Penculikan

14 14 0
                                    

Suasana malam yang terlihat lenggang dan tenang berbanding terbalik dengan suasana hati Riska, bagaimana bisa tenang jika kemarin ia hampir saja jadi tontonan gratis satu kampus, bukan tanpa alasan Riska bekerja sebagai kupu-kupu malam, ia terpaksa karna  semenjak kematian ibunya, ayahnya tidak peduli akan riska dan tidak mencukupi finansialnya, bahkan Riska tidak tahu dimana keberadaan ayahnya, ia tidak muluk muluk untuk meminta kasih sayang. Persetan dengan keluarga Bahagia bagi riska keluarga Bahagia itu Cuma mitos. Ibunya mengandung dia hanya agar dinikahi kekasihnya. hanya sebatas itu Riska di mata ibunya tidak lebih, nasib baik ibunya meninggalkan apartemen untuk dia. Bohong kalau Riska tidak merasa sakit hati dengan keluarganya yang secara tidak langsung membuangnya Riska kadang berangan-angan untuk membalas dendam pada keluarganya yang mencampakkannya dengan cara menjadi sukses, namun Riska memilih jalan yang salah untuk menuju kesuksesan alhasil ia terjerumus di dalam kelamnya dunia malam, dan akhirnya ia susah untuk keluar dari dunia itu.

Hal seperti kemarin bisa saja menimpa Riska lagi namun jika dia tidak bekerja dia tidak akan punya uang untuk gaya hidupnya yang sudah terlanjur berstandar tinggi. Ia menimbang-nimbang lagi antara bekerja atau tidak dulu. Ia memilih untuk tidak berangkat ke ‘sana’.
Seperti biasa ia akan tidur di rumah Indira namun bedanya kini Gwen ikut Bersama kami, dia masih di perjalanan menuju ke rumah Indira, sedangkan Dhara menginap di rumah Mala atas permintaan Bima yang khawatir kalau Dhara sendirian di rumah apalagi Dhara tidak memiliki siapa-siapa di Indonesia.
Indira datang membawa segelas kopi dan biscuit coklat di nampan untuk cemilan malam, Indira menaruh nampan di meja kemudian menepuk pundak Riska membuat si empunya terkejut.
“Astaga, Indira! Lo ngagetin gue” Indira terkekeh kecil kemudian mengambil ikatan rambut di meja nya lalu mengikat rambutnya yang terurai.
“Sorry, gue cuma mau nawarin biskuit” Riska menatap biskuit di meja tak berniat menyentuhnya, ia malah memainkan pulpen yang tergeletak. Riska menunduk dalam.
“Ra”
Indira membalasnya dengan gumaman kecil.
“Setelah lo tau gue yang begini, lo masih mau temenan sama gue?” Indira menghentikan aktivitasnya menatap Riska  ia menghembuskan nafas pelan.
“Lo sahabat gue gak peduli apapun kerjaan elo, itu keputusan yang lo ambil Ris gue gak berhak buat ikut campur, toh gue juga bukan orang suci, yang gue tau elo itu masih orang baik dan elo terpaksa buat lakuin itu semua, bukan suka rela lo lakuin demi seneng-seneng doang” Riska sedikit berkaca-kaca mendengar kalimat yang keluar dari mulut Indira, Riska beruntung memiliki sahabat sebaik dan setulus Indira.
Ia bernjak berdiri dan memeluk Indira menumpahkan segala resahnya pada Indira dan menangis di pelukannya. Riska bukan tipe orang cengeng yang mudah menangis, namun kali ini tepatnya setelah terror-terror berdatangan Riska agak sedikit takut dan sedikit mengeluh pada tuhan karna rasanya, hidupnya sudah cukup menyedihkan. Setidaknya Riska tidak ingin mati muda.
Indira mengelus punggung Riska pelan menenangkan Riska yang sedang menangis sesenggukan meratapi hidupnya yang malang., Riska membasahi baju Indira dengan air matanya Indira tersenyum saat Riska melepaskan pelukannya dan menatap Indira dengan mata yang sembab dan ingus yang hampir keluar dari hidungnya.
Indira sontak tertawa melihat wajah Riska yang terlihat konyol, ia mengacak surai Panjang riska “Lucu banget si lo, jadi gemes”
Riska melotot garang “kok lo kayak cowo lagi gombalin ceweknya sih Ra, geli anjir sono lo jauh jauh!” tawa Indira makin meledak melihat Riska yang bergidig ngeri melihatnya. Dengan akhlaknya yang mines Indira malah semakin menggoda Riska.
“Ris, kok lo cantik banget sih”
“Indira! Udah ihh merinding” Indira semakin mendekati Riska, kemudian mencolek lengan Riska genit.
“Kayaknya gue suka deh sama lo ahahaha”
“Najis Indira babik!”
***
Gwen berdiri di depan rumahnya menunggu ojek pesanannya dating ia menggerutu kecil karna Aditya yang biasanya mengantar jemputnya malah sibuk dengan urusannya sendiri membuat ia harus menunggu lama ojeknya yang tak kunjung datang. “Adit bego, liat aja besok gue diemin”
Angin malam yang berhembus dingin meniup pundak Gwen yang terbuka membuat ia memeluk dirinya sendiri merinding.
“Nih ojek lama banget sih!”
Sebuah lampu motor menyorot Gwen yang tengah berdiri di depan rumahnya, motor itu berhenti di depan Gwen.
“Atas nama mbak Gwen ya?”
Gwen berdecak kesal “lama banget sih mas, saya kasih bintang satu mampus lo”
“jangan dong mba, tadi saya anter anak saya berobat dulu” ucap mas ojol itu dengan wajah yang memelas namun tidak sedikitpun membuat Gwen kasihan. Dia malah semakin melotot garang dengan wajah yang sangat tidak ramah.
“Alesan kan lo biar di kasianin? terus saya kasih duit kan? Ngaku! Jaman sekarang ngemis bisa pake cara apa aja, dasar gembel metropolitan”
Mas mas ojek itu hanya diam menelan kekesalannya bulat bulat. Ia harus mengantarkan Gwen cepat agar tidak mendengar ocehan pedasnya lagi..
Ia mengengendarai motornya agak cepat ke arah berlawanan dengan rumah Indira, Gwen yang kebingungan tersadar langsung bertanya pada mas mas tersebut.
“Loh mas, tujuan saya kan bukan kesini, mau nyulik gue ya lo!”
“ini udah sesuai aplikasi mbak” Gwen menautkan alisnya bingung lantas mengecek ponselnya, yang membuat ia lebih terkejut lagi adalah fakta bahwa ojek yang ia pesan telah mengcancel orderannya, lantas siapa yang memesan ojek ini untuk dia?”
Tidak mungkin Aditya ia sedang sibuk, Riska? Gak, gak mungkin dia kan musuh bebuyutan dia, Indira? Dia bahkan gatau Gwen ke rumahnya dengan ojek.
Gwen menepuk Pundak ojeknya berkali kali meminta di turunkan.
“Mas turunin saya gak!”
“T-tapi mbak belum sampai”
“turunin atau saya teriak?” terpaksa tukang ojek itu terpaksa menurunkan Gwen di pinggir jalan yang sepi dan gelap. “mbak tapi disini sepi”
“udah deh pergi aja nih uangnya!” Gwen memberikan satu lembar uang limapuluh ribu untuk ojek itu kemudian berbalik arah berjalan kesal sambil menghentak-hentakan kaki dan berusaha memesan ojek online lagi yang lain, tukang ojek yang tadi terlalu menyebalkan.
Namun saat hendak memesan mulutnya malah di sergap dari belakang. Ia merona ronta sampai lemas karna mengirup obat dari saputangan penculik sampai ia tak sadarkan diri.
Semuanya gelap dan Gwen di seret masuk kedalam sebuah mobil van dan di seelahnya terdapat seorang gadis lagi dengan keadaan yang sama sepertinya.
Dengan mulut tertutup solatip dan tangan terikat serta tidak sadarkan diri akibat obat biusnya.
“Bos misi sukses” ucap seorang di depan ke teleponnya.
***
Gwen mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pupilnya, kondisi tangan dan kakinya terikat pada kursi dengan mulut ter tutup solasi membuatnya tidak bisa melakukan apapun, yang bisa ia lakukan hanya melotot karna di depannya terdapat Dhara yang pingsan.
Bukan hanya itu dia terlihat sangat mengerikan dengan darah di wajahnya dengan lebam lebam di sekitaran matanya, jelas dia tidak baik-baik saja tangannya juga seperti terdapat luka gores dan terlihat tali yang mengikat kakinya terlalu kencamg ,membuatnya berbekas.
“Mmmmhh hmmm!” Gwen berusaha menyadarkan Dhara yang tidak sadarkan diri dengan berterikak.
Ia berfikir bagaimana caranya agar ia bisa menyadarkan Dhara. Ia mendapat ide mungkin sedikit jorok karna melibatkan air ludah. Ia menjilat solatipnya sampai basah dan membuatnya terlepas dari mulutnya.
“Pstt pstt, heh Dhara” bisiknya pelan berulangkali namun dhara tidak kunjung membuka matanya.
“Heh bangun, kok lo merem terus sih, lo mati ya dhar?”
Dhara masih tak bergeming, anak rambutnya menutupi wajahnya yang penuh luka. Gwen teringat bukannya dhara harusnya berada di rumah mala ya?
Sibuk dengan pemikirannya Gwen sampai tidak sadar kalau ada yang masuk ke ruangan tersebut.
Dia seorang lelaki memakai pakaian serba hitam dengan masker di mulutnya, tubuhnya tinggi dan tegap seperti bodyguard atau emm preman? Bisa jadi.
“Nona sudah bangun?” Gwen berdecih melirik sinis pada orang itu “lepasin gue gak!”
Orang itu menggeleng pelan “Nona tidak akan pernah keluar dari sini kalau teman-teman mu tidak menjemputmu kesini”
“Brengsek, belajar ngomong dulu baru bacot lo, ngomong masih cadel so so an nyandra orang!” Gwen dengan jurus nyinyirnya mengata-ngatai orang di depannya yang tampaknya tidak fasih berbahasa Indonesia dan kesusahan mengatakan huruf ‘R’ terlihat dari matanya yang berwarna biru Gwen tau kalau dia bukan dari negara ini.
“Kamu masih tidak faham posisi mu ya, saya bisa saja membunuh mu sekarang juga kalau saya mau” logat bule nya kental sekali. Lidahnya seperti di seret, Gwen jadi ingin mengerik lidah orang di depannya ini. Sebenarnya Gwen sangat takut sekali dan sedikit gemetar, ini pasti kerjaan orang yang sama dengan orang yang meneror mereka. Kenyataan bahwa dirirnya benar-benar menjadi target membuat Gwen ingin menangis.
Kenapa harus dia yang menjadi tumbalnya? Mereka egois sekali.
“Siapa yang nyuruh lo?! JAWAB ANJING!” Gwen sudah tidak tahan lagi dia berteriak kesetanan. Kalau saja tangannya tidak terikat ia pasti sudah menjambak bule sialan itu. Dhara juga masih pingsan tidak kunjung bangun. Dia pasti sudah di hajar sebelum dia datang. Dan dia akan menjadi yang selanjutnya.
“LEPASIN GUE! ARGGH BULE BRENGSEK!”
“BALIK AJA LO SONO KE NEGARA LO, GAGUNA LO BANGSAT”
“Diam kamu telrlalu banyak bicalra” bule itu mendekati Gwen dan menutup mata gadis itu dengan kain tak lupa memberinya solatip tambahan untuk mulut gadis itu agar diam.
“HMMMMM! HMmMmM” Gwen meracau terus menerus tanpa henti sampai satu suara yang membuat gwen terkejut lalu terdiam mematung. “hai Gwen? Masih ingat aku?
DANISA?!
“ekspresi kamu kok jadi sedih sih? Kamu terharu ya aku kembali lagi?” gadis itu menjeda kalimatnya “hm atau kamu kecewa aku datang?” dia mencengkeram kedua pipi Gwen sangat kencang sampai kuku-kukunya menancap sampai pipi gwen terluka dan mengeluarkan darah “darah kamu ngotorin jari aku, ish sialan!” orang itu mengelap darah Gwen ke bajunya. Gwen memekik histeris menahan sakit di pipinya dan mulai menangis.
Danisa gue bersumpah bakal bikin lo mati sekali lagi!
“HMMMMMMM! HMMMMM MMMM!”
“AHAHAHAHA MATI KAMU GWEN” gadis itu mencekik leher Gwen sampai sesak nafas. Gwen benar benar gemetar ketakutan berusaha meronta, orang itu melepaskan leher Gwen membuatnya langsung menghirup oksigen.
“Aku tidak mau mengotori tangan ku hari ini” ia berbalik keluar dari ruangan itu, Langkah yang menjauh membuat perasaan Gwen lega sedikit. Namun sebelum benar-benar keluar ruangan gadis itu menoleh pada rekannya, sambil menyunggingkan senyum smirk nya.
“Tunggu apalagi?” jeda

“Hajar dia”

***
Tbc
Part ter mentok, bingung banget mau ngetik apa sebenernya, tapi ternyata pas nulis wordnya sebanyak ini huhu, agak pegel otaknya wkwk, part selanjutnya aku serahkan pada yth realhanns semangat mikir mbak! HAHAHA (ketawa setan)
Ily dollop dollop to my readers thankyou for reading my work!
Salam cinta segede gunung dari lepiayeyyy & realhanns

you know I see youWhere stories live. Discover now