Tumbal

17 15 0
                                    

Malam itu, semua orang kembali waspada dengan pesan teror yang berdatangan dari nomor tidak di kenal. Sementara ini mereka ber-enam masih menerka-nerka siapa dalang di balik semua kejadian aneh baru-baru ini. Ada satu hal yang membuat mereka berfikir tidak masuk akal. Mereka sempat menduga bahwa Danisa adalah dalang dari ini semua. Kalaupun memang Danisa, mengapa sampai membawa bawa Dhara yang tidak ada hubungannya?

Indira mencari cari sesuatu di laci mejanya membuat seluruh atensi di kamar itu teralih padanya.

"Ra, lo nyari apa?" tanya Mala, membuat Gwen melebarkan mata menyadari sesuatu.

"AHH, APA JANGAN JANGAN—" ucapan Gwen terpotong oleh pekikan yang tak kalah keras dari suara Gwen.

"LO DAPET PAKET TEROR JUGA YA?!" teriak Riska sambil menunjuk Indira, membuat Bima yang ada di sebelahnya menutup kupingnya sejenak sambil mengeryit.

"Ck brisik cabe" ketus Bima.

Indira memutar bola matanya malas sambil menghembuskan nafas Panjang "gue cuma nyari koyo doang njir pusing nih pala gue, gausa pada parno deh lo semua" tangannya kembali sibuk mencari koyonya. "ketemu" Indira sekarang sedang sibuk memasang koyo di pelipisnya.

Adit yang yang melihat koyo Indira lumayan banyak, memintanya satu "bagi satu Ra"

Dhara yang sedari tadi ada di sana hanya diam menatap mereka bergantian. Setelah mendengar cerita yang agak rumit dari Mala ia berfikir itu semua hanya candaan namun beberapa saat kemudian ia mulai melebarkan mata paham.

"ahhh i see! Jadi gossip yang katanya mahasiswi dapet paket terror itu real? Aku kira bercanda"

Riska nampaknya memang mudah tidak sukaan dengan orang, mulai mendengus sinis menatap Dhara

"Kita gak mungkin bercandain masalah se serius itu, mikir!" Dhara langsung diam menunduk

Bima yang sepertinya mulai sedikit kesal pada Riska membalas "santai dong dia gatau apa-apa, gausah nyolot lo!"

Mala melerai keduanya yang kalau tidak di hentikan mungkin takan pernah berakhir sampai kiamat. "udah udah jangan pada ribut mulu napa, kita ini lagi di terror dan gue yakin seratus persen kalo terror ini serius, gue takut bakalan ada korban lagi abis Ola"

Ada yang aneh dari Aditya, sejak tadi dia tidak banyak bicara bahkan pada Gwen sekalipun. Biasanya dia akan berceloteh walau tidak penting. Gwen yang menyadarinya menatap pada Aditya lekat. "Dit, lo sakit?"

Aditya menoleh pada Gwen kemudian menggeleng lalu tersenyum singkat. "nggak"

"Kenapa lo diem aja?" Mala menoleh pada keduanya, "lo nyembunyiin sesuatu dari kita ya?"

Aditya menatap lekat satu persatu wajah teman temannya termasuk Dhara sang pendatang baru. Ia tersenyum sinis "kalian sadar gak sih? Gak menutup kemungkinan kalo pelakunya ada di antara kita? Gak mungkin kalo orang luar, apa untungnya buat mereka." Gwen menatap Aditya tak percaya dengan kata katanya.

"Kamu nuduh aku juga dit?" ucap Gwen.

Aditya diam. hatinya menyangkal bahwa Gwen yang melakukan semua ini, namun semua layak buat di curigai, bahkan dirinya sekalipun.

"Ehm sorry to say, but I think, apa yang di omongin kak adit ada benernya juga. Walaupun aku masih belum paham betul apa yang lagi terjadi sekarang ini, tapi aku bisa nyimpulin. maybe pelakunya adalah our closest friend, dan sengaja bikin kita jadi gak saling percaya dan akhirnya saling menyalahkan."

Mereka saling tatap saling satu sama lain mulai menaruh curiga pada rekan rekannya. Riska menyisir rambutnya ke belakang terkekeh sinis kemudian menunjuk Gwen. "lo, LO YANG TERAKHIR LIAT OLA, lo kan yang bunuh dia ngaku anjeng?!" Riska sudah emosi memajukan tangannya hendak mencakar wajah Gwen yang membuatnya muak. Gwen yang tidak terima wajahnya memerah sampai telingga, alisnya bertaut, ia menggigit pipi bagian dalamnya sendiri. Tangannya terkepal menahan marah namun akhirnya meledak juga.

"LO TUH CARI GARA-GARA MULU SAMA GUE, GUE JAMBAK LO YA!" Tangan Gwen terulur menggapai rambut Riska, serta tangan Riska yang mencakar wajah Gwen. "gila lo ya! ARGG."

"Lepasin gak! Najis mugoladoh tangan lo anjing! GWEN BABIII" Indira yang sedang pening memijat kepalanya, semakin pening melihat kelakuan dua orang temannya. Dhara yang melihat perkelahian di depannya berusaha melerai dengan menarik Riska ke arah yang berlawanan dari Gwen. Sedangkan Aditya melakukan hal yang sama pada Gwen.

Riska menepis tangan Dhara kasar sampai sampai ia hampir terjatuh ke belakang kalau saja tidak ada Bima yang menangkapmya. "diem lo bule sialan."

"Lo gak papa Dhar?" tanya Bima pada Dhara yang agak syok. Dhara hanya menggeleng. "woy Ris jangan brutal dong jatoh ni Dhara!"

"ITU PISAHIN DULU ANJIR! SI RISKA LAGI KEMASUKAN GARONG" Ucap Aditya pada mereka

Mala memegangi bahu Riska berusaha memisahkan. "LO ITU MENCURIGAKAN, MANA ADA MALING NGAKU!"

"jangan-jangan pelakunya elo! Elo gasuka sama gue lo bikin gue jadi kambing hitamnya! NGAKU LO!!!"

"CUKUPPP!" teriak Mala keras berhasil menghentikan pergulatan di depannya. Deru nafas bekas berkelahian tadi masih terdengar agak keras, ritme jantungnya mulai menurun tak secepat tadi. Keadaan mulai kondusif. Saat sudah mulai tenang mala menginterupsi.

"Ini yang dia pengenin, dia pengen kita berantem kayak tadi" Mala menghembuskan nafas kasar menunjuk Riska "lo juga bisa gak jangan emosian dulu" beralih menatap Gwen " dan lo jangan mancing mancing emosi!"

Mala mengusap wajahnya kasar. "gue juga takut, sama kayak kalian"

"Bisa gak atur emosi dulu sebentar aja sampe semuanya clear?"

Bima menepuk tangannya beberapa kali menginterupsi. "gini deh, kalo emang bener, pelakunya ada di antara kita, kita bener bener gak bisa sendirian. Usahain kalian selalu ada temen walau cuma ke toilet doang, termasuk lo juga Dhar"

"Kalo pelakunya ada di salah satu di antara kita, seenggaknya dia mikir dulu kalo mau habisin kita, karna posisinya kita gak sendirian" Dhara mengangguk paham.

"Tapi, kenapa dia ngincar kalian? Bahkan aku juga sampe ikut-ikutan kena, that shit. "

Mala yang tidak menceritakan keseluruhan dari ceritanya membuat Dhara sedikit tidak paham dengan apa yang terjadi. " guys, kayaknya kita mesti hati-hati deh, gue tau ini gila, tapi kita perlu buat rencana buat mancing si peneror ini keluar, pertama-tama kita harus prediksiin dulu siapa diantara kita yang sasaran empuk dan gampang di begoin buat jadi target berikutnya" terang Bima pada semuanya membuat Gwen melotot "maksud lo salah satu dari kita ada yang di jadiin tumbal dong?"

"Bukan tumbal, cuma buat umpan."

"Sama aja anjir"

"Cuma sementara, sampe kita bisa jebak pelaku aslinya, dan pastinya si kandidat tumbal ini bakal di awasin terus, kia gabakal biarin ada korban jatuh lagi"

"Menurut kalian, siapa yang paling gampang di jadiin target si peneror?"

Serentak mereka menoleh kearah yang sama. Yang di tengok melotot tidak percaya.

"GUE?!"

"iya lo Gwen"

*

tbc

aku gatau mau bilang apa, hehe

jangan lupa voment ajadeh. love u all

lepiayeyyy & realhanns

you know I see youWo Geschichten leben. Entdecke jetzt