8. Accompanied by Rean

26 7 0
                                    

....

Disini, di toilet perempuan lantai 1 dia sendiri. Naya tidak mengerjakan tugasnya dan pergi begitu saja meninggalkan Hafasha sendirian. Sejujurnya hari ini Hafasha terlalu banyak mengeluarkan tenaga, kemarin malam ia lembur kerja dan sekarang dihukum seperti ini, belum lagi habis pulang sekolah ia harus pergi kerja kembali.

Tapi ia harus menjalankan tugas nya, Aini dan Zahra sudah lebih dulu pulang karena memang pelajaran sudah selesai. Tengah asik mengepel lantai tiba-tiba pintu dibuka dengan kencang.

Hafasha kaget dan lebih kaget lagi ketika melihat sang pelaku. Hafasha menahan nafas beberapa detik ketika tau bahwa ternyata itu... Rean.

"K-kak Rean? A-ada apa?"

"Dimana Naya?" Tanya Rean sembari melangkah maju, Hafasha mundur dengan wajah ketakutan, ia segera menggelengkan kepalanya. "Ha-Hafasha gak tau kak."

"Lu kenapa? Takut sama gua?"

Hafasha menahan nafas lagi, ia sedikit mendongak lalu menggeleng pelan. "Cu-cuma kaget kak."

"Tugas lu udah selesai, lu bisa pulang."

Rean terus memperhatikan Hafasha yang memang terlihat ketakutan, Hafasha segera membereskan alat pembersih dan melangkah keluar. Tapi, "Asha. Pulang sama gua, diluar hujan lebat." Setelah mengatakan itu ia keluar dan meninggalkan Hafasha sendiri.

Hafasha molongo.

"Asha." Hafasha tersadar ketika Rean memanggil, eh tunggu... Asha siapa?

°°°

Benar kata Rean, sore ini hujan lebat mereka harus sedikit menunggu hujan reda baru setelah nya ia bisa masuk kedalam mobil milik Angga. Rean tidak bawa mobil dia bawa motor, tapi entah kenapa dia malah meminjam mobil Angga.

Hafasha mengusap bahunya, udaranya lumayan dingin. Rean yang ada disamping hafasha saat ini menunduk dan memperhatikan gadis kecil itu tanpa sadar.

Hafasha yang merasa diperhatikan mendongak keatas, tinggi Hafasha hanya sedada Rean, jelas Hafasha harus melihat Rean dengan mendongak. Rean kerpergok, ia mengalihkan pandangan kearah langit yang belum ada tanda-tanda hujan ingin berhenti. Sekarang sudah pukul 16.00

Tiba-tiba ponsel Hafasha berbunyi dan ia menatap Rean untuk izin mengangkatnya.

Sambungan telpon.

"Iya kak?"

"Hari ini libur aja dulu kerjanya, hujannya gede banget."

"Oalah iya kak gak papa, aku juga masih di sekolah kejebak hujan."

"Iya, ya udah aku matiin makasih."

"Iya kak sama-sama."

Tut..

"Alhamdulillah..." Gumamnya.

"Kenapa?" Tanya Rean.

"Eh, gak papa kak, hehe.. oh iya kayanya ini hujanya lama berhenti deh kak, apa gak sebaiknya kita pulang cepat-cepat? Nanti keburu gelap."

"Dari sini ke parkiran cukup jauh Sha, lu mau basah-basahan?"

"Eum.. gak papa asal bisa cepat pulang, dirumah Adek Ku sendiri."

"Oke kalau maunya begitu," ujar Rean sembari melepaskan jaket yang ia pakai lalu ia pasangkan ke badan kecil Hafasha. Hafasha mematung ia mendongak menatap Rean bingung.

"Pake, kalau lu ga pake Daleman lu bisa keliatan." Rean tanpa basa-basi menarik lengan Hafasha, ketika sampai diparkiran ia membuka pintu mobil dan mereka berdua masuk kedalamnya.

"Te-terima kasih kak."

"Hm."

"Eum.. kak Rean, maaf boleh minta tolong matikan Acnya?" Ujar Hafasha lirih.

Rean langsung mematikan Ac dan melajukan mobilnya. Tidak ada suara, mobil yang di tumpangi 2 orang ini  hening.
Sesekali berujar ketika Rean menanyakan alamatnya saja.

15 menit perjalanan yang mereka tempuh, kini mereka sudah ada didepan gang rumah Hafasha, di depan sana ada Geo yang tengah berdiri sembari membawa payung. Hafasha melirik Rean.

"Saya pamit ya kak, terimakasih tumpangan nya." Rean tidak menjawab tidak juga menoleh.

Setelah Hafasha turun, Rean segera melajukan mobilnya, Geo membantu sang kakak untuk membawakan tasnya. "Tadi itu kak Rean? Weh keren juga calon kakak ipar Geo." Ujarnya.

"Ih, apa sih, ayo ah masuk."

°°°

"Widaauuu yang habis Ama ayanknya."

Andi mulai berulah, ia menggoda Rean yang baru saja sampai. "Bacot. Angga mana?"

"Noh dah turu duluan, ngantuk katanya. Biasalah anak ambis mah begitu, kemarin habis begadang dia." Andi melompat dan duduk disamping Rean. "Gimana-gimana hari ini sama ayank? Pasti manis yekan? Mana turun hujan lagi, makin romantis deh."

"Apa sih Ndi, brisik banget."

"Hahaha oke oke lupain, gua mau tanya. Lu serius gak mau nyoba ikut balapan? Lu kan wakil anjir."

"Jawaban gua masih sama, gak mau."

"Kenapa dah? Padahal seru... Lu tuh ganteng yekan, fomuas banget deh kalau di sekolah. Cewek-cewek banyak yang naksir sama lu, masa gak mau gabung sih? Padahal lu punya skill naik motor yang keren." Andi mulai membujuk Rean untuk mengikuti balapan, perdana sekali sang ketua Phanter meminta seorang Reano Abazar untuk ikut balapan, karena pertama kali melihat cara main Reano dalam bermotor itu cukup bagus, malah lebih bagus dari Andi maupun Angga.

Tetapi, sudah lebih dari seminggu jawabanya tetap sama, tidak ingin bergabung, karena menurut Rean itu membuang-buang waktu saja.

Ia lebih baik mengurus kehidupannya lalu belajar untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang ia inginkan.

Rean jelas menolak, ia kurang menyukai seseorang yang sok jagoan. Apa lagi setelah tau bahwa dia harus melawan Araski.

"Yah kagak asik lu, tau ah mending gua main game aja." Ujar Andi sembari memainkan game yang ada didepannya. Rean hanya menatap sekilas lantas tertidur di shofa.

°°°

Di rumah Hafasha kini sudah ada Aini dan Zahra mereka berdua ingin tau apa yang telah terjadi kemarin, Hafasha menatap jengah kedua sahabatnya, lalu mulai menceritakan kejadian dimana Rean yang masuk kedalam toilet perempuan sampai mengantarkan nya ke rumah.

"Udah gitu doang? Gak asik amat, khayalan gua malah, lu di bawa kabur gitu sama kak Rean. Biar kaya di novel-novel gitu mwhehehe." Aini dengan sejuta ide haluannya. Sama sih kaya Hafasha malah seperti nya lebih parah Hafasha ketimbang Aini.

Zahra hanya mengangguk sembari memakan ciki-ciki yang dia dan Aini bawa dari luar sebelum berkunjung dirumah Hafasha.

"Ngaco! Kaya gitu aja aku udah tremor parah, mana sempet sampai mikir sejauh itu."

"Ya ilah Sha, kan sapa tau haluan gua bener Hahaha," Aini tertawa semakin kencang, Zahra menatap Aini horor, "brisik anjir."

Tengah bercanda ria tiba-tiba Geo datang dengan penampilan yang cukup rapih, mau kemana nih anak? Hm...

"Kak, Geo izin main keluar bentar. Nanti pulang kok gak lama," ujarnya.

Hafasha menoleh.

"Mau kemana?"

"Main."

"Iya kemana?"

"Rahasia."

To be continued...

Nyari support dari seseorang itu sulit yah(": tapi gak papa, dengan di support sama diri sendiri juga cukup.

REANOWhere stories live. Discover now