adu domba

7 7 0
                                    

"bodoh hampir saja kamu terlambat, telat sedikit saja dia bisa benar-benar mati"

"tenang saja dia kuat, tidak mungkin mati hanya karena satu suntikan"

"jika bos mendengarmu, kau pasti sudah menjadi makanan harimau nya"

pria itu bergidik ngeri membayangkan dagingnya menjadi tetelan dan di peruntukkan untuk makanan harimau lapar yang ganas. "kau saja sana aku masih ingin menikah"

"jangan harap kau bisa menikah!"

***

dhara terbangun dari masa kritisnya, dia mengerjapkan matanya secara perlahan dan pasti, ketika matanya terbuka yang ia lihat pertama kali adalah mala dan bima. mereka tengah mengobrol mesra berdua tanpa sadar kalau dhara sudah siuman dari tidur panjanganya. tangan dhara bergerak hendak mengambil gelas di samping ranjang tidurnya yang berisi air putih.

"ha...us,..." PRANGGG

gelas yang hendak dhara gapai itu tersenggol lengannya dan akhirnya terjatuh ke ubin dan pecah mengagetkan dua insan lain di ruangan itu. "astaga, dhara... lo siuman"

bima langsung memencet tombol untuk memanggil dokter agar dhara segera di periksa. "haus"

"bentar bentar, gue ambilin minum dulu" mala mengambil air minum kemasan gelas dari kardus lalu menusukan sedotan dan mengarahkannya ke arah dhara. sebelumnya dia membantu untuk membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk agar memermudah minumnya.

"whats going on?"

"lo sama gwen di culik dan hampir jadi patung semen kemaren"

"are you kidding?"

"im serious, kayaknya kepala lo terbentur deh ampe sedikit lupa kejadian kemarin "dokter masuk ke dalam kamar dan memeriksa keadaan dhara, sedangkan gwen sudah siuman sejak tadi dan kini tengah di ajak untuk berkeliling oleh Adit dan Riska. indira tengah ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Dhara masih terlihat pucat, dia belum makan sama sekali dari kemarin dan hanya di beri infus oleh para perawat, tatapan matanya kosong dan terlihat sedih, ia masih lemas bahkan untuk sekedar mengambil air, makanan rumah sakit yang telah di sediakan masih belum juga masuk ke mulut Dhara, Mala masih berusaha untuk menyuapi Dhara.

"ayo dong lo harus makan"

Dhara menggelengkan kepalanya, tidak berminat. Bima pun turun tangan mengambil alih piring di lengan Mala. ia mendekat ke sisi Dhara yang berlawanan dengan Mala lalu membujuk Dhara yang sedari tadi enggan untuk makan. "dhar, lo harus makan ya, nanti gue ajak jalan-jalan kalo udah sembuh deh"

wajah Dhara yang tadinya sangat lesu, kini menjadi lebih berbinar. Dhara tersenyum manis pada Bima. "beneran?"

Bima membalas senyum Dhara lalu menjawab "iya deh janji"

Dhara mengangkat jari kelingkingnya , Bima yang paham apa yang di maksud Dhara, ia langsung menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Dhara. "janjiiii"

Mala melihat interaksi keduanya yang begitu manis layaknya sepasang kekasih agak sedikit kesal dibuatnya, baru saja kemarin Bima dan dia meresmikan hubungan, kini Dhara enak enakan caper sama pacarnya. bibir mala tertarik garis lurus memaksakan senyuman padahal hatinya dongkol sekali.

Mala masih berusaha positif thinking pada Dhara.

tapi makin lama kok, makin ngelunjak ya?

Bima menyuapi Dhara dengan pelan dan telaten, Dhara tampak senang-senang saja tidak seperti orang sakit bahkan dia makan dengan sangat lahap, apakah Bima se berpengaruh itu untuk Dhara? apa memang Dhara punya rasa pada Bima?

you know I see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang