6. Anything

34.6K 4.2K 1.9K
                                    

Bagian enam.

Anything (2013)

"In this life full of lies, why do we need to pretend? Life itself is a lie. So we don't need add another lie, anymore." - self-quote inspired by the movie.

❀❀❀❀

Javier

Terbiasa hidup dengan penilaian orang memang sialan, dan itulah yang gue rasakan sejak lahir. Dulu, Mama sering bacain gue dan Mas Floda dongeng sebelum tidur. Terus jelang masuk SD, Mama mulai membacakan cerita berjudul Little Book of Life milik Kahlil Gibran.

Semakin hari, sebelum tidur gue selalu mengerutkan kening karena bacaan Mama semakin aneh. Sampai akhirnya kelas 3 SD, gue pisah kamar dengan Mas Floda -atas permintaan gue sendiri, dan memilih untuk menyetel lagu-lagu The Machine lewat radio.

Lalu kalimat Papa yang hampir setiap pagi sama, selalu terngiang di kepala, "Jangan mencolok di sekolah. Biasa-biasa saja. Papa gak minta kalian berprestasi. Yang penting kalian gak bandel. Berperilaku yang benar, jangan bikin malu keluarga."

Oh bukan kesatuan kalimat itu yang sering dia ucapkan. Tapi cuma belakangnya aja.

"Jangan bikin malu keluarga."

Lalu ada tambahan,

"Kalau kalian gak sengaja bikin salah.. Ya sudah.. Namanya manusia memang gak lepas dari kesalahan. Tapi setidaknya, jangan sampai semua orang tau."

Gue mah iya-iya aja. Berbeda dengan Mas Floda yang sepertinya agak memikirkan itu meskipun dia masih kecil -waktu itu gue masih kelas 4 SD dan Mas Floda baru masuk SMP.

Meskipun kamar gue dan dia berbeda, gue sering menyelinap untuk meminjam PSP atau nintendonya. Dan di malam itu lah gue melihat Mas Floda hanya diam di pinggir jendela dengan ekspresi yang gak bisa gue jelaskan.

Gue hanya tau, dia gak terlihat senang.

Keesokan harinya, gue jadi mengerti bahwa gak ada manusia di dunia ini yang mengucapkan sesuatu tanpa melakukan sesuatu juga. Setiap ucapan muncul karena alasan, dan sepertinya ini alasan Papa.

"Kalau kalian gak sengaja bikin salah.. Ya sudah.. Namanya manusia memang gak lepas dari kesalahan. Tapi setidaknya, jangan sampai semua orang tau."

Keesokan harinya, setelah dua minggu pergi ke luar kota untuk mengkaji RUU baru dengan delegasi partai dan DPR yang lain -entahlah, gue gak ngerti tapi Mama ngomong begitu, gue melihat Papa pulang.

Dia dari Medan ngomong-ngomong. Jadi ekspektasi gue, dia akan membawa Bika Ambon Durian atau Kue Lapis khas Medan. Sayangnya yang dia bawa justru seseorang.

Anak kecil.

Tubuhnya tinggi untuk umurnya yang ternyata lebih muda dari gue, dan sebelum gue sempat bertanya dia siapa, Papa sudah memperkenalkan.

"Namanya Clemenzo.. Mulai sekarang dia adik kamu dan Floda."

"Kalau kalian gak sengaja bikin salah.. Ya sudah.. Namanya manusia memang gak lepas dari kesalahan. Tapi setidaknya, jangan sampai semua orang tau."

Saat itu Papa bikin salah -gak sengaja katanya. Ada perempuan yang hanya dikenalnya beberapa hari saat outing kantor di Kuala Lumpur beberapa tahun lalu, tepat dua tahun setelah dia menikah dengan Mama dan setelah gue lahir. Lalu sesuatu terjadi dan seorang anak lahir.

LukacitaWhere stories live. Discover now