Chapter 20 [ENDING]

24.7K 1.1K 33
                                    

Happy Reading 📖

Garis demi garis seorang laki laki menghitung sudah berapa hari ia berada di ruangan sepetak yang hanya di tempati satu orang per ruangan. Laki laki itu menatap bingkai kecil yang selalu ia bawa selama 2 tahun terkahir.

Foto seorang wanita cantik dengan senyum manisnya terpajang indah di dalam bingkai. Siapa lagi kalau bukan Celine. Wanita nya yang saat ini entah sedang apa, apakah Celine menemukan pria lain di luar sana? membayangkan nya saja membuat hati nya panas.

Morgan mengacak-acak rambut nya yang mulai panjang, ia sangat merindukan sosok Celine. Morgan ingin memeluk nya disaat saat seperti ini, disaat Morgan memikirkan tidak ada satupun orang yang menunggu nya keluar dari ruangan ini. Morgan frustrasi.

Sering kali seorang dokter mengecek kesehatan tubuhnya, menanyakan hal hal tidak masuk akal dan berulang ulang, Morgan sudah muak di sini. Dokter itu terus saja kembali sebulan sekali memberi nya obat yang bahkan tidak ia sentuh sama sekali.

Morgan harus nya meminum obat yang diberikan oleh dokter ketika merasakan hal yang mengganjal di hati nya seperti tiba tiba marah dan berteriak, menangis di pojok ruangan atau memaki seseorang yang ia lihat.

Semua sudah dokter lakukan supaya Morgan meminum obat nya namun yang Morgan katakan hanya "Morgan mau minum kalau Celine ada disini"

Dokter dan pihak polisi menyeringitkan keningnya, tidak tau siapa Celine yang Morgan maksud. Bahkan Veran di pinta penjelasan pun hanya diam membisu.

Kalau seperti ini Morgan akan di pindahkan kerumah sakit jiwa terdekat.

***

Beberapa bulan berlalu dengan adanya wanita berusia 21 tahun yang menemani Morgan selama ada di rumah sakit jiwa. Kesehatan tubuh dan mental Morgan kembali stabil.

Morgan sudah kembali bisa di ajak ngobrol walaupun satu atau dua kata dan berekspresi pada suatu kejadian. Wanita itu tersenyum senang bisa membantu Morgan untuk pulih, dan memang itu tujuan nya.

"Morgan, kamu mau makan siang apa?" Tanya Wanita itu.

"Apa aja"

Wanita itu tersenyum kecil mengelus rambut Morgan yang panjang lalu berbalik mengambil makan siang.

Morgan menundukkan kepalanya, kehidupan disini jauh lebih baik di banding harus tinggal dengan Veran, disini Morgan mendapatkan banyak kasih sayang dan perhatian. Morgan suka itu.

Wanita tadi bernama Erina, yang menemaninya selama ada disini. Awalnya Morgan sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Erina sampai Morgan merasakan sesuatu di hatinya yang sudah lama membeku.

"Makan siang" Erina duduk di samping Morgan merapihkan rambut nya dan mengikat jadi satu.

"Besok kita potong rambut ya ganteng, udah panjang banget ni sama kaya rambut Kaka"

Morgan memanggil Erina dengan sebutan Kakak.

Erina mencubit pipi Morgan gemas kemudian mulai menyuapi Morgan sambil menatap taman bunga yang sedang bermekaran.

Morgan merasa jauh lebih baik.

***

Celine berdecak kesal, meremas rambutnya sambil menatap berkas berkas yang terbakar akibat kecerobohan nya. Ia tidak sengaja menyenggol lilin yang menyala karena sedang mati lampu.

Vino berkacak pinggang menatap lelah kearah Celine. Ia merampas berkas yang Celine pegang lalu membuangnya ketempat sampah.

"Ceroboh banget sih loh, bisa ga sih sekali aja ga buat ulah? cape gua ama lo!" Kata Vino.

"Ya gimana, kecelakaan" Celine menghapus air mata nya.

"Syukurin aja, tinggal buat lagi apa salah nya lagian di kampus lo juga keseringan bolos bareng Anfal, mana bolos nya ke apartemen!" Kata Vino sambil melangkah keluar kamar Celine.

"Gua engga mau tiba tiba keluarga Anfal dateng kesini buat jelasin semuanya karena lo udah kebobolan"

"VINO DIEM!"

Celine kembali meremas rambutnya dan menutup wajahnya karena menahan tangisan.

Setelah Celine sadar beberapa tahun yang lalu, ia masih mengingat semua kejadian yang menimpanya, dan harus pergi ke psikiater untuk masa penyembuhan.

Kemudian tidak lama Celine menjalani terapi, Liam mengenalkan wanita cantik bernama Christina yang akan menjadi ibu tirinya dengan satu anak bernama Vino.

Kesehatan mental Celine kembali melemah ketika mendengar Liam akan menikah lagi namun dengan keyakinan Liam bahwa semua akan baik baik saja akhirnya Celine kembali menjalani terapi.

Anfal itu kekasihnya sekarang, ia sangat baik dan dewasa selalu mendukung apapun yang Celine lakukan. Pokoknya Celine sangat cinta mati pada Anfal.

Kehidupannya sangat baik dan aman untuk sekarang, tidak ada gangguan apapun dan berjalan dengan normal.

Sekarang Celine ada di negara yang cukup besar dan pemandangan yang indah. Tidak di Swedia, tidak di Indonesia namun Celine sangat suka di negara ini.

Celine sempat berfikir, Morgan sedang apa di 2 tahun terakhir. Celine sudah tidak lagi pernah mendengar kabar dari Nayna, Lena, Moza bahkan Morgan. Semua orang menutupi akses dengan mereka.

Celine tau mereka seperti itu karena sayang dengan Celine. Tidak mau lagi ikut dalam masalah yang rumit.

Celine bahagia disini dengan adanya Liam, Cristina dan Vino serta moodbooster nya, Anfal.

Terimakasih Nayna.

Terimakasih Moza.

Terimakasih Lena.

Terimakasih Fiky.

Terimakasih Fadil.

Dan

I hate and miss you Morgan.

END

Butuh Epilog dan Extra part?

Celine : Possessive Ex ✓ Where stories live. Discover now