Chapter 28 - Sepuluh Ribu

333 60 19
                                    

Mengaduh Ilman dalam hati saat melihat awan malam itu bergerak membuat langit makin gelap. Angin berhembus tidak enak, pertanda kalau dalam hitungan menit hujan akan segera turun. Rumahnya masih jauh, sedang terjebak pula di perempatan paling ramai kota Easterham. Berani menerka Ilman kalau dia akan basah kuyup kalau melanjutkan perjalanan. Terlebih dia yang sekarang hanya pakai kaus dan celana bahan, memaksakan untuk berkendara setengah jam tentu hanya cari penyakit.

Lantas lepas dari perempatan, motor tidak dipacu makin kencang oleh Ilman. Niatnya sudah teguh, mencari warung makan untuk sejenak berteduh. Sebuah warung mie yang jadi pilihan Ilman. Ah, benar saja yang dia perkirakan—hujan betulan turun tepat saat motor selesai diparkirkan.

"Bang, Indomie dua bungkus ya! Nyemek—jadikan satu porsi!" pesan Ilman pada empunya warung. Duduk dia paling ujung dekat kompor sebagai upaya mencari kehangatan.

Oh, Tuhan—nikmat betul sajian itu terasa. Nikmat dan sedap, masuk ke dalam perut menghangatkan ruang yang dingin diterpa angin hujan. Ilman tidak sendirian, banyak pengendara yang akhirnya berhenti kemudian ikut memesan mie instan atau semangkuk bubur kacang hijau. Meskipun ada juga yang hanya numpang berteduh mengamankan tubuh agar tidak basah diguyur derasnya air yang turun.

Termasuklah seorang pria separuh baya yang kini berdiri merapat dengan anak perempuannya di sudut warung. Jarak tubuhnya dengan tetesan hujan hanya satu jengkal, masih basah terkadang saat angin berhembus, hanya sanggup mendekap sang putri di belakang agar terlindung dan tetap hangat. Kepala putrinya sejajar dengan pinggang, didekap erat dengan kedua tangan penuh kasih sayang. Oh, mestilah pelukan itu benar-benar hangat dan menenangkan. Cinta kasih seorang ayah—bentuk terbaik bagi anaknya yang kadang tidak berdaya.

Seisi warung tersentak saat si anak mengeluarkan batuk yang luar biasa keras. Ilman bahkan sampai tersedak karena kaget, buru-buru meneguk minum kemudian mencari tahu gerangan apa yang terjadi pada anak itu. Suara batuknya benar-benar tidak biasa; ini bukan karena sakit tenggorokan biasa. Suaranya macam ada yang menghambat jalan pernapasan dia, begitu yang jadi tebakan Ilman pertama.

Lantas si pria menggendong anaknya, kali ini didekap ke arah dada. Sepasang ayah dan anak itu sama-sama pucat—sama-sama menggigil. Beberapa kali leher dan kening disentuh ayahnya, berusaha mengukur suhu tubuh yang mungkin makin meninggi. "Pak, di—ngin," begitu keluh anaknya yang terdengar. Tidak bisa berbuat banyak sang ayah, hanya dapat mendekap lebih erat meskipun terasa berat menggendong bobot anaknya.

"Kemari, Pak!" panggil Ilman dari dalam warung, melambaikan tangan sambil tersenyum. "Dekat kompor sini, lebih hangat daripada tempat bapak berdiri."

Pemilik warung ikutan tersenyum dan mengangguk, sebuah izin yang betul-betul disyukuri oleh sang ayah. Datang dia masuk mengucap permisi, kemudian mengambil tempat duduk persis di sebelah Ilman.

"Mau pesan mie rebus atau bubur, Pak?" Ilman menawarkan.

Pria itu menggelengkan kepala. "Tidak usah, Mas. Terima kasih."

"Ini teh hangat, Pak. Setidaknya minum hangat dulu," ucap pemilik warung menyodorkan dua gelas teh.

Oh, pria itu seperti sedang diberi emas saja. Berulang kali dia menunduk mengucap terima kasih. Yakin sebetulnya Ilman kalau teh itu tawar tanpa gula, tetap saja tidak mengurangi rasa gembira keduanya.

Hujan mulai mereda lima belas menit kemudian. Satu persatu orang mulai meninggalkan warung untuk kembali meneruskan perjalanan. Termasuk Ilman—beranjak berdiri dia mengeluarkan uang. "Berapa semuanya, Pak?"

"Ayo, Nak, kita lanjut lagi," ajak sang ayah sembari mengelus pelan wajah anaknya yang kelelahan. Tidak ada sedikit pun keluh tergambar, meskipun yakinlah tubuh dia sendiri sebetulnya sudah sangat kelelahan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Catatan Hitam Putih Kehidupan (Story Series of Six Elves)Where stories live. Discover now