12. Accept

13 5 1
                                    

HAPPY READING SAYANG.
Jangan lupa votenya di pencet ya!
Coment kalau ada typo atau mau Krisar juga gak apa-apa
Share juga ya, sembari dukung Abang Rean sampai ceritanya tamat!
Salam dari Bang Reano buat kamu!
muach!💅

•••

Hafasha masih terdiam ketika Rean berujar seperti itu, dia kesulitan untuk bernafas normal. Bagaimana cara untuk menjelaskan semua ini pada Rean, dia sungguh amat malu. Setelah ini, mau di taruh di mana muka cantiknya itu.

Rean masih menunggu respon Hafasha yang sedari tadi hanya diam dan menunduk memainkan ujung seragamnya. Kalau di lihat-lihat seperti ini, Asha cantik dan manis, dia terlihat sangat kecil bila bersanding dengan Rean.

Postur tubuh yang mungil, tingginya pun hanya sebatas bahu Rean, lucu sekali. Sejujurnya, Rean tidak mau melakukan ini, ia berpikir biarkan saja selagi tidak merugikannya, lagi pula bukan hanya Hafasha yang diam-diam memberikannya coklat, tapi adek kelas, dan seangkatan pun kerap kali melakukan hal yang sama.

Hanya saja, entah kenapa hatinya ingin melakukan ini, bertanya langsung pada yang bersangkutan, sudah beberapa kali Rean memergoki Asha datang ke lokernya, entah dapat kunci loker dari mana gadis itu. Tapi, terkadang Rean juga lupa untuk mengunci. Jadi, bukan salah mereka sepenuhnya.

Semua pemberian yang dia dapatkan, langsung dibagikan untuk teman-temannya ketika main ke Markas PANTHER. Tapi, untuk yang ini, dia cukup tidak rela. Maka dari itu, sejak beberapa bulan belakangan, Rean selalu menyimpan coklat dan permen tersebut di rumah.

Dengan sabar Rean menanti jawaban Hafasha, "Asha? Lu dengar gue?" tanya Rean jengah.

Hafasha gelagapan, "A-Asha minta maaf kak, iya, itu Hafasha yang kasih. Maaf udah lancang." Hafasha menunduk lagi.

"Asha, janji gak akan ulangi lagi!" tanpa sadar nadanya meninggi, sembari menyodorkan kelingking kecilnya.

"Kalau kak Rean ga suka sama coklat dan permennya, buang aja!"

"Kata siapa gua ga suka?"

"Eh?"

"Gua suka, cuma, khusus punya lu gua simpan sampai sebanyak ini." Rean menunjuk banyaknya coklat dan permen itu dengan dagu.

"Lain kali, langsung kasih ke orangnya, jangan ngumpet-ngumpet. Gua bakalan terima kok." Rean tersenyum.

"Jadi, Kak Rean, ga marah?" Tanya Asha was-was.

"Enggak."

"Syukur deh," Asha lega dengarnya.

Rean memasukan kembali coklat serta permen pemberian dari Asha ke dalam tasnya lagi. Sekarang sudah mulai gelap, senja pun sudah mulai menghilang, digantikan dengan gerimis kecil. Dia harus cepat-cepat mengantar Asha pulang sebelum hujan turun.

"Ayo, gua anter pulang. Keburu hujan nanti."

Asha mengangguk dan mengikuti Rean. Mereka masuk ke mobil, lalu Rean menjalankannya.

"Besok, gua jemput lu di rumah, mau?" Rean mulai membuka obrolan.

"Hah? Ngapain? Ga perlu kak, Asha biasanya bareng adik kok." Ah, Asha kenapa harus menolak? Jarang-jarang kan dapat tawaran langsung dari doi kaya gini?

Asha mengigit bibirnya, astaga, jantungnya berdetak kencang. Semua ini salah Rean!

"Oh, ya udah. Kalau gitu pulang sekolah sama gua aja gimana?" Tidak habis cara, Rean masih tetap menawarkan serta membujuk Asha agar mau bersamanya.

"Asha ga bisa janji, tapi kenapa Kak Rean pengen banget pulang sama Asha?"

"Gak, apa-apa." Rean fokus kembali menatap jalanan yang sudah di basahi air hujan.

Lima menit kemudian, mobil yang di tumpangi Rean dan Asha berhenti di depan pagar rumah Hafasha.

"Di rumah ada siapa?" Rean melihat rumah Asha yang sederhana, masih terlihat gelap, sepertinya tidak ada orang di rumah itu.

