7. Bimbingan konseling

27 12 17
                                    

Rean, Angga, dan Andi melangkah melewati koridor kelas 11 dengan ciri khas gaya mereka, membuat adik tingkatnya terpesona, apa lagi dengan adanya Reano.

Di tengah jalan ia melihat ada keributan di dalam kelas 11. Ia pun merentangkan tangan kanan, untuk menghentikan langkah Andi. Sedangkan tangan kirinya ia masukan dalam celana bahan tersebut.

Andi yang tengah mengedipkan mata genit kearah adik kelastersentak akan tangan Rean, ia menatap Rean kesal.

"Njir! Ngapain sih ngalangin jalan aja!" marah Andi. Angga menepuk punggung Andi dari belakang. Hanya sebagai peringatan untuk tidak di lanjutkan perdebatan kecil itu.

"Dik, ada apa? Kenapa ribut-ribut?" tanya Rean to the point kepada adik tingkatnya yang tengah ingin keluar kelas. Rean mengacuhkan Andi yang sedari tadi mengoceh tak jelas.

"Ah kak Rean itu kak, Hafasha kena marah Naya. Gegera Hafasha gak sengaja nyenggol lengan Naya sampai jus naga Naya tumpah. Jadinya Naya marah," ujar adik tingkat tersebut. Rean mengernyitkan dahinya lantas melangkah masuk kedalam kelas. "Oh oke terimakasih."

Keadaan kelas 11 begitu ramai, dan suara Naya yang memarahi Hafasha begitu keras terdengar sampai keluar. Andi dan Angga hanya melihat dari jauh, dengan santainya Andi mengeluarkan permen lollipop yang ia beli di kantin tadi dan memberikan nya pada Angga.

Suasana kelas menjadi hening ketika tangan Naya yang ingin menampar Hafasha dicekal oleh tangan seseorang. Belum cukup kah dengan menjambak rambut Hafasha dan menumpahkan jus naga sisa Naya tadi. Apa tidak ada cara lain salain melakukan hal tak terpuji ini?

Naya terkejut ketika tangannya di cekal kuat oleh tangan besar milik. Rean. Iya, Reano Abazar.

Rean menghempaskan tangan Naya dan membalikkan tubuh Naya agar menghadapnya.

Dengan kedua tangan ia masukan dalam kantung celana bahan nya, ia menatap Naya datar.

Hafasha yang sedari tadi memejamkan mata dengan tubuh gemetar, merasa aneh karena semua terdengar sunyi dan ia juga tak merasakan tamparan yang Naya ingin layangan padanya.

Dia sungguh tak berani membuka matanya hanya untuk sekedar melihat apa yang terjadi, tapi Hafasha mendengar suara yang tak asing. Suara yang beberapa bulan ini mengusik hati nya.

"Udah puas?"

Di luar Andi dan Angga melihat keadaan yang seketika hening membuat mereka merinding sendiri, dari arah belakang terdengar suara untuk meminta semua orang minggir dan memberikan jalan pada 2 orang tersebut.

"HAFASHA!" pekik Aini dan Zahra bersamaan. Mereka berdua baru saja dari luar sekolah, karena ada yang harus mereka kerjakan. Kejadian ini mereka ketahui karena salah satu teman kelasnya datang dan mengatakan bahwa Hafasha kena bully.

Andi dan Angga mengalihkan perhatian mereka dari Rean ke belakang, dimana 2 gadis itu terengah-engah karena berlari dari luar sekolah sampai ke kelas. Gak jauh sih tapi cukup melelahkan.

Andi dan Angga mencegat langkah Aini dan Zahra.
"MINGGIR. GW MAU LIHAT HAFASHA!" Pekik Aini marah, ia tanpa sadar memukul dada Andi dengan keras. Dia tidak terima sahabatnya di bully seperti itu. Andi meringis dan mencekal kedua lengan Aini, "diem dulu! Biar Rean yang nyelesain. Lu diem disini!" ujar Andi sedikit membentak.

Aini dan Zahra terkejut dan berusaha menenangkan diri mereka.

Didalam kelas Rean menatap Naya sembari menunggu balasan dari pertanyaan nya.

"Kenapa diem?" tanya Rean.

Naya gemetar dan dengan berani ia menatap mata Rean. "Gua cuma bales perbuatannya. Salah kalau gw marah? Dia duluan yang mulai, dengan sengaja dia nyenggol lengan gua! Dan jus naga yang gua beli tumpah ke baju, dan dia cuma bisa bilang maaf?!" ujar Naya dengan keras.

Beberapa temennya mencoba melerai Naya, Hafasha yang mendengar tersebut langsung membuka kedua matanya. Dengan mata berkaca-kaca ia mencoba menjelaskan yang sebenarnya.

"E-enggak. Ta-tadi Hafasha gak sengaja, justru Naya yang nyegat jalan Hafasha dengan kaki Naya. Hafshah bener-bener gak sengaja." Dengan terbata-bata Hafasha mencoba menjelaskan.

Ya, saat itu Hafasha ingin kembali duduk ketempat nya, tapi kaki Naya dengan sengaja menyegatnya berujung Hafasha kesandung kaki Naya. Dan tanpa di duga Hafasha berpegangan dengan tangan Naya yang memegang Jus.

Hafasha menunduk tak berani melihat wajah Rean. "Kalian berdua ikut gua ke BK!" perintah Rean.

Naya menghentakan kakinya dengan kesal, ketika Rean jalan duluan menuju ruang BK, ia menatap Hafasha, dengan mata yang mengancam, ia berkata, "Urusan kita belum selesai. Ingat itu Hafasha DeAndra." Ancaman tersebut terdengar menyeramkan bagi Hafasha.

Naya jalan duluan dengan Hafasha menunduk dan jalan mengikuti Rean dan Naya. Didepan kelas Hafasha berpapasan dengan Aini dan Zahra, ia tersenyum mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Aini dan Zahra hanya menatap kepergian Hafasha dengan prihatin. Ia ingin ikut menemaninya, tapi itu tidak mungkin, Rean pasti akan mengusir mereka berdua.

Andi dan Angga ikut serta menuju BK, sebelum melangkah, lengan Andi ditahan oleh Aini. Dia menunduk dan dengan sedikit tidak berani ia berkata. "Gua minta maaf kak, tadi refleks mukul dada lu, gua cuma kaget dan syok aja. Jadi sorry," ujar Aini sembari meringis malu.

Andi yang sedari awal menatap datar wajah Aini langsung merubah wajah dengan sedikit bersahabat. "Santai adik manis," ujar Andi sembari menepuk kepala Aini halus. Dan setelahnya Andi mengejar Angga yang sudah menyusul Rean, Naya, dan Hafasha.

Aini melongo dengan tangan ia angkat untuk menyentuh kepalanya yang baru saja di tepuk halus oleh Andi.

"ASTAGA! GW BAPER!" pekiknya dalam hati dengan pipi merah merona. Zahra hanya menggelengkan kepala.

Di sinilah mereka, ruang BK tengah berhadap langsung pada guru, setelah menjelaskan kronologinya, Pak Ilham memberikan hukuman untuk anak didiknya itu.

"Kalian berdua bersihin toilet perempuan 2 lantai sekaligus, jangan pergi sebelum pelajaran terakhir kalian selesai." Naya dan Hafasha hanya menunduk kaku dan mengangguk.

"Baik pak."

Hafasha menghela nafas dan tak sengaja matanya bertubrukan dengan mata hitam legam milik Reano, Hafasha gak sadar bahwa ternyata, Rean sedari tadi terus memperhatikanya. Entah lah benar atau tidak.

Hafasha segera memutuskan untuk pergi dan mengerjakan hukumannya.

TBC..

Nyambung gak?

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang