Poison

7 8 0
                                    

Keadaan ruangan yang ditempati oleh Dhara dan Gwen tegang, bunyi alat EKG mendominasi, dokter dan perawat tengah serius memeriksa keadaan Dhara, ritme detak jantung gadis itu tidak stabil. Riska kembali kedalam setelah menelfon Mala, ia berdiri di samping ranjang Gwen dengan Adit yang tak acuh dengan situasi sekarang.

Riska benar-benar kesal melihat adit yang hanya fokus pada gwen sedangkan dhara yang kondisinya lebih parah adit sama-sekali tidak dia pedulikan, riska ingin sekali menegurnya tapi ia tahan. Keadaan Dhara lebih penting sekarang. Setelah keadaan normal, ia pastikan akan menceramahi laki-laki itu. mengingat Adit ada di tempat ketika suster menyuntikan racun, namun dia tidak menyadarinya. Bodoh.

Sedari tadi Riska terus menggigiti jarinya, memperhatikan Dhara yang nyaman dengan matanya terus terpejam, dokter yang sesekali memerintah perawat mengecek ini itu.

BIIIIIPPPP~

Mata Riska terbelalak menatap EKG yang menapilkan garis lurus, Adit terperangah kini dia mulai memperhatikan Dhara. Riska mendekat berteriak.

"DOK TEMAN SAYA KENAPA?" salah satu perawat menahan Riska, dokter mulai semakin sibuk,

"Mba harap tenang biar dokter memeriksa,"

Adit menahan Riska yang hendak menerobos masuk ke dalam. Sang perawat kembali membantu. Di saat itu juga pintu ruangan terbuka, menampilkan tiga orang yang sudah berganti pakaian, kecuali Bima.

Riska langsung berlari menghampiri Mala,

"Ini kenapa Ris?" Bima bertanya melihat wajah Riska yang sudah tidak karuan.

"Dhara-" nada bicaranya tersenggal, tidak bisa melanjutkan.

"DHARA KENAPA?" Indira mulai berteriak saat melihat dokter menggunakan alat pacu jantung untuk Dhara.

"Mas mba, silahkan tunggu di luar saja!" perawat itu menggiring rombongan Riska keluar melihat suasana ruangan mulai tidak kondusif, tapi Indira berontak berusaha mendekat. Perawat cukup kewalahan menahan Indira, sampai Mala menariknya keluar.

Indira menatap pintu ruangan nanar,

"GIMANA BISA DHARA DI RACUNIN RIS?"

Bukannya menjawab Riska malah menatap nyalang pada Adit, cowo itu baru menyadari hal yang terjadi pada Dhara. Riska berdecih.

"GARA-GARA TINGKAH BUCIN LO, DHARA DI RACUNIN BEGO," Riska menunjuk tepat di depan wajah Adit, membuat cowo itu kesal.

"APAAN SIH LO GAK USAH NUNJUK-NUNJUK GUE SIALAN," balasnya sewot,

"KENAPA? GAK TERIMA?" Riska maju mendorong adit yang emosi tidak terima dia di tuduh menjadi penyebab di racunnya dhara, karena sejak tadi dia tahan kuat-kuat maka sekarang saatnya meledakannya semuanya.

"GUE GAK TAU KALO TUH SUSTER NGERACUNIN DHARA, BANGSAT,"

"JELAS LO GAK TAU, YANG LO PENTINGIN CUMA GWEN DOANG,"

"GWEN JUGA LUKA, BUKAN CUMA DHARA,"

"GUE TAU GWEN LUKA, TAPI JELAS LUKA DHARA LEBIH PARAH! MATA LO BUTA?! MAKAN TUH CINTA ANJING, GAK GUNA LO DISINI BANGSAT"

"JAGA MULUT LO YA, DASAR LONTE!"

plakkk

riska menampar adit di pipi sebelah kirinya, sampai membuat si empunya tertoleh ke arah kanan saking kerasnya tamparan riska. adit jelas keterlaluan sampai mengatai riska macam tadi, hanya karna gwen adit sampai rela mengatai orang lain, terlepas itu fakta atau bukan, adit tidak ada hak untuk menghakimi apa yang riska perbuat.

"UDAH UDAH, lo berdua gak liat dhara lagi kritis? berantemnya nanti dulu" indira menengahi mereka berdua yang bertengkar.

jelas semua temannya tahu bukan cuma Dhara yang luka tapi Gwen juga. Mereka memperhatikan keduanya, sedangkan Adit? Cowo itu hanya fokus pada Gwen, sama sekali tidak perduli keadaan Dhara.

you know I see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang