Mendarah Kita

55 14 2
                                    


Music Recommended:
Nadin Amizah-Mendarah

Dear sayang,
"Kalau ada waktu, penuhi panggilannya ya sayang. Tuhanmu meridukan keluh kesahmu."

BumiPutra

Ada waktu untuk sekali saja Mahija bisa merasakan pelukan ibu. Rasanya begitu hangat, terlampau nyaman dan bebannya dalam sekejap terasa hilang-tumpah ruah begitu saja saat ibu melingkarkan tangannya ditubuhnya yang kecil. Lalu juga membuatnya begitu iri sebab Raga terlampau sering merasakannya sedang Mahija harus menunggu begitu lama. Raga, kenapa ibu seperti itu?

"Mahija putra ibu." Ibu mengelus kepalanya, yang Mahija lihat ibu tersenyum begitu lembut, dalam kedua pupil ibu, Mahija mendapati refleksika diri-seakan-akan ibu begitu mencintai Mahija.

"Nggih bu punika Mahija,"

"Maafin ibu nggih Mahija. Matur nuwun sampun wiyos dados putra ibu," Ibu adalah dia dengan permintaan maafnya yang membuat Mahija merasa teriris. "Ibu ngajeng-ajeng supados Mahija tansah bingah. Ibu menyayangimu nak."

Untuk pertama kalinya hari itu Mahija merasa menjadi seorang putra yang paling bahagia.

Bumiputra

Dalam sansekerta Himalaya berarti tempat kediaman salju. Tempat gunung-gunung tertinggi di Asia berdiam diri. Barisan pegunungan yang memisahkan anak Benua India dan Dataran tinggi Tibet. Disinilah Gunung Everest dan Kangchenjunga berada menantang langit dengan begitu angkuh. Pegunungan Himalaya adalah dia yang menjadi cikal bakal setiap kisah ibu mulai diceritakan. Mimpi ibu dimulai dari sini, alasan semua perjalanan Mahija yang nekat juga berawalan disini, serta lalu bertemu seorang Na Jaemin asalnya pula dari sini.

Dihadapan Mahija, Everest yang dalam bahasa Tibet Chomolangma atau Qomolangma disebut 'Bunda Semesta' menyembunyikan diri dibalik rentangan awan yang bergerumul. Gunung dengan ketinggian mencapai 8.848 Mdpl di atas permukaan laut itu bagi Mahija terasa menamparnya-membeberkan padanya bahwa Mahija bukan siapa-siapa didaratan ini.

Everest itu indah tapi para pelancong tahu betul berapa banyak tumpukan mayat pendaki yang tertimbun disana tanpa bisa kembali pulang ketempat asal. Keindahan Everest mencekik penikmatnya, puncaknya yang tertutup salju dan bermandikan sinar matahari seperti sebuah kamuflase menyembunyikan fakta bahwa menuju kesana harus melalui medan berat dengan jurang terjal dikanan kiri dengan oksigen begitu tipis bersuhu mencapai 80 derajat Fahrenheit. Siapa yang tidak mati beku disana?

Disini pula Mahija dan Jaemin bertemu kembali dengan Haechan dibase perkemahan dikaki gunung, disambut oleh sang penggembala dengan senyuman atraktifnya. "Senang bertemu dengan kalian lagi!" pipinya bersemu sangat merah merefleksikan suhu dingin. "Aku kira kalian tidak akan pernah sampai sini mengingat kalian tidak memiliki dokumen yang cukup. Aku bahkan menebak kalian mungkin sudah ada dipenjara,"

"Kamu benar! Tapi sepertinya kami beruntung karena tahun ini bertepatan dengan ritual Towkow. Mungkin para polisi dan tentara Tiongkok itu mengira kami salah satu peserta ritual." Jaemin menjawab dengan bibirnya yang tidak lepas meniup-niup teh hangat yang Haechan serahkan.

Haechan itu tubuh besar bersama Suku Sherpa di Nepal Barat, memang sudah terbiasa akan berdiam diri dikaki gunung membangun tenda, biasanya dia akan membantu membawa peralatan para pendaki atau masak di camp saja. Dan sangat kebetulan sekali, untuk hari ini Haechan ditugaskan hanya untuk masak dan menjaga camp.

Bumi Putra [NOMIN]Where stories live. Discover now