu, nanti gue mau bicarain sama kalian, kita kumpul di apartement Indira, pulang ini."
"Enak bener lo tinggal bilang di apartement Indira, tuh yang punya apart setuju apa kagak marimar?"
riska memutar bola matanya malas "Terus lo semua mau di apartement gue yang bekas pembunuhan?" Bima dan Mala begidig ngeri 

"apartement Indira aja, jangan ladenin protesannya Bima, Ris!" Mala menjawab cepat, dia masih parno. Kalo dia pengen buang air kecil gimana coba, mana berani ke toilet bekas mayat mutilasi gitu, ngebayanginnya aja udah ngeri.

***

Indira menatap sengit pada teman-temannya, ruangan yang sedang mereka tempati pasti akan kembali seperti kapal pecah, padahal Indira sudah merapikannya, "kenapa harus apartement gue?" tanyanya kesal.

"Idenya si Riska." Yang di sebut namanya pun mendelik tajam "Lo juga setuju kita kumpul disini anjer." Toyornya Riska pada Bima, bima yang hendak menoyor balik di cegah oleh mala.

"udah napa jan ribut mulu deh lo berdua gua kawinin juga nih lama lama!" ucap riska

bima cemberut

kan pengen kawinnya sama mala

Penasaran bagaimana Bima lolos dari amukan dosennya, dia memberi alasan bahwa dia sedang diare, namun haruskah dia takjub dengan mulutnya? ajaibnya dia benar-benar diare setelah kelas selesai.

"Ck, dah cepetan apa yang mau di bahas?" semuanya menatap Riska penasaran.

 "kemaren malam, pas si Indira kobam hpnya getar ada yang nelfon. Dan lo semua tau siapa yang nelfon?" kalimat Riska menggantung. riska yang memberi jeda pada kalimatnya semakin membuat penasaran

you know I see youWhere stories live. Discover now