Tuhan Punya Cerita Berbeda

30 6 5
                                    

Music Recommended:
Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu - Sal Priadi

Semoga kau akan baik-baik saja setelahnya. Semoga Allah memberikan makna.

BumiPutra

"Di sini orang beriman dan orang sesat hidup Bersama..."

Apa itu surga dan neraka bagi setiap jiwa-jiwa didalam raga yang bertanjuk manusia?

Kala dipenghujung perjalanan akbar saat itu, ketika Mahija menjejak tanah Kathmadu—Nepal, masih dibawah langit negeri atap dunia, Mahija mengubah presepsinya akan makna surga yang sedari kecil ibu selalu tanamkan padanya akan surga sejatinya tempat mahal yang hanya bisa terjejaki oleh orang-orang tertentu. Jauh bertolak, di Kathmadu penduduk lokal malah sibuk menjual surga. Bukan surga sembarang surga, ini surga dengan harga bantingan. Nepal adalah versi harga obral dari kisah misteri Himalaya yang tidak tersentuh ala Bhutan yang terisolasi. Karena Nepal sesungguhnya bermakna Never Ending Peace And Love.

Berbagai 'surga' menjamur di jalanan Thamel yang teramat sesak tidak bercela. Diskotek yang berdebum debum menyentak jantung Mahija campur aduk dengan toko-toko yang memutar kaset mantra Om Mani Padme Hum. Nepal adalah surga terlebih untuk para pelancong yang baru datang dari Tibet. Bukan, Shangri-La memang bukan di Tibet. Orang-orang mengaku Shangri-La ditemukan disini. Bebas. Lepas. Di Khatmadu, semua orang merasa 'pulang'. Mahija merasa bagaikan raga berisi jiwa yang Kembali dalam kandungan bentala yang tua. Seolah ibu begitu dekat pada sanubarinya yang terlanjur hampa sebab begitu mendamba akan kasih yang tidak kunjung tertaut.

Kathamdu adalah definisi nyata surga kumuh, penampung manusia-manusia rusak sari seluruh penjuru bumi. Namun, perlahan-lahan hidup di 'surga' pun melelahkan. Sebab menjejaki Kathmadu membuat Mahija bertanya Kembali kepada diri sendiri akan apa sebab perjalanan akbarnya ini. Membuatnya terombang ambing bahkan pada logikanya yang mulai terkikis terhadap keinginan tabu yang mati-matian Mahija tanam direlung paling terdalam jiwanya.

Disini, membuat semuanya menjadi berenang-renang dikepalanya.

Sungguh, sungguh luar biasa Nepal ini yang sukses mengakomodasikan dua ektream: surga dan neraka, sekaligus.

"Jeno menurutmu bagaimana jika kita tidak usah pulang dan tinggal disini saja?" Jaemin melontar tanya ditengah hiruk Kathmadu disalah satu bangku toko dengan gelas minum didepan bibirnya. Berusaha menyembunyikan air wajahnya yang diam-diam mengeras. Pertanyaannya lebih mengarah mengajak, menggoyahkan sebagian akal Mahija yang tak disadarinya mulai luluh lantah seiring waktu kebersamaan mereka.

Mahija lamat-lamat menatap lurus pada wujud Jaemin, bibirnya terasa lebih kering ketika lebih memilih melempar tanya kembali dibanding menjawab dengan persetujuan ataupun penolakan yang harusnya ditimpalinya. Ada kontradiksi dalam dirinya ketika tanyanya keluar. "Kenapa?"

Jaemin pelan menaruh gelasnya, masih dengan kepala menunduk, menatap datar meja toko yang mulai menjamur. "Karena disini Mahija, Tidak ada norma manusia. Bahkan larangan-Nya sekalipun. Bebas Mahija."

"Jangan menggoyahkan ku Jaemin. Jangan membuatku di benci oleh-Nya. Cukup sampai sini saja."

Ujaran jawaban Mahija saat itu menjadi penutup dari semua harapan kecil seorang Jaemin dan bahkan untuk dirinya sendiri. Menahan begitu keras dirinya sendiri untuk tidak tergoyah. Membuat dinding penghalang tinggi-tinggi untuk mengevakuasi dirinya akan amarah Tuhan yang pasti terjadi jika dirinya membangkang. Menjadi selayaknya romo yang serupa batu berpahat. Menjadi semenjulang Himalaya yang kokoh ditempat dan sedingin everset. Sebab ini sudah tidak lagi perihal rasa, namun agama dan kepercayaan yang harus Mahija senantiasa angkat tinggi-tinggi mengedepankan segala hal meski perih begitu terasa kala redup di manik favoritnya didapatinya. Mahija telah menghanguskan harapan dari seorang yang didoakannya agar selalu Bahagia.

Bumi Putra [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang