Chapter 17

15.8K 1K 25
                                    

Happy Reading 📖

Morgan masuk kedalam kamar dan menatap Celine yang sedang duduk di ranjang membelakangi nya. Morgan menutup pintu dengan sangat pelan agar Celine tidak terganggu.

Kemudian ia berjalan pelan dan menatap apa yang sedang Celine lakukan. Morgan mengangguk anggukan kepalanya melihat Celine yang sedang menatap map merah nya dan pulpen di tangan nya.

"Tanda tangan" Bisik Morgan.

Celine terkejut, Morgan langsung memegang tubuh Celine agar tidak berbalik badan.

"Aku jamin, hidup kamu bahagia" Morgan melangkah naik ke atas ranjang dan Celine membalikkan badannya menatap Morgan.

"Yang penting kamu disini, di samping aku"

Celine menundukkan kepalanya sambil melirik ke arah jendela dengan berulang kali. Morgan menaruh curiga saat Celine terus menatap jendela dengan gelisah.

"Ada apa?!"

Celine mendongak dan menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Ga ada apa apa"

Morgan menyipitkan matanya mencoba menerobos masuk kedalam retina mata Celine, namun semenit kemudian ia mengangguk mengerti.

Semenjak kejadian Celine memecahkan kaca jendela, Morgan akan tidur bersama dengan Celine di kamar nya.

"Ayo tidur"

Celine menyimpan map merah di nakas lalu meraih guling dan selimut. Morgan mendekap erat tubuh Celine dan menarik selimut hingga dada.

***

Morgan mengantarkan Celine sampai depan kelas. Morgan menatap Celine dengan kesal. Pagi pagi saat ia ingin pergi ke sekolah, Celine memohon untuk ikut bersekolah dan berjanji akan bertemu di parkiran tepat waktu.

"Janji?"

"Janji"

Celine tersenyum kecil lalu segera masuk kedalam kelas, ketika Morgan sudah pergi dari depan kelas nya. Nayna segera menghampiri Celine lalu memberikannya ponsel.

"Makasih Nay"

"Rencana lo apa? ga bisa dong kita langsung telp polisi"

"Ga bisa kayanya Ayah nya Morgan juga terlibat" Celine dengan buru buru memasukkan nomer telpon seseorang di ponsel milik Nayna.

"Lo mau pergi kemana?" Tanya Nayna panik.

"Kayanya balik ke Swedia"

"Orang tua lo gimana?" Celine tersenyum kecil lalu menepuk pelan pundak Nayna.

"Halo ini siapa?"

***

"Lo yakin? gua takut Morgan beneran bawa ortu lo dalam bahaya" Bisik Nayna.

"Udah gua bilang kok buat mereka beres beres dan beli tiket ke Swedia, besok"

"ANJIRR BESOK?!"

Celine mendekap mulut Nayna yang berteriak kencang di perpustakaan. Beberapa orang menatap mereka karena terkejut.

"Gua boleh ikut ga?" Tanya Nayna.

"Nay, gua ga bisa jamin lo suka kehidupan di Swedia. Gua takut lo ga nyaman nanti"

"Makasih ya buat jadi temen gua di sini, makasih juga udah bantu, semoga rencana ini lancar ga ada halangan"

"Kalau misalnya Morgan datengin lo, bilang aja gua pergi ke negara mana pun selain Swedia"

"Ini emang langkah terbaik Nay, dulu gua kabur nya juga gini kok bedanya gua ga tinggal bareng Morgan"

"Morgan emang gila, gua baru sadar kalau rantai atau polaroid yang ada kamarnya itu bukan punya gua ataupun ibu nya Morgan, pasti ada korban sebelum gua"

"Pelampiasan, mungkin"

"Kita ketemu ga sengaja, karena Ayah gua temenan sama Ayah nya Morgan jadi Ayah gua undang Ayah nya Morgan, jadilah gua ketemu dia"

"Kenapa bisa pacaran?" Tanya Nayna.

Celine menundukkan kepalanya. "Paksaan"

"Cerita nya panjang" bisa bisa jadi satu buku.

Celine menatap Nayna yang mengerucutkan bibirnya lalu menggoyangkan lengan Celine. Meminta Celine untuk bercerita tentang masa masa pdkt.

"Inti nya, Morgan adalah temen nya temen gua, kita main bareng di cafe, tapi Morgan ini ngeliatin gua terus dan langsung aja dia ngasih nomer nya ke gua, dua hari setelah nya dia dateng kerumah dan maksa gua jadi pacar nya–"

"Panjang banget kalau di ceritain Nay, gua di situ udah ngelawan tapi gua ga–udah coba buat nolak tapi–dan disitu cuma ada gua dan dia"

"Freak" Kata Nayna.

"Masa orang baru langsung ngasih nomer nya sih" Nayna yang mendengar cerita Celine menghela nafas lelah.

"Cape gua denger cerita lo, bisa burdir gua kalau jadi lo"

"Bener ini jalan satu satu nya yang terbaik, gua bantu semaksimal mungkin supaya lo bisa bahagia lagi sama cowo pilihan lo"

***

Veran mengendurkan dasi di dada nya dan menatap Morgan dengan tajam. Ia melemparkan foto foto yang di kirimkan oleh orang suruhannya.

"Mereka mau pergi besok"

"Kemana?"

Veran menggeleng. "Cuma itu mereka keliatan beres beres baju, pasti nya mau pergi kan?"

"Kemana cewe kamu?" Tanya Veran.

"Celine? di apartemen"

"Jadi selama ini di apartemen?" Morgan mengangguk.

"Biarin dia pergi"

Morgan menatap Veran sinis. "Dan biarin dia kabur kaya ibu? Morgan bisa gila nanti"

"Morgan bisa jadi gila kaya Ayah, ga kasih Morgan makan selama berminggu-minggu dan justru ngurung diri di kamar"

"Salah Ayah juga, Morgan tau Ayah marah sama ibu tapi jangan di bunuh juga lah jadi kabur selama nya kan" Morgan terkekeh kecil di akhir kalimat.

"Morgan! jangan ungkit kematian ibu"

"Morgan ga peduli ah sama ibu mah, cuma peduli sama Celine" Kata Morgan sambil berjalan mundur keluar rumah.


***
h

ehe makin makin

Celine : Possessive Ex ✓ Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz