Pesan misterius

20 29 0
                                    

Happy reading!

***

Sejak insiden pembunuhan Ola, Riska tidak tinggal di apartementnya lagi, pelakunya pun belum di temukan sampai sekarang, benar-benar misterius dan sama sekali tidak terekam oleh kamera cctv, bahkan sidik jari pun tidak ada. seolah pelaku sangat ahli dalam hal itu dan mengetahui seluk beluk apartement Riska. berbagai kabar miring serta rumor menyebar bahwa yang membunuh Ola adalah salah seorang yang datang ke party.

Riska kini menumpang sementara dirumah Indira sampai dirinya memiliki cukup nyali untuk kembali atau sekedar mengambil barang-barangnya untuk pindah. "Apa gue jual aja ya?"

"Tapi apartement itu peninggalan nyokap lo."

"Gue masih kebayang muka nya Ola." Riska kembali melamun dengan sejuta pikiran di otaknya, berusaha mengalihkan perhatiannya dari kejadian dirumahnya.

"Mala bilang dia mau nginep disini sama Gwen, terus Adit sama Bima juga mampir bentar."

Riska hanya menoleh dan berdehem sebagai balasannya. ia menyandarkan kepalanya di kepala ranjang hanya menatap tembok kamar tanpa melakukan apapun.

Tidak lama suara bel berbunyi disusul teriakan memanggil. Riska sudah bisa menebak mereka pasti Mala dan Gwen. namun fikirannya melayang pada saat ketokan pintu yang mendatangkan paket kematian. Riska mencekal pergelangan tangan Indira "kalo itu bukan mereka gimana?"

Indira melepaskan cekalan Riska dari tangannya, ia tersenyum menenangkan "jangan parnoan ah, jelas-jelas itu suara mereka, gue bukain pintu bentar ya" Indira berlalu darisana meninggalkan Riska sendirian. beberapa saat kemudian Indira datang dengan Mala dan Gwen disusul Bima dan Aditya. formasinya lengkap sudah, ini waktu yang tepat untuk membahas masalah pembunuhan itu.

"Ris."

"Hai riska." sapa mereka, Riska hanya mengulas senyuman singkat. Riska benar benar tidak ingin berbasa-basi saat ini. kejadian kemarin terlalu serius untuk di abaikan, bagaimana bisa semuanya langsung biasa-biasa saja setelah melihat mayat segar yang masih berlumuran darah di rumahnya.

"Kita harus cari tau siapa yang bunuh Ola!" Gwen menatap Riska memudarkan senyum yang tadi ia pasang " kenapa harus lo bahas sih?" Gwen berucap ketus pada Riska.

"Kenapa lo bilang? Ini pembunuhan loh, iya lo bisa santai tapi gue? Kejadiannya dirumah gue, hal itu terus bikin gue takut karna sewaktu-waktu bisa aja dia bunuh gue juga!" Riska tidak dapat mengendalikan diri, ia marah seolah menyudutkan Gwen.

Adit yang memang menyukai Gwen membelanya "wei santei dong, gausah ngegas lo" tunjuknya pada Riska.

"Kita juga trauma, sama kayak lo, makanya kita kesini buat healing bareng-bareng! Kita udah sepakat buat gak bicarain itu buat sekarang" Mala yang paling tenang di antara mereka berusaha melerai Riska yang emosinya sedang tidak stabil.

Riska terkekeh sinis "enteng banget ya lo ngomong"

Jeda

"Kalian bisa se santai itu karna kejadiannya di apartement gue, bukan rumah kalian!" Adit yang memang orangnya emosian hendak mendebat Riska lagi namun terpotong oleh Bima.

"Gausah lebay--"

"STOP , kalo gini caranya bisa makin runyam! kita harusnya saling ngelindungin biar gak ada korban lagi, bukannya berantem kayak gini, jangan childish dulu bisa nggak?" hening tidak ada yang berbicara lagi, Bima memang paling bisa untuk mengatur mereka. dia yang paling dewasa disini kebalikan dari Adit yang mudah emosi.

"Buat masalah ini mending kita serahin aja dulu ke polisi, mereka yang lebih paham, kita sebisa mungkin bantu mereka dengan cara ngasih kesaksian yang jujur, tenang dulu okey" Riska sudah agak tenang setelah Bima berbicara menenangkan mereka.

you know I see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang