Rumah sakit

11 11 0
                                    

Dhara dan Gwen dilarikan ke rumah sakit, kondisi mereka jelas tidak baik, dhara menderita luka yang cukup parah, lebam yang ada di dada Dhara seperti bekas di hantam oleh benda tumpul, mereka berdua masih tidak sadarkan diri. Dhara terluka paling parah, tampak di lehernya seperti sebuah sayatan sedikit lebih dalam lagi mungkin Dhara sudah berbeda alam dengan mereka semua.

Mala memandangi Dhara dan Gwen dengan pandangan kosong, wajahnya yang pucat hampir menyerupai mayat dengan luka yang menyeramkan membuat Mala tersadar, mereka semua dalam bahaya. nyawa mereka ada di ujung tanduk.

"Jadi...kita, bakal kaya mereka juga?" tanya Mala lirih.

Indira dan Riska yang lelah tengah tertidur sambil duduk ke sofa kamar Gwen dan Dhara yang menyatu. bima tidak menjawab pertanyaan Mala karna mereka juga tidak tahu harus jawab apa. Aditya tertidur di sisi Gwen sambil menggenggam tangan Gwen seakan jika ia melepaskannya gadis itu akan kembali menghilang seperti kemarin.

"Mal lo tidur aja biar gue yang jagain Dhara sama Gwen" Mala menoleh pada Bima, matanya masih menatap kosong, tanpa aba-aba Mala mulai terisak keras.

"Bim.....hiks... hiks" bibirnya bergetar, ia meluruh ke lantai menenggelamkan wajahnya di lutut. Bima yang melihat Mala menangis panik. ia langsung menghampiri Mala dan memeluknya sambil mengelus punggungnya menenangkan.

Mala yang terlihat paling tegar di antara mereka pertahanannya kini hancur juga di hadapan Bima, bahunya sampai bergetar karna menangis hal itu berlangsung selama lima belas menit. selama itu juga Mala berada dalam pelukan Bima sampai tangisnya mulai mereda.

Bima hanya mengelus punggung tanpa memberikan kalimat penenang seperti yang orang lain biasa lakukan. ketika Mala mulai tenang baru Bima membuka suara,

"...gue, gak tau mau nenangin lo kayak gimana" Mala mengangkat kepalanya menatap Bima tanpa menanggapi. Bima berbicara lirih sambil menunduk menatap lantai ia juga kebingungan dengan situasi saat ini. "gue...juga takut lo...lo kenapa-napa"

Bima semakin menunduk dalam "Mal,"

Mala masih diam menatap Bima dalam "janji sama gue, buat tetep baik baik aja" Mala tersentak, ditengah malam yang hening hanya tersisa mereka berdua yang belum tertidur. matanya yang sembab tidak mengalihkan pandangannya dari Bima. Mala berdeham membuang kecanggungan diantara mereka.

Mala pikir, laki-laki itu menyukai Dhara. Karena Bima sering kali khawatir akan Dhara. Jangan salahkan Mala jika dia berpikiran demikian. Tapi lihatlah, malam ini laki-laki itu mengeluarkan kalimat yang membuat jantung Mala berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Mala, lo--"

Belum sempat Bima menyelesaikan kalimatnya mala mencondongkan tubuhnya ke arah Bima lalu mendekatkan wajah mereka berdua dan membungkam bibir Bima dengan bibirnya. Bima terkejut bukan main, aliran darahnya mengalir dengan cepat membuat sekujur tubuhnya panas, jantungnya langsung berdetak dengan kencang. hanya kecupan lembut, Mala melepaskan kecupannya pada Bima, mereka kini saling menatap, Bima masih spechless karna masih tidak menduga bahwa Mala tadi menciumnya

"thanks ya Bim" Mala tersenyum.

Belum genap kalimat itu hilang, detik berikutnya Bima menarik tengkuk leher Mala. Menempelkan kembali bibirnya dengan bibir gadis itu. Mala memancingnya duluan, maka Bima pun tak segan melakukannya. Namun, kali ini bukan sekedar kecupan singkat, Bima kini sudah melumat bibir Mala, mengigitnya untuk memperdalam ciuman mereka. Mala sedikit tersenggal mengimbangi permainan Bima, paru-parunya kekurangan oksigen, tapi Bima sama sekali tidak berniat mengakhiri kegiatannya. Persetanan dengan teman-temannya yang sedang tertidur, ini kesempatan Bima, nafsunya sudah tidak bisa di bendung lagi. Lidah mereka pun bermain dengan lihai. bibir Mala sudah bengkak rasanya karna sesekali Bima mengigitnya.

you know I see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang