9. Dark Blood

31 6 18
                                    

Tap... Tap.. tap..

Langkah kaki terdengar didalam sebuah gedung atau bisa disebut Markas Dark Blood. Dibelakangnya sudah diikuti 5 orang yaitu teman-temannya, Geo membuka pintu ruangan yang bertuliskan 'Dark Blood" disana terlihat seorang laki-laki yang tengah menatap keluar jendela dengan puntung rokok dibibirnya.

Araski. Menoleh dan ternyata di dalam ruangan nya sudah ada 6 orang, tapi yang ia butuhkan hanyalah 1, Geo. Araski memutar bangkunya dan menatap ke-6 anggota yang ada didepan ia sekarang.

Geo menunduk memberi salam, "Selamat Malam Bang Aras." Sapa nya. Araski menatap datar Geo dan ke 5 anggota lainnya, tanpa mengeluarkan kata, ia meminta ke 5 anggota itu untuk keluar meninggalkan dirinya dan Geo.

Meraka mengangguk dan pamit, tersisalah Geo dan Araski diruangan ini.
Araski meminta Geo untuk duduk, Geo menurut, ia memberikan beberapa lembar berkas dan ada foto dirinya disana.

"Jadi, kamu adiknya Hafasha?" Suaranya terdengar serak dan begitu datar, tanpa ekspetasi apapun Araski menunjuk pada isi berkas tersebut.

Geo menatap berkas itu lalu membukanya, ketika ia melihat isi tersebut ia menghela nafas. Geo segara duduk dengan tegap sebelum ia berujar, "Iya " Jawab Geo.

Araski menaikkan satu alisnya, menunggu kelanjutan dari Geo.

"Geo sama kak Asha tinggal di rumah Almh ibu."

°°°

Masih di rumah Hafasha, Aini dan Zahra menginap malam ini, mereka bertiga tidur dikamar Hafasha. Kalian bertanya kemana orang tua Hafasha berada? Maka jawabannya adalah mereka sudah tiada. Hafasha dan Geo tinggal berdua sejak 1 tahun yang lalu.

Kini mereka bertiga tengah menonton film di laptop yang Aini bawa dari rumah, memang sungguh rajin anak satu ini. Hafasha tidak begitu fokus, ia malah kepikiran soal tadi siang. Ini pertama kalinya ia cukup dekat dengan Rean, ketua OSIS yang sangat-sangat disanjungkan oleh guru dan para teman-teman disekolah. Biasanya Hafasha hanya akan melihat dari jauh atau memberikan coklat ke loker tanpa diketahui Rean.

Rean itu pinter, ganteng, ramah, baik, pahatan wajahnya pun sangat Masya Allah. Rean juga dijuluki murid yang ambis akan pelajaran, ini sih yang baru ia tau, tentunya dia mendapatkan informasi dari Aini.

Zahra sadar bahwa sedari tadi Hafasha terlihat melamun, tapi ada sedikit senyuman disana. Waduh ngebayangin apa dah tuh.

Zahra meraih kulit kacang dan melemparnya. Tak.. dan kena. Hafasha terkejut dan mengusap pelipis nya, ia menatap Zahra bingung, "ish kenapa?"

Aini pun menoleh, menaikkan satu alis sembari mulut mengunyah makanan.

"Kamu yang kenapa dari tadi bengong aja."

"Hehe gak papa, cuma ngebayangin kejadian tadi siang."

Aini melotot ia sedikit menoyor kepala Hafasha, "anjir. Mentang-mentang habis dipdktin Ama senior jadi ngebayangin Mulu. Awas lu zina." Ujar Aini menakut-nakuti.

Hafasha tersadar dan beristighfar, "Astaghfirullahal'adzim. Ya Allah maap khilaf."

"Halah, lu juga sama sering halu bisa pacaran sama Andi." Zahra menyaut, bukan untuk membela Hafasha hanya ingin bantu menyadarkan Aini.

"Hehehe pice damai." Aini menyengir.

"Btw si Geo lama amat mainnya, emang biasa kaya gini?" Tanya Zahra karena ini sudah jam setengah 12 lebih.

"Eum.. gak tau soalnya setiap malam aku kan gak pernah begadang, jadi gak begitu merhatiin dia, tapi aku coba chat deh."

Hafasha mulai mengirim pesan pada Geo untuk menyakan keberadaan anak itu, dan jawabanya hanya, "iya ini mau pulang."

REANOWhere stories live. Discover now