Catur

11 13 0
                                    

Di ruangan yang minim cahaya, ada dua orang yang sedang menatap monitor, yang menampilkan dua gadis tergantung dengan keadaan mata dan mulut tertutup, juga tangan dan kaki mereka diikat. Di bawahnya terdapat perosotan yang akan mengantarkan keduanya pada mobil molen atau pengaduk beton ketika tali penggantung itu diputus. Didalamnya tentu saja sudah ada bahan untuk membuat beton.

"Haaaa~" seorang gadis dari dua orang dalam ruangan itu menghela nafas dari mulut, dia melepaskan topeng karetnya.

"Bolehkah aku langsung mengeksekusi saja, rasanya sudah sangat gatal,"

Sedangkan laki-laki yang menjadi lawan bicaranya hanya terkekeh kecil,

"Ck,"

"Come on Ren, kita harus mengikuti rencana Valen,"

"Tapi aku sudah sangat gatal, gatal sekali,"

"Hahaha, bukankah Valen sudah memberi peringatan bahwa ini akan sangat memakan waktu. Kamu sendiri yang ingin ikut, ingat!" gadis yang di panggil Ren itu memanyunkan bibir.

"Ahh, f*ck. Kau sendiri, kenapa ikut?"

"Aku," tunjuknya pada diri sendiri "yah kau tahu, aku butuh suasana baru," dia menjawab sembarang. Ren memutar bola matanya, alasan.

Laki-laki itu menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya,

"Hey Ren, kau sudah memberi tahu pada teman mereka?"

"Tentu saja sudah," lelaki itu mengangguk-angguk kecil.

~

"AYO BIMA CEPETAN!!!" teriakan Mala beradu dengan mesin mobil yang melaju kencang.

"DIEM BANGSAT, LO PIKIR DARI TADI GUE NGAPAIN!?" Bima sudah kesal sedari tadi Mala terus meneriakinya. Bukan hanya dia yang khawatir tentu saja Bima juga, jantungnya terus berdetak kencang.

Bukan hanya mereka berdua tapi, Adit, Riska dan Indira pun ada. Tadi saat sedang asyik dengan kegiatan masing-masing, mereka mendapat sebuah pesan berisi video dimana menampilkan Gwen dan Dhara dengan keadaan mengenaskan. Tentu hal itu membuat mereka kalang kabut.

Sang pengirim memberikan lokasi dua sahabat mereka. Namun sialnya, lokasi terlalu jauh membuat Bima harus menyetir dengan kecepatan diatas rata-rata.

"CEPETAN BIM, GUE KHAWATIR SAMA GWEN," kini giliran Adit berteriak, Bima diam tak menanggapi, kepalanya sudah mau pecah. Sial, kenapa jaraknya jauh banget.

"JALAN SEPI BIM, KENAPA LO NYETIR KAYAK SIPUT ANJING!?" Riska ikut bersuara setelah hanya diam mendengarkan Mala dan Adit.

"LO SEMUA BISA PADA DIEM GAK SIALAN, BERISIK BANGSAT" Indira tidak tahan, mobil ini sudah berisik oleh mesin ditambah suara toa mereka.

Bukan membalas, Bima malah menambah kecepatan sesuai dengan keinginan mereka, refleks ketiganya berpegangan kuat. Sekarang hanya deru mesin mobil yang mendominasi suasana.

~

"Hmmpp," Gwen tersadar dari pingsan setelah dihajar oleh orang yang tidak bisa mengatakan huruf R dengan benar.

Gwen merasakan tubuhnya melayang terus meronta-ronta membuat tali ikut bergoyang. Hingga Dhara tersadar,

"Mmmhhhh," gadis itu mengeram merasakan nyeri diwajahnya yang belum hilang.

"HHMMPP," kini dia mengeram terkejut.

Sedangkan Gwen, dia menghembuskan nafas, lelah menundukkan kepala. Bule satu itu baru sadar rupanya.

Sudah berapa lama dia dan Dhara pingsan. Apakah yang lain tau. Perasaan Gwen benar-benar kacau. Dia tidak bisa melihat apa yang akan dilakukan psycho itu, Gwen tidak bisa membayangkannya. Akan jadi apa mereka berdua? Berakhir tragis seperti Ola kah?

you know I see youWhere stories live. Discover now