Javier and His Lullabies

12.3K 1.2K 297
                                    


 JAVIER

They say, it's hard to love the broken

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

They say, it's hard to love the broken.

It's either you should be ready to get broken too, or you should try harder to heal them when you barely manage yourself to survive.

"Tara kalah lagi, Jav."

Agak pengecut ya gue.

Selama dia pergi, gue lebih milih buat nanya langsung ke pelatihnya Pak Santos soal keadaan dia.

"Dia gak ngomong apa-apa sih.. Tapi saya yakin dia pasti kepikiran."

Semenjak mutusin lepas dari Pengantara dan kembali ke catur, gue cukup sok tau untuk mengira semuanya bakal mudah buat dia.

Gue kira karena catur adalah seluruh hidupnya dulu, semuanya akan baik-baik aja saat dia kembali.

Semuanya akan berjalan lancar, dan dia cuma perlu menata kembali hidupnya lagi. Hidupnya yang bebas dari masa lalu.

Dari Edwin,

Dari Gigi,

Dari Yasa,

dan dari semua hal yang membuatnya bertahun-tahun merasa jadi orang paling jahat di dunia.

Tapi sekali lagi,

gue cuma orang sok tau yang terjebak dengan kalimat sialan berbunyi, "Gue tau yang terbaik buat dia.. Dan gue ingin melakukan itu."

Right now, I even feel disgusted with my self.

"Saya rasa memang Tara butuh waktu untuk beradaptasi lagi.. Tara cukup lama berhenti catur dan sekarang dia harus ngulang semuanya dari awal lagi. Dan kamu sendiri tau kan....." Pak Santos sempet memberi jeda. "Tara memang harus sabar dengan dirinya sendiri."

Jadi waktu hari ini mutusin untuk ke rumah Tara dan ngajak dia pergi... Gue mutusin untuk kalah dari battle gue dengan diri sendiri.

Gue sempet nahan diri untuk menunggunya bicara.

Apa aja, waktu gue telpon dia.

"Jav, gue sedih gue kalah."

"Kok gini lagi ya? Padahal gue udah ltihan siang-malem."

Gue pengen Tara ngeluh.

Sekali aja dalam hidupnya.

Gue pengen dia berhenti ngomong "Gak apa-apa kok," sekalipun itu ke gue.

Dan semua orang tau betapa bencinya gue dengan orang yang gak jujur sama dirinya sendiri.

Tapi pas mendengar suaranya lagi di telpon, entah kenapa gue memilih berhenti menunggu Tara menjadi apa yang gue inginkan.

Gue cuma ingin.... Menghargai apa yang dia ingin tutupi dari gue dan itu sesuatu yang biasanya paling gak bisa gue lakukan.

"Lo ngajak gue ke sini?" dia bingung.

LukacitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang