Melaju Terlalu Cepat

107 25 4
                                    


Music Recommended:
Nadin Amizah-Kereta Ini Melaju Terlalu Cepat

"Itu seruan apa Mahija?"

BumiPutra

Manungsa enggal akrab amargi kondisi senasib lan sami tujuwan.

Tidak aneh ketika dalam sekejap Mahija dan pemuda tanggung disebelahnya itu sudah saling melempar tanya begitu telah memperkenalkan diri. Tabiat seorang manusia adalah mereka akan mudah akrab begitu memiliki kesamaan kesukaan, nasib, budaya, tujuan, hobi atau bahkan dalam starta sosial. Manusia adalah makhluk berkelompok dimana terdiri dari minoritas dan mayoritas yang mana didalamnya pasti akan selalu memiliki kesamaan yang pasti diantara satu atau lebih orang. Itu yang dinamakan sebagai kemanusiawian.

Pemuda itu dari Negeri Ginseng, Korea Selatan. Na Jaemin akunya memperkenalkan diri. Himalaya serunya ketika ditanya tujuan perjalanan panjangnya. Bilangnya ingin mencoba menyatu dengan alam ala-ala Backpacker. Jaemin sukses memperkenalkan dirinya sebagai manusia dengan tingkat keberanian tinggi sebab dengan percaya diri menekankan ini perjalanan paling jauhnya. Ini pertama kali pemuda ginseng itu jauh dari apa yang bisa disebut tempat ternyaman. Belum tahu saja selepas ini tidak ada nyaman-nyamannya sekali!

"Jadi kamu dari Indonesia," Kali ini pemuda itu menggunakan bahasa ibu pertiwi Mahija. Sempat membuat Mahija terkejut, namun dengan lekas pemuda itu mengkonfirmasi, "Aku pernah tinggal selama 2 tahun di Indonesia. Pengasuhku dari sana,"

"Ah, begitu." Dan Mahija hanya dengan singkat membalas. Sebetulnya Mahija itu manusia yang jarang sekali memulai percakapan. Situasi membunuh ranah dengan otaknya yang mati rasa. Bibirnya terasa kelu membuka percakapan sedang Jaemin pemuda itu tampaknya tidak ingin menakhiri pembicaraan.

"Jeno Mahija, aku penasaran suatu hal," Pemuda itu mengangkat jari telujuknya mengarahkannya pada Al-Qur'an yang digenggam erat Mahija dikedua tangan, memecah rangkaian dalam otak yang Mahija rakit. "Apa agamamu islam?"

Ibu pernah bilang menanyakan agama pada seseorang yang baru dikenal itu perbuatan tidak etnis. Beliau berkata agama termasuk suatu hal privasi. Beberapa orang mungkin akan dengan lugas memberitahu tapi untuk sebagian orang mereka menyebut itu perbuatan kurang ajar. Mahija salah satu tipe orang yang akan dengan lugas mengatakan agamanya adalah islam. Mahija menyebut ajaran ibu sebagai bagian aneh, tidak mengerti saja mengapa menanyakan agama seseorang adalah perbuatan tidak etnis.

"Benar, aku islam,"

"Jadi kamu percaya Tuhan," Pemuda itu mengangguk-angguk lalu membuka pertanyaan, "Tuhanmu sepeti apa Mahija?"

Mahija terhenyak, jarang sekali ada orang yang seterbuka Na Jaemin. Pemuda ginseng itu dengan gamblang menanyai perihal kepercayaan yang semua orang tahu begitu sensitif apalagi menanyakan presepsinya perihal Tuhan. Rupa Tuhan dalam konteks yang dimaksud Jaemin itu yang seperti apa memang? "Jaemin Tuhanku adalah dzat seluruh alam. Tidak ada rupa yang bisa digambarkan untuknya. Tuhanku terlalu agunng untuk dilambangkan,"

Pemuda itu mengerjap sepertinya bingung akan tuturan Mahija. Rautnya tertekuk namun selang beberapa detik dengan cepat berubah lalu kembali menanyakan hal berbeda. "Di Korea sana aku sering mendengar seruan dari masjid ketika pergi ke Busan. Itu seruan apa Mahija?"

"Itu adzan namanya, panggilan untuk sholat,"

"Jadi namanya adzan. Dari kecil aku mendengarnya. Setiap bertanya pada ibu, beliau mengalihkan topik. Sepertinya ibuku tidak suka mendengar suara itu Mahija."

Bumi Putra [NOMIN]Where stories live. Discover now