Hafasha menoleh ke Rean, dia pun ikut melihat pekarangan rumah yang sepi, sepertinya Geo belum pulang. Anak itu jadi lebih sering pulang telat akhir-akhir ini, entah pergi ke mana Geo.

"Asha tinggal berdua sama adik, tapi kayanya dia belum pulang."

"Bokap, nyokap?"

"Mereka sudah di surga kak Rean."

"Eh, maaf." Rean mengusap tengkuknya, canggung.

"Gak, apa-apa. Eum, Kak Rean mau mampir?" Sial. Apa yang kamu lakukan Hafasha! Kamu menawari laki-laki seperti Rean untuk mampir ke rumah mu? Apakah kamu lupa, bahwa di rumah tidak ada siapa-siapa selain kamu? Hafasha membekap mulutnya, dia reflek bicara seperti itu.

Rean, terpaku lalu menatap Hafasha.
"Lu, nawarin gua masuk ke rumah lu itu? Lu, ga takut bakalan gua apa-apain?" Rean menyeringai jahil.

"GAK! Eh, maksudnya gak kak, Asha salah ngomong. Lupain aja!" Asha gugup, ia tanpa melirik Rean lagi langsung membuka pintu mobil dan masuk ke rumah sederhananya itu. Rean terkekeh, dia cukup terhibur hari ini. Rean segera pergi dari sana. Semua anggota PANTHER tengah menunggu Rean sekarang.

Di sebuah rumah yang sudah di isi banyaknya anak-anak sekolah, kini tengah bersenda gurau sembari menunggu wakil anggota mereka. Terlihat Andi, Fathan, Bryan, Vano, dan Farel tengah bermain kartu, di temani secangkir kopi dan cemilan lainnya. Sisa lah Kenzie, yang tengah mabar di ponsel sendirian.

Angga tengah memejamkan mata di atas sofa ruang tamu. Dia dan anggota lainnya menunggu kedatangan Reano. Angga ga tau tahu harus melakukan cara apa lagi agar Araski mau mengaku kalah dan mengembalikan apa yang seharusnya dia dapatkan. Cuma, Rean yang bisa membantunya.

Pintu terbuka, menampilkan seorang Reano dengan tas di bahu kanannya. Angga membuka mata lalu bangkit, "Dari mana?"

Rean menatap teman-temannya lalu menghela nafas. "Nganter Hafasha pulang."

"WAH ANJAY! Babang Rean sedang PDKT cuy!" Andi nyeletuk sembari menepuk bahu Bryan. Bryan hanya meringis pelan sembari mengusap bahunya, "Sakit anjir!"

Rean acuh, lalu duduk di samping Kenzie, sembari melihat kegiatan yang di lakukan cowok irit bicara itu. "Mabar sama siapa?"

"Manusia." Jawabnya singkat.

"Jangan di tanya Re, dari tadi dia sensian Mulu. PMS kali." ujar Farel sembari tertawa.

"Kenzie cowok ya anj!" Vano melempar kulit kacang ke wajah Farel.

"Rean." Angga mulai pasang wajah serius. Dia duduk di depan Rean dan Kenzie, posisi mereka hanya terhalang meja dengan Andi, Bryan, Fathan, Farel, dan Vano di lantai yang sudah di alasi karpet.

Rean menaikan satu alis, menanti ucapan Angga selanjutnya. "Tolong, turun ke arena balapan." Nada bicara Angga sudah mulai terdengar tidak ingin di bantah untuk kali ini. Kenzie menghentikan permainan di ponselnya, ketika mendengar perintah Angga. Dia memandang Angga dan Rean bergantian, begitupun Andi, Bryan, Farel, Fathan dan Vano.

Sudah dua menit Rean terdiam tanpa menjawab apapun, membuat mereka semua geram karena harus menunggu jawaban Rean. Mereka berharap kali ini, Rean mau turun ke arena. Cuma Rean yang bisa meraka andalkan, Angga belum begitu pulih atas luka kemarin. Kalau dia sembuh, mungkin tanpa meminta pada Rean, dia sendirilah yang akan maju melawan Araski.

"Lawan siapa?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Rean setelah berdiam diri. Rean bertanya seperti itu karena dia tahu, tidak mungkin Angga membiarkan nya melawan ketua geng DARK BLOOD, karena dia sendiri lah yang akan melawannya.

Andi, Kenzie, Bryan, Farel, Fathan, dan Vano saling memandang satu sama lain. Tidak percaya bahwa Reano bertanya seperti itu, itu artinya Rean memberikan lambu hijau untuk membantu Angga.

Angga tersenyum tipis, "Geovano Deandra Saputra."

TBC...

REANOWhere stories live. Discover now