14. Us and Them

26.9K 3.6K 2.5K
                                    




Bagian empat belas.

Us and Them

"If you thought back then I couldn't endure the tough times with you, why would you assume the I could live the good life you wanted with you now?"

"Well, happiness is not a story, misfortune is."

❀❀❀❀

Yasa

Awal 2014, bulan-bulan berikutnya setelah Bunda gak pernah menghuni isi rumah lagi, gue membawa diri pada saat-saat buram yang sama sekali sulit gue ingat di kepala.

Gue seakan lupa dengan masa itu.

Lalu semuanya berjalan cepat ke enam tahun setelahnya saat Tara meninggalkan gue.

Namun kalau gue mencoba untuk mengingatnya dengan jelas, mungkin semuanya dimulai sejak saat itu.

Saat setelah 6 bulan kita hidup buat satu sama lain, gue mulai mengenal hidup Tara lebih mendalam.

Karena gue menginginkannya, karena ada sesuatu dalam hati gue yang bersikeras kalau semua tentang Tara... Gue harus mengetahuinya.

Dan apapun yang terjadi di antara kita nantinya, gue harus memastikan kalau semua hal itu gak akan menjauhkan gue dari dia.

Setelah 6 bulan hidup untuk satu sama lain, gue mulai mengenal betul keluarganya. Ayahnya yang lebih banyak diam dan seringkali enggan berbicara dengan gue, dan ibunya yang dengan jelas mengubah sikapnya pada gue setelah merasa anaknya gak menomorsatukan catur lagi,

Melainkan gue.

Dan setelah 6 bulan hidup untuk satu sama lain, gue juga mulai mengenal sahabat-sahabat, orang terdekat Tara yang sebelumnya gue pikir hanya sekedar teman.

Gue gak pernah merasa seseorang seperti Tara bisa menganggap seorang yang lain begitu berharga.

Karena selama ini, yang gue tau.. Hanya gue yang Tara anggap demikian. Kalaupun ada hal lain yang dia nomorduakan paling penting di hidupnya.. Itu adalah catur.

Tapi ternyata ada dua orang ini.

Alden, seorang cowok bawel yang kadang membuat gue gak nyaman berada di dekatnya karena dia gak pernah berhenti bicara

Dan Gigi, seorang cewek yang awalnya gue kenal tulus, blunt, dan cerdas.

Iya, awalnya.

Karena awalnya, gue gak pernah mengira dia akan menjadi seorang penghancur yang gue benci sampai ke seluruh sel tulangnya.

Karena dulu, gue gak pernah membayangkan akan menyesal sebesar ini untuk mengenalnya. Dan yang lebih gue sesali lagi, Tara lebih mempercayainya.

Dibanding gue.

"Yang sering temenin kamu makan di Texas.. Siapa?" gue gak pernah menyadarinya sampai sekarang, kalau semenjak kepergian Bunda, cara gue bicara mulai berubah. Entah seberapa keras pun gue berusaha untuk bicara pelan dan lembut, gue merasa ada beberapa kejadian yang membuat gue sulit untuk bicara baik-baik, dan berakhir terdengar gak menyenangkan.

"Oh.... Itu sahabatku. Gigi sama Alden."

"Sahabat kamu?"

Dan semenjak Bunda meninggal, gue jadi melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda.

LukacitaWhere stories live. Discover now