17. Testament of Youth

27.2K 3.7K 2.5K
                                    

Bagian tujuh belas.

Testament of Youth (2015)

"How fortunate we were who still had hope I did not then realise; I could not know how soon the time would come when we should have no more hope, and yet be unable to die"

❀❀❀❀

Tara

"Kemarin atasanmu itu telepon Mama, dia bilang kamu sakit dan muntah-muntah. Makanya dia izin kamu istirahat dulu di tempatnya. Dia bilang juga gak usah khawatir, karena ada ibunya juga yang bantu liatin kamu. Kemarin Mama ngobrol sama ibunya di telepon."

Di mata gue, Javier Killian Sjahlendra adalah sosok seorang yang pantas dijustifikasi dan dinilai buruk. Bukan hanya caranya bersikap -jangan sebut bagaimana dia sering menegur orang lain dengan rangkaian kalimat gak sopan, orangnya acuh gak acuh, cuek, dan seringkali mengabaikan banyak hal termasuk perasaan orang lain yang diajaknya bicara.

Namun juga gaya hidupnya.

Ya gimana ya, gue gak bisa memungkiri bahwa semakin seseorang minim pergaulan, kemungkinan dia gak mengerti dengan gaya pergaulan orang lain di sekitarnya menjadi lebih besar.

Jadi untuk ukuran orang yang gak gaul seperti gue -gue lupa kapan terakhir kali pergi ke luar sama temen, gue selalu gak habis pikir dengan gaya pergaulannya yang wow, luar biasa banget.

Sekarang gue ingat,

"Kenapa lo gak ke cewek lo aja sih?" lagi-lagi di kafe Ritus. Yang gue heran, kenapa dia bisa mendapatkan minuman-minuman aneh yang gak ada di menu, belum lagi keakrabannya dengan penjaga kafe yang membuat gue semakin bingung.

"Lagi males."

Tuh kan, tuh kan, denger aja cara jawabnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuh kan, tuh kan, denger aja cara jawabnya.

"Males?"

Dalam hati, terus kalau lagi males, apa urusannya gitu sama gue?

Gue tuh sering terbayang adegan dramatis di sinetron-sinetron tau gak, waktu ada cewek yang dengan tiba-tiba menjambak rambut perempuan lain yang lagi jalan sama ceweknya.

Tok, tok.

Tanpa sadar gue langsung mengetuk meja sambil komat-kamit, "Amit-amit.."

"Udah deh gak usah banyak tanya. Bawel."

Jelas lah gue bawel. Satu, lo mengganggu waktu menyendiri gue. Dua, gak jelas banget tiba-tiba lo bawa gue kemari tanpa ada alasan yang jelas.

"Udah tau belum caranya bikin gue gak bosen gimana?" tanyanya membuat gue menaikkan sebelah alis. "Kan gue bilang.. Kalau gue nyamperin lo, lo harus bisa lebih ngehibur gue dari dia."

LukacitaWhere stories live. Discover now