24. Blue Valentine

23K 3.1K 1.2K
                                    




Bagian dua puluh empat.

Blue Valentine (2013)

You said, for a better or worse

It was a promise,

You said that

And this is my worst

Where is that promise you've said to me?

❀❀❀❀

Yasa

"Kamu inget pertama kali kita ketemu?"

"Inget.. Kamu bantuin aku yang kesusahan buka botol minum."

"Terus apa yang kamu inget lagi?"

"I don't know.. Maybe those outlooks.. For you to correct every misplaced things I used to do," dia sempat tersenyum sebelum menoleh untuk menatap gue. "Kalau kamu? Ingetnya apa?"

"Kamu, satu-satunya orang yang nonton film aku sampai abis," gue gak pernah absen senyum setiap mengingatnya. "You remind me how I deserve all of these. And you make me want to see you stay there till the end."

Gue dan Utara Paramayoga

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Gue dan Utara Paramayoga.

Kita gak bertemu karena sebuah afeksi, saat cuma ada rasa ketertarikan, penasaran, atau lain sebagainya dua orang berpasangan lain rasakan. Kita justru bertemu pada sebuah garis batas antara bertahan dan menyerah, di mana saat gue mengenal namanya, dia mengenal nama gue, it's not just the feelings playing with us. It's an expection. A big expectation.

"Jadwal tayang film udah ada, premiere di Epicentrum juga udah gue atur. Paling nanti kita harus meeting lagi ngomongin buat promosi sama beberapa sponsor terkait."

Punya film besar yang menyentuh penonton di atas 300.000 dalam 1 hari penayangan pernah jadi mimpi besar gue.

Film Kelana yang membawa gue ke gerbang mimpi itu. Diawali dari hasil yang biasa, gue cuma memutar film Kelana di dua teater kecil yang lebih banyak ditonton kritikus film. Sampai tiga bulan setelahnya, gue mendapat undangan dari New York Film Festival untuk masuk nominasi Best Cinematography, dan tiba-tiba memenangkannya tanpa punya kesempatan untuk bersiap-siap atau memilah apa yang terjadi. Lalu, secepat kedipan mata, gue melihat film pertama gue itu diputar di seluruh bioskop Indonesia, melampaui 450.000 penonton dalam 1 hari dan terakhir memenangkan film terbaik di sebuah penghargaan film bergengsi di negeri ini.

Masuk ke production house besar juga pernah menjadi mimpi besar gue.

Lagi-lagi, film Kelana yang membawa gue ke sana, ke Misinema Indonesia sebagai movie director dengan 1 film di curiculum vitae gue, di saat calon movie director lain harus berusaha membuat belasan film sampai bisa menginjakkan kakinya sebagai bagian dari perusahaan ini.

LukacitaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora