5. Meet

28 14 15
                                    

"Kak Rean."

•••

Hafasha melihat laki-laki yang ia kagumi di depan sana, tengah berolahraga. Dengan gagahnya Rean ber- pus up, sampai-sampai keringat mengucur deras lewat rahangnya yang tegas, Angga pun demikian, sedangkan Andi? Entah lah, apa yang saat ini ia lakukan. Ia hanya duduk sembari melirik-lirik para gadis yang tengah berlari atau jalan.

Geo yang sudah merasa matahari semakin terik segera menarik tangan Hafasha untuk mencari tempat, agar mereka bisa berolahraga dengan cepat.

"Mengganggu saja!" grutunya.

Geo berhenti ditempat yang menurut ia pas, lalu melepaskan tangan sang kakak. Tanpa mikir panjang, Geo mulai memanaskan tubuh dengan berbagai olahraga ringan. Hafasha yang melihat sang adik mulai serius berolahraga pun, ikut memanaskan tubuh. Ia berlari-lari kecil, merentangkan tangan, dan berbagai cara pemanasan mulai Hafasha lakukan.

Beberapa menit kemudian, Hafasha sudah merasa lelah, keringat pun sudah keluar sedari tadi dibalik bajunya. Hafasha terus melirik Geo yang tengah berolahraga, karena Hafasha bingung harus apa, akhirnya ia pergi untuk mencari air dingin untuknya dan Geo.

Sampailah ia di berbagai stan makanan, hal yang pertama kali ia incar adalah air mineral. Ia membuka kulkas yang ada disana. Ketika ingin mengambilnya, sudah ada tangan yang meraih lebih dulu botol tersebut. Hafasha kesal dan berbalik badan.

Dug!

"Auuwwsh." Hafasha mengusap keningnya sembari meringis. Ia seperti tengah menabrak dinding. Keras. Ketika sudah lebih baik, Hafasha segera menatap pelaku.

Deg!

"Kak Rean," batinnya. Ia benar-benar terkejut atas apa yang ia lihat sekarang.

Seorang Reano Abazar most wanted SMA Galaksi, berdiri sedekat ini dengan Hafasha.

"Gua, duluan." Rean melambaikan botol air mineral nya didepan Hafasha yang tengah terbengong-bengong.

Ia masih tidak percaya akan sedekat ini dengan Reano. Dengan tampang bodohnya, Hafasha hanya merespon dengan anggukan pelan tanpa mengalihkan sedikit pun tatapannya dari wajah Reano Abazar.

Karena merasa tidak dapat kepentingan lain, tanpa sadar Rean telah pergi meninggalkan Hafasha seorang diri didepan pintu kulkas.

"Mbak!" seru seorang wanita sembari menepuk pundak Hafasha, ia takut jika gadis yang tengah melakun ini kesurupan. Karena sedari tadi wanita tersebut memanggil dan menepuk pundak nya, tetapi tidak ada respon sama sekali.

"Ah iya!" Hafasha terkejut atas tepukan yang tambah keras. Hafasha linglung menatap sekitarnya. Wanita itu hanya menggeleng-geleng kepala. "Mbak, dari tadi saya panggil loh. Mbak kenapa? Mbak dihipnotis ya?"

"Hipnotis? Sepertinya iya. Terhipnotis oleh Reano Abazar."

Hafasha sadar akan ucapannya dalam hati, akhirnya menggeleng. Lalu memukul kepalanya tiga kali, wanita yang berdiri didepan Hafasha mengernyit. "Mbak! Mbak gak, apa-apa?" tanya wanita yang mungkin saja umurnya jauh lebih tua dari Hafasha.

Hafasha tersenyum kikuk, mengusap tengkuknya dengan canggung. "Astaghfirullahal'azim sungguh memalukan ya Tuhan!" pekiknya dalam hati.

REANODonde viven las historias. Descúbrelo ahora