Membasuh Meski Membiru

70 21 5
                                    


Music Recommended:
Hindia ft. Rara Sekar-Membasuh

"Pasti kamu lelah, istirahatlah."

BumiPutra

Suatu waktu ibu pernah lupa namanya.

Hari selajutnya Mahija menyaksikan ibu meraung-raung.

Tahun-tahun selanjutnya ibu memanggilnya dengan nama lain.

Diwaktu paling tersembunyi Mahija melihat Romo menampar ibu.

"Raga sampun mboten wonten bu!" Romo itu jarang berkata dengan nada tinggi. Romo adalah seorang kolot yang memegang teguh tradisi. Seorang disiplin tinggi dan berkepala batu. Seorang ayah yang keras dan sedikit bicara. Ramo seperti itu. Tapi untuk hari itu Ramo seperti orang lain.

Raga, ibu pernah memanggilnya dengan nama itu. Raga, ibu terus-menerus memanggilnya. Raga, nama itu Mahija membencinya.

Raga Andaru. Kakak Jeno Mahija yang dirindukan ibu melebih ibu merindukan seorang Mahija.

Bumiputra

"Jeno," Jaemin lebih suka memanggilnya dengan nama yang itu. Jarang sekali, mungkin ditempatnya hanya segelintir yang memanggilnya dengan itu. Kata ibu namanya terlalu asing dilidah. "Kamu punya saudara, Jeno?"

Jaemin bertanya dalam sesak bus, berjubel, dan sumpek. Lalu pertanyaannya kali ini tidak ada bedanya, sama saja. Sama-sama membuat Mahija harus meringis menahan sesak didada sebab penghidu disodorkan dengan bau-bauan busuk sepanjang perjalanan dari dusun gersang menuju pegunungan Kulun. Kemudian ada ingatan lalu yang sudah selayaknya sampah busuk yang membuat mati rasa-sama dengan raganya yang terduduk kaku, mati rasa didalam bus tua dan berkarat bersama peduduk lokal berpakaian compang camping.

"Punya," Kelihatan sekali Mahija tidak ingin membuka lembaran yang itu. Tapi ini Na Jaemin, pemuda ginseng yang menarik perhatiannya. Mulutnya berkhianat. "Aku punya kakak dan adik,"

"Pasti Jeno tidak pernah kesepian. Enak ya Jeno, punya saudara banyak."

Mahija mendengus pelan. Biasanya realita selalu berkhianat dari si ekspetasi. Dia itu penipu ulung berspesialis membangkitkan euforia bahagia. gemar membuat manusia berangan tinggi sebelum dijatuhkan. Na Jaemin itu seusianya, seharusnya pemuda ini paham betul dengan sifat si penipu ulung ini! Bukannya malah berkata seperti itu!

Jaemin itu bodoh atau polos sih?

"Jadi, saudaramu itu orang seperti apa?"

"kakak itu si baik hati yang paling ibu sayang. Kadang aku tidak terlalu mengerti apa yang ia ucapkan. Kakak itu penyendiri dan bodoh," Raga kakaknya itu, Mahija tersenyum tipis berkata, "Kakak kata ibu istimewa dengan semua keterbelakangannya. Kakak seorang penderita autis."

Mahija tahu raut keterkejutan itu. Ditengah gerutuan tiada henti para penumpang lalu suara mesin tua yang berderu-deru-bersusah payah memacu-Mahija terdiam dengan bayang Raga kakaknya. Mahija merasa Raga selalu mengikutinya dari dulu hingga sekarang.

"Maaf,"

"Tidak perlu, itu bukan masalah lagi Jaemin," Benar, itu sama sekali bukan masalah. Hanya serupa batu sandungan yang tidak begitu Mahija anggap. Hanya saja Mahija lupa sandungan yang ini mampu membekas begitu lama. Itu saja, selebihnya sama sekali bukan apa-apa. "Sekarang ceritakan tentangmu Jaemin."

Bumi Putra [NOMIN]Where stories live. Discover